BAB. 3 Datang ke Club

Edwin bergelut dengan file dihadapannya, sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar ditangannya, melihat jam sudah lewat tengah hari tapi sang istri belum juga menghubunginya.

Pesawat yang berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Bandara Internasional Kualanamu hanya membutuhkan waktu 2 jam 20 menit yang artinya sekarang Mona sudah tiba disana.

Edwin mencoba menghubungi Mona namun ponsel sang istri masih belum diaktifkan. Edwin khawatir terjadi sesuatu pada istrinya terlebih lagi Mona berangkat ke Medan hanya sendirian. Mona sudah terbiasa pergi kemanapun sendirian, meski Edwin kerap kali menawarkan diri untuk ikut dengannya namun Mona selalu menolaknya dan memilih berangkat sendiri.

Edwin sudah menghubungi asisten sang istri namun Mona juga belum menghubungi asisten itu.

"Mona, jangan buat aku mengkhawatirkanmu," ucap Edwin seraya menggenggam ponselnya menunggu Mona menghubunginya kembali.

Edwin benar-benar mengkhawatirkan istrinya yang belum memberi kabar, sementara Mona yang dikawatirkan oleh Edwin sedang sibuk mengurus galerinya.

Tadi setiba di kota Medan, Mona langsung mendatangi galerinya untuk melihat sejauh mana persiapan pembukaan yang akan di laksanakan besok. Mona sudah memiliki beberapa galeri lukis dan semua lukisan itu ia buat dengan tangannya sendiri.

Banyak lukisan yang sudah Mona buat, hasilnya banyak dipajang dibeberapa tempat seperti galeri, kantor, rumah, dan restoran Hamara. Mona juga seringkali melukis wajah Edwin membuatnya hafal setiap inci wajah suaminya itu. Mona mencintai Edwin namun ia juga mencintai pekerjaan dan juga hobinya.

Edwin bernafas lega saat pukul 05.00 sore Mona menghubunginya.

"Ke mana saja kamu, Mon, aku dari tadi menghubungimu?" cerca Edwin sesaat dia menjawab panggilan telepon tersebut.

"Aku baru sampai hotel, Mas, tadi mengunjungi galeri dulu melihat persiapan untuk besok dan aku baru mengaktifkan ponselku," jawab Mona.

"Lain kali jangan seperti itu, segera hubungi aku kalau kamu sudah sampai supaya aku tidak khawatir."

"Iya Mas. Ya sudah aku mau mandi dulu, mau istirahat, nanti jam 8 aku sudah harus kembali lagi ke galeri."

"Secepat ini? Aku masih Ingin mengobrol denganmu, Mon."

"Aku lelah, Mas, aku pengen istirahat. Nanti lagi ya nelponnya."

"Ya sudah kalau begitu kamu istirahatlah, hati-hati di sana."

"Iya," ucap Mona lalu mengakhiri sambungan teleponnya.

Lagi-lagi Edwin mendengus sebal. Ia masih ingin berlama-lama mengobrol tapi Mona justru mengakhiri panggilan teleponnya. Sejauh ini Edwin selalu berusaha untuk mengerti dan menyesuaikan dengan gaya hidup sang istri yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Pukul 10.00 malam Edwin masih berada di restoran, duduk tenang menghadap laptopnya. Edwin sama sekali tidak ingin beranjak dari duduknya apa lagi pulang ke rumah karena di rumah dia hanya sendirian tak ada istri yang seharusnya menemaninya.

Edwin sudah beberapa kali mengirim pesan pada Mona, namun sang istri sama sekali tidak membalasnya, pesan dari Edwin hanya dibaca saja padahal pria itu menunggu balasan pesannya.

...****************...

Hari-hari berlalu Mona pulang dari Medan sudah 3 hari yang lalu namun hingga kini wanita itu belum juga pulang kerumah. Mona yang pulang dari Medan langsung dijemput orang tuanya dan membawanya tinggal dirumah mereka.

Edwin sudah beberapa kali mendatangi rumah mertuanya untuk menjemput Mona pulang, tapi Mona yang sebentar lagi akan menjabat Direktur Utama menolak pulang dan meminta tambahan waktu 4 hari untuk ia belajar bisnis di rumah kedua orang tuanya.

