BAB. 2 Ingin Merubah Takdir

Edwin membuka mata saat merasa ada pergerakan disebelahnya. Mona sedang turun dari ranjang sembari tangannya mengikat rambut keatas. Edwin melihat jam dinding ternyata masih pukul 05.00 pagi.

"Mau ke mana, Sayang, ini masih pagi?" tanya Edwin setelah mendudukkan tubuhnya.

Mona menoleh, lalu tersenyum.

"Kamu nggak lupa kan kalau pagi ini aku mau ke Medan? Aku belum packing baju."

Mona bergegas menghampiri lemari pakaian lalu mengeluarkan koper dari dalamnya. Edwin tersenyum masam, rupanya Mona benar-benar akan berangkat ke Medan padahal tadi malam mereka berdebat karena wanita itu selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Edwin turun dari ranjang lalu berjalan menghampiri sang istri yang sedang memilih baju untuk ia bawa. Edwin memeluk Mona dari belakang, mengecup tengkuk wanita itu dan meletakkan dagunya di atas bahu sang istri.

Mona meraih wajah Edwin dengan tangan kirinya, menoleh dan tersenyum. "Kenapa?" tanyanya dengan tangan kanan masih bergerak mengambil baju yang digantung pada hanger.

"Aku nggak mau kamu pergi," ucap Edwin.

"Kita sudah bahas ini ya, Mas, dan aku akan tetap pergi ke Medan," ucap Mona.

Edwin menjauhkan dagunya dari bahu Mona, mendengus sebal lalu duduk di kursi depan meja rias. Mona meneruskan memilih baju, mengambil beberapa baju yang tergantung di sana lalu membawanya mendekat pada koper yang sudah ia buka di atas karpet.

"Jam berapa pesawat berangkat?" tanya Edwin terus memperhatikan Mona melipat baju lalu memasukkan ke dalam koper.

"Jam 08.00 pagi, Mas, tapi jam 07.00 aku harus sudah ada di sana."

"Aku antar kamu ya, nanti kita berangkat jam 06.00," ucap Edwin.

"Tidak usah, Mas, aku bisa berangkat sendiri, nanti mobilku biar asistenku yang ambil," tolak Mona.

Ini dia sifat Mona yang tidak Edwin sukai, Mona terlalu mandiri sehingga tidak membutuhkan bantuan dari siapapun termasuk Edwin suaminya. Edwin jadi merasa seperti pria tidak berguna karena tidak pernah melakukan sesuatu untuk sang istri.

"Tapi aku ingin mengantar kamu, Mona, sebelum kamu berangkat kita bisa menghabiskan waktu bersama terlebih dahulu termasuk sarapan bersama."

Mona terkekeh. "Bukannya kita memang selalu sarapan bersama ya, kamu bicara seperti itu seolah kita tidak pernah sarapan bersama saja," ucapnya sembari geleng-geleng kepala.

"Aku pergi hanya satu minggu, sayang, jangan khawatir aku tidak kembali, minggu depan aku sudah pulang kok," sambungnya.

"Iya terserahmu lah." Edwin yang malas berdebat memilih untuk mengalah. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri disana.

Sementara Mona nampak biasa saja, ia terus melipat baju yang akan dibawa lalu memasukkannya ke dalam koper.

Di dalam kamar mandi, Edwin mengguyur tubuhnya di bawah shower, matanya terpejam, kepalanya mendongak membiarkan air shower jatuh langsung mengenai wajahnya.

Sampai kapan ia harus merasakan ini, sakit tidak diprioritaskan istrinya, sakit merasa tidak dibutuhkan oleh sang istri, sakit menanti hadirnya buah hati dalam pernikahannya.

Melihat teman-temannya yang sudah memiliki anak, tentu saja Edwin merasa iri ingin sekali memiliki anak tapi sang istri yang selalu menundanya.

Selesai dengan mandinya Edwin bergegas keluar. Ia melihat sang istri sudah mandi dan rapih, rupanya wanita itu mandi di kamar sebelah. Mona tengah duduk di depan meja rias, memoles sedikit wajahnya, lalu menghampiri Edwin yang sedang berpakaian.