Edwin kecewa, sangat kecewa pada sang istri yang menolak pulang bersamanya padahal Edwin menjemput Mona ke rumah mertuanya membutuhkan mental yang kuat. Setiap kali Edwin bertemu mertuanya setiap kali itu juga Edwin mendapat hinaan dari mertuanya.

Edwin yang seorang pria miskin menikah dengan Mona yang seorang pewaris perusahaan besar dianggap menumpang hidup pada mereka, padahal selama menikah dengan Mona, Edwin berusaha keras memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka hanya saja Mona yang tidak mau menggunakan uangnya dengan alasan ia bisa menghidupi dirinya sendiri.

Edwin sekarang bukan lagi pria miskin, dia sudah kaya dengan memiliki beberapa restoran bintang 5 tapi sampai sekarang sikap kedua mertuanya itu masih saja buruk padanya. Bila Edwin tidak mencintai Mona, ia yakin sejak dulu pasti mereka sudah berpisah.

Edwin yang sedang kecewa tak bisa berpikir jernih, ia mendatangi club malam sehabis menjemput sang istri namun wanita itu tak mau pulang dan justru dirinya mendapat hinaan dari mertuanya.

Dentuman musik memekakan indra pendengarannya membuat Edwin sedikit meringis namun tak mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam club tersebut.

Edwin ingin minum sesuatu disana berharap setelah minum ia akan melupakan masalahnya walaupun sebentar.

"Mau minum apa?" tanya bartender yang berdiri di hadapan Edwin.

"Apa saja yang bisa membuat saya lebih baik," jawab Edwin yang sudah duduk di kursi.

Bartender itu mengangguk kemudian menuangkan cocktail ke dalam gelas lalu menyodorkan dihadapan Edwin.

Edwin tak langsung meminumnya. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru club, melihat betapa ramainya club malam yang ia datangi ini. Ada yang sedang minum, berjoget, bahkan ada yang beciuman disana.

Edwin mengalihkan pandangannya menatap pada minuman dihadapannya, menghela nafasnya kemudian mengangkat gelas hendak meminumnya namun ....

Brukk!!

Pyarr!!

Ada seseorang yang menubruknya membuat gelas ditangnya jatuh dan pecah.

"Maaf," lirihnya kemudian berlari kearah toilet.

Edwin menatap punggung seseorang yang tadi menubruknya. Seorang gadis dengan wajah tak sempat ia lihat namun mendengar suaranya yang bergetar saat mengatakan 'maaf' Edwin bisa menduga bila gadis itu tengah menangis.

"Baju anda kotor, Pak, bila anda tidak nyaman anda bisa membersihkannya terlebih dahulu. Toilet ada di sana," ucap bartender menunjuk lorong yang baru saja dimasuki gadis tadi.

Edwin mengangguk kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan kelorong yang di arahkan bartender padanya.

Plakk!!

Langkah kaki Edwin terhenti saat mendengar suara seseorang ditampar.

"Sudah Kakak bilang, layani dia."

"Aku tidak mau, Kak."

"Dengar Andini, nyawa Ibu ada di tanganmu, hanya kamu yang bisa menolongnya."

"Aku tidak bisa Kak Bima, aku tidak mau menjual kesucianku."

"Lalu kamu maunya seperti apa? Kakak sudah bekerja keras untuk biaya rumah sakit Ibu tapi itu tidak cukup. Biayanya masih kurang banyak dan sekarang hanya kamu yang bisa menolongnya."

"Aku tidak mau, Kak."

"Lalu kamu mau membiarkan ibu meninggal padahal kamu bisa menolongnya? Begitu?"

Andini menundukkan kepalanya, jari tangan saling meremat kuat, air matanya berlinang deras. Ia tidak mau ibunya meninggal tapi ia juga tidak mau menjual kesuciannya. Andini sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga kesuciannya hanya untuk suaminya seorang.

Tapi kini ia dihadapkan dengan situasi yang membuatnya dilema berat antara mempertahankan kesuciannya atau menolong ibunya.

Apa yang harus Andini lakukan?

Terpopuler

Comments

Nicky Nick

Nicky Nick

biarkan saja istrimu dirmh ortunya win..

2025-01-24

0

Siti Uswatun Khasanah

Siti Uswatun Khasanah

Kasian sekali

2025-02-14

0

Nenk Jelita

Nenk Jelita

lanjutkan

2023-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!