"Aku berangkat, Mas," ucap Mona, berjinjit sedikit lalu mengecup bibir Edwin sekilas.

"Aku antar sampai depan rumah," ucap Edwin.

"Tidak usah, Mas, kamu selesaikan saja bersiapnya."

Edwin mengangguk, melanjutkan mengancing kemeja yang sedang ia kenakan, membiarkan Mona menarik kopernya sendiri keluar dari kamar.

Suara mobil Mona terdengar di telinga Edwin membuat pria itu melangkah menuju balkon melihat mobil sang istri sedang melaju melewati gerbang rumah.

Edwin kembali masuk ke dalam kamar, mengambil ponselnya yang ada di atas nakas lalu mengetik pesan untuk sang istri.

'Hati-hati dijalan, sayang. Kabari aku kalau sudah sampai."

Pesan terkirim, Edwin memasukkan ponselnya kedalam saku celana, menghembuskan nafas kasar, mengambil tas kerja lalu keluar dari kamar.

Edwin mendatangi restoran miliknya dimana restoran itu lah yang telah berjasa menjadikan dirinya sebagai orang kaya.

Restorant Hamara namanya, memiliki 5 lantai dengan berbagai perlengkapan didalamnya. Lantai satu khusus untuk para pengunjung umum, lantai dua private room dan ruang VIP berada, lantai tiga area khusus diadakannya acara formal seperti pernikahan, reuni atau perayaan lainnya. Dan lantai empat area management restorant.

Edwin mendirikan restoran itu sejak 12 tahun yang lalu dimana ia dan Mona belum menikah. Restorant yang awalnya rumah makan kini sudah menjadi restoran bintang 5 dan memiliki cabang di beberapa kota lainnya. Semua itu tentu saja membutuhkan proses yang tidak mudah.

Edwin dulu bekerja sebagai staff marketing di PT. Darwin Properties. Setiap kali gajian ia menyisihkan penghasilannya untuk menabung, membangun rumah makan Hamara. Setelah menikah dengan Mona, Edwin masih bekerja sebagai staff sembari mengurus usaha rumah makannya.

Rumah Makan Hamara semakin lama semakin terkenal dan Edwin mengganti namanya menjadi Restorant Hamara dengan membangunkan gedung 4 lantai untuk restorant tersebut.

Edwin baru resign bekerja sebagi staff marketing 5 tahun yang lalu dan fokus mengurus bisnisnya yang sudah semakin berkembang.

Drrtt.. Drrtt..

Edwin yang tengah memeriksa data retensi pengunjung restoran itu segera menghentikan kegiatannya, merogoh ponsel dan melihat siapa yang menghubungi dirinya.

'Si Cantik Istriku'

Mona melakukan panggilan vidio, Edwin tersenyum lalu menggeser tombol berwarna hijau. Panggilan video itu terhubung dan menampilkan wajah Mona yang sedang duduk dilobby bandara.

"Aku sudah sampai di bandara, Mas, nanti asistenku ngantar mobil ke rumah," ucap Mona memberi tahu Edwin.

Senyum di wajah Edwin seketika menghilang, rupanya Mona menghubungi dirinya hanya untuk memberi tahu bila asistennya akan mengantar mobil kerumah.

"Jam berapa ngantar mobilnya? Aku sudah direstorant."

"Tadi mobilku sudah diambil mungkin tidak lama lagi sampai rumah."

"Ya nanti aku hubungi pelayan untuk menyimpankan kunci mobilmu."

"Terima kasih, Mas. Ya sudah aku matikan panggilan videonya ya, ini sudah diminta segera masuk pesawat. Nanti kalau sudah sampai Medan aku kabari lagi," ucap Mona.

"Iya."

Panggilan vidio berakhir. Edwin bangkit dari duduknya, berjalan menuju rooftop restorant dan berdiri disana, menatap langit yang nampak terang terkena sorot matahari yang baru beberapa jam keluar.

Selama hampir sepuluh tahun menikah inilah yang ia rasakan, ketidak bahagiaan. Edwin ingin merubah ketidak bahagiaan ini menjadi kebahagiaan untuknya. Bahagia bersama dengan wanita yang ia cintai dan juga mencintainya, memiliki buah hati yang ia nantikan kehadirannya.

Tapi ... apakah Edwin bisa merubahnya?

Terpopuler

Comments

Mella Sasaq

Mella Sasaq

semoga mona tidak menyesal suatu saat nanti krna sikap² saat ini

2025-01-04

0

Nenk Jelita

Nenk Jelita

seperti nya MoNA
ada Something Wrong???

2023-12-03

4

Murni Zain

Murni Zain

kenapa masih bertahan dgn pernikahan toxic

2023-12-02

0

lihat semua
Episodes
1 BAB. 1 Hambar
2 BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3 BAB. 3 Datang ke Club
4 BAB. 4 Menolong
5 BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6 BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7 BAB. 7 Jadi Membandingkan
8 BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9 BAB. 9 Membalas Budi
10 BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11 BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12 BAB. 12 Jadi Merindukan
13 BAB. 13 Maksud Kamu?
14 BAB. 14 Memberitahu Bima
15 BAB. 15 Di Kampus
16 BAB. 16 Belanja
17 BAB. 17 Tentang Perjanjian
18 BAB. 18 Siapa Dia?
19 BAB. 19 Saling Perhatian
20 BAB. 20 Menemui Mertua
21 BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22 BAB. 22 Kedatangan Mona
23 BAB. 23 Mengabaikan
24 BAB. 24 Memberi Kesempatan
25 BAB. 25 Konsultasi
26 BAB. 26 Ketegasan Andini
27 BAB. 27 Rindu
28 BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29 BAB. 29 Menjemput Andini
30 BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31 BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32 BAB. 32 Memperingati Edwin
33 BAB. 33 Ampun, Pak!
34 BAB. 34 Maaf
35 BAB. 35 Cukur Rambut
36 BAB. 36 Berdebat Lagi
37 BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38 BAB. 38 Kabar dari Bima
39 BAB. 39 Semakin Mencintai
40 BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41 BAB. 41 Bimbang
42 BAB. 42 Keputusan Edwin
43 BAB. 43 Selalu Menjaga
44 BAB. 44 Rencana Andini
45 BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46 BAB. 46 Kehujanan
47 BAB. 47 Menyerahkan Diri
48 BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49 BAB. 49 Merindukanmu?
50 BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51 BAB. 51 Penolakkan Mona
52 BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53 BAB. 53 Menggugat Cerai
54 BAB. 54 Di Labrak
55 BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56 BAB. 56 Pertengkaran
57 BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58 BAB. 58 Kejadian Beruntun
59 BAB. 59 Terasa Hancur
60 BAB. 60 Takut Kehilangan
61 BAB. 61 Kembali Stabil
62 BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63 BAB. 63 Menggantikan Andini
64 BAB. 64 Andini Sadar
65 BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66 BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67 BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68 BAB. 68 Perpisahan
69 BAB. 69 Gagal
70 BAB. 70 Ide Briliant
71 BAB. 71 Tidak Sabaran
72 BAB. 72 Duda Meresahkan
73 BAB. 73 Pamitan
74 BAB. 74 Ketakutan Mona
75 BAB. 75 Pesan dari Bima
76 BAB. 76 Edwin Pulang
77 BAB. 77 Saran Bu Nana
78 BAB. 78 Undangan dari Mona
79 BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80 BAB. 80 Dipermalukan
81 BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82 BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83 BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84 BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85 BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86 BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87 BAB. 87 Permintaan Andini
88 BAB. 88 Penolakan Arif
89 BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90 BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91 BAB. 91 Menyesal
92 BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93 BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94 BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95 BAB. 95 Mengikuti Riko
96 BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97 BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98 BAB. 98 Andini Pergi
99 BAB. 99 Memutuskan Pergi
100 BAB. 100 Mencari Andini
101 BAB. 101 Mencari Andini (2)
102 BAB. 102 Merindukan Andini
103 BAB. 103 Sudah Waktunya
104 BAB. 104 Keberadaan Andini
105 BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106 BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107 BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108 BAB. 108 Papa Dimana?
109 BAB. 109 Edwin Kritis
110 BAB. 110 Penjelasan
111 BAB. 111 Terus Minta Maaf
112 BAB. 112 Berkumpul
113 BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114 BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115 BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116 BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117 BAB. 117 Menolak Keras
118 BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119 BAB. 119 Pa, Jangan!
120 BAB. 120 Berusaha Memahami
121 BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122 BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123 BAB. 123 Meminta Bantuan
124 BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125 BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126 BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127 BAB. 127 Apakah Egois?
128 BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129 BAB. 129 Menemui Hiro
130 BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131 BAB. 131 Dear, Mona
132 BAB. 132 Penyerangan
133 BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134 BAB. 134 Telah Kembali
135 BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136 BAB. 136 Happy Ending
137 Bukan Salahku Turun Ranjang
Episodes

Updated 137 Episodes

1
BAB. 1 Hambar
2
BAB. 2 Ingin Merubah Takdir
3
BAB. 3 Datang ke Club
4
BAB. 4 Menolong
5
BAB. 5 Berguna untuk Orang Lain
6
BAB. 6 Cara Membalas Kebaikan
7
BAB. 7 Jadi Membandingkan
8
BAB. 8 Pria yang Sangat Baik
9
BAB. 9 Membalas Budi
10
BAB. 10 Akan Sering Mengunjungimu
11
BAB. 11 Kebersamaan di Apartement
12
BAB. 12 Jadi Merindukan
13
BAB. 13 Maksud Kamu?
14
BAB. 14 Memberitahu Bima
15
BAB. 15 Di Kampus
16
BAB. 16 Belanja
17
BAB. 17 Tentang Perjanjian
18
BAB. 18 Siapa Dia?
19
BAB. 19 Saling Perhatian
20
BAB. 20 Menemui Mertua
21
BAB. 21 Benar-benar Menjadi Simpanan
22
BAB. 22 Kedatangan Mona
23
BAB. 23 Mengabaikan
24
BAB. 24 Memberi Kesempatan
25
BAB. 25 Konsultasi
26
BAB. 26 Ketegasan Andini
27
BAB. 27 Rindu
28
BAB. 28 Membeli Oleh-oleh
29
BAB. 29 Menjemput Andini
30
BAB. 30 Boleh Saya Mencium Anda?
31
BAB. 31 Tidak Benar-benar Berhenti
32
BAB. 32 Memperingati Edwin
33
BAB. 33 Ampun, Pak!
34
BAB. 34 Maaf
35
BAB. 35 Cukur Rambut
36
BAB. 36 Berdebat Lagi
37
BAB. 37 Aw! Sakit, An!
38
BAB. 38 Kabar dari Bima
39
BAB. 39 Semakin Mencintai
40
BAB. 40 Melihat Kondisi Mona
41
BAB. 41 Bimbang
42
BAB. 42 Keputusan Edwin
43
BAB. 43 Selalu Menjaga
44
BAB. 44 Rencana Andini
45
BAB. 45 Pergi Jalan-jalan
46
BAB. 46 Kehujanan
47
BAB. 47 Menyerahkan Diri
48
BAB. 48 Belum Bisa Memilih
49
BAB. 49 Merindukanmu?
50
BAB. 50 Mari Kita Bercerai
51
BAB. 51 Penolakkan Mona
52
BAB. 52 Merasa Sangat Hina
53
BAB. 53 Menggugat Cerai
54
BAB. 54 Di Labrak
55
BAB. 55 Kekhawatiran Edwin
56
BAB. 56 Pertengkaran
57
BAB. 57 Pilihan yang Sulit
58
BAB. 58 Kejadian Beruntun
59
BAB. 59 Terasa Hancur
60
BAB. 60 Takut Kehilangan
61
BAB. 61 Kembali Stabil
62
BAB. 62 Masalah Tak Kunjung Usai
63
BAB. 63 Menggantikan Andini
64
BAB. 64 Andini Sadar
65
BAB. 65 Andini Mengkhawatirkan Bima
66
BAB. 66 Saya Merindukanmu, An
67
BAB. 67 Masalah Mulai Teratasi
68
BAB. 68 Perpisahan
69
BAB. 69 Gagal
70
BAB. 70 Ide Briliant
71
BAB. 71 Tidak Sabaran
72
BAB. 72 Duda Meresahkan
73
BAB. 73 Pamitan
74
BAB. 74 Ketakutan Mona
75
BAB. 75 Pesan dari Bima
76
BAB. 76 Edwin Pulang
77
BAB. 77 Saran Bu Nana
78
BAB. 78 Undangan dari Mona
79
BAB. 79 Mulai Tidak Tenang
80
BAB. 80 Dipermalukan
81
BAB. 81 Kabar Mengejutkan
82
BAB. 82 Setiap Perbuatan Ada Balasannya
83
BAB. 83 Membesuk Mantan Mertua
84
BAB. 84 Menikmati Malam Pengantin
85
BAB. 85 Kedatangan Mantan Mertua
86
BAB. 86 Permintaan Mantan Mertua
87
BAB. 87 Permintaan Andini
88
BAB. 88 Penolakan Arif
89
BAB. 89 Panggilan dari Nomor Baru
90
BAB. 90 Kabar dari Bu Dewi
91
BAB. 91 Menyesal
92
BAB. 92 Pak Wisnu Meninggal
93
BAB. 93 Masih Ada Kenangan
94
BAB. 94 Membantu Bu Dewi
95
BAB. 95 Mengikuti Riko
96
BAB. 96 Pembicaraan dengan Arif
97
BAB. 97 Menyadari Perasaan yang Sesungguhnya
98
BAB. 98 Andini Pergi
99
BAB. 99 Memutuskan Pergi
100
BAB. 100 Mencari Andini
101
BAB. 101 Mencari Andini (2)
102
BAB. 102 Merindukan Andini
103
BAB. 103 Sudah Waktunya
104
BAB. 104 Keberadaan Andini
105
BAB. 105 An, Benarkah itu Kamu?
106
BAB. 106 Papa Kangen, Boleh Kan?
107
BAB. 107 Saling Melepas Rindu
108
BAB. 108 Papa Dimana?
109
BAB. 109 Edwin Kritis
110
BAB. 110 Penjelasan
111
BAB. 111 Terus Minta Maaf
112
BAB. 112 Berkumpul
113
BAB. 113 Kehidupan Mona Saat Ini
114
BAB. 114 Tak Banyak Berubah
115
BAB. 115 Kehidupan yang Berbanding Terbalik
116
BAB. 116 Menghubungkan dengan Masa Lalu
117
BAB. 117 Menolak Keras
118
BAB. 118 Tunggu-tunggu, Ada Apa Ini?
119
BAB. 119 Pa, Jangan!
120
BAB. 120 Berusaha Memahami
121
BAB. 121 Kembalikan Aku Padanya
122
BAB. 122 Menemui Mantan Suami
123
BAB. 123 Meminta Bantuan
124
BAB. 124 Memang Harus Menunggu
125
BAB 125 Penantian Tak Kunjung Usai
126
BAB. 126 Penantian yang Terasa Sia-sia
127
BAB. 127 Apakah Egois?
128
BAB. 128 Fakta yang Sesungguhnya
129
BAB. 129 Menemui Hiro
130
BAB. 130 Tapi, Kenapa Begitu Nyata?
131
BAB. 131 Dear, Mona
132
BAB. 132 Penyerangan
133
BAB. 133 Selamanya Akan Menanti
134
BAB. 134 Telah Kembali
135
BAB. 135 Sama-sama Bahagia
136
BAB. 136 Happy Ending
137
Bukan Salahku Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!