BAB 07 - Virtual

"Jangan menolak kewajibanku ya, nanti dosaku makin banyak."

Orangnya sudah lama pergi, tapi kalimat terakhir yang dia ucapkan tadi siang pamit masih terngiang dalam benak Nadin. Bahkan hingga hari mulai malam, tepatnya ba'da Isya Nadin seakan tak fokus.

Dia terus berpikir, Zain memang merasa bertanggung jawab atau hanya takut dengan namanya dosa. Dadanya berdebar tak karu-karuan bukan karena sesuatu yang mungkin disebut cinta seperti kata Jihan, tapi bingung dan berusaha memahami sikap sang suami.

Sebenarnya kartu itu bukan barang pertama yang Zain berikan. Malam dimana mereka resmi menikah, Zain juga memberikan sebuah ponsel selain mahar untuknya.

Alasannya sama, dia ingin bertanggung jawab, termasuk atas hal yang telah dia rusak. Jika dihitung-hitung, belum 24 jam menjadi istri dia sudah menerima lebih dari 50 juta karena cincin yang Zain berikan sebagai mahar juga Nadin yakini tidaklah murah.

"Apa dia tidak rugi? Gaji dosen berapa memangnya sebulan?" Setelah tadi sempat fokus memikirkan Zain bertanggung jawab atau hanya takut dosa, kali ini dia beralih memikirkan finansial Zain.

Secara personal, Nadin tidak begitu mengenal siapa Zain, apalagi keluarganya. Bukan karena Nadin kurang update, tapi memang pria itu sangat tertutup perihal kehidupan pribadi. Bahkan ketika berkenalan dengan para mahasiswa di pertemuan pertama dia hanya menyebutkan nama lengkapnya, itu saja.

"Ck, kenapa aku jadi mikirin itu?"

Nadin menggeleng, sebisa mungkin dia berusaha untuk fokus dengan buku cetak yang ada di hadapannya. Sejak awal Nadin sudah bertekad, dia tidak ingin hancur karena yang terjadi kemarin.

Cukup hari ini dia bolos, besok tidak lagi. Beruntung saja jadwal ujian tengah semester itu telah usai kemarin, jadi malam ini tidak masalah jika hanya baca-baca sekilas. Bukan seperti teman-temannya, Nadin memang tidak ada waktu libur untuk belajar.

Ujian atau tidak, rutinitas malam harinya tetap sama. Hanya saja, jika ujian ya dia akan berusaha lebih keras dari biasanya. Dan, terkhusus malam ini dia memang hanya menyiapkan diri untuk menghadapi esok hari.

Nadin masih Nadin yang sama, ambisinya tetap sebesar itu. Tidak heran, sejak dahulu yang Nadin andalkan hanya otak dan keberaniannya di kelas untuk bicara. Dia bersaing secara sehat dan dari awal masuk niatnya memang hanya fokus untuk belajar, tidak ada niat nikah muda seperti yang kini dia jalani.

Sial, mengingat hal itu Nadin kembali tak fokus lagi. Dia merenung seraya menghela napas panjang, selama bertahun-tahun menempuh pendidikan, baru kali ini otak Nadin seolah menolak untuk fokus pada tulisan di buku-buku yang dia baca.

Tepat di saat otak tengah berperang dengan pikiran tentang Zain, ponselnya bergetar dan Nadin tidak tergerak untuk sedikit lebih cepat sebagaimana Zain bertindak. Sekali Nadin biarkan, tapi ternyata panggilan itu masuk kembali hingga mau tak mau Nadin harus menerimanya.

Nadin tahu siapa yang menghubungi tanpa perlu diperiksa lebih dulu. Bukan tanpa alasan, karena memang satu-satunya nomor telepon di ponsel barunya hanyalah Zain dan Nadin belum tergerak untuk menghubungi temannya yang lain.

.

.

"Kenapa lama sekali?"

"Assalamualaikum, Mas."

Sama-sama berbicara, cara mereka bicara amat berbeda. Zain mengalah, dia menjawab salam Nadin walau sebenarnya mungkin kesal, terdengar sekali cara Zain bicara agak sedikit meninggi di awal.

"Maaf lama, aku belajar tadi." Sedikit berbohong, Nadin menggigit bibir usai mendengar suara Zain yang meninggi.

Tak bisa dipungkiri, dia menyesal tidak bergerak cepat, tapi untuk mengaku jika sengaja ditunda-tunda, besar kemungkinan Zain akan semakin marah. "Sudah makan?"

Jauh dari dugaan Nadin, pria pemarah itu tidak memperpanjang masalah. Alih-alih menuduh Nadin yang macam-macam, pria itu justru memastikan Nadin sudah makan atau belum. "Sudah, tadi aku makan."

"Tadi apa? Tadi siang?"

Nadin tersenyum simpul, pertanyaan Zain terdengar sedikit lucu di telinganya. "Bukan, barusan aku makan," jawabnya menatap nasi kotak yang bahkan belum berkurang setengah.

Sejak dahulu makannya memang sangat sedikit, perut Nadin menolak makan nasi, tidak naffsu kalau katanya. Itu juga dia beli karena Zain sempat mengingatkan agar dirinya tidak melupakan makan malam tadi sore, dan detik ini agaknya dia sengaja menghubungi hanya demi memastikan sang istri ikut perintah atau tidaknya.

"Makan nasi?"

"Tentu saja, kan tadi aku sudah kirim fotonya."

"Habis?"

"Ehm tidak sih, ada sisanya sedikit."

Nadin pikir, hanya karena itu dia sudah berada di titik aman. Nyatanya, pria itu justru mengalihkan panggilan suara ke video hingga Nadin gelagapan, jarinya bergetar, tapi tidak ada keberanian untuk menolak hingga memutuskan untuk pasrah dan menerima panggilan video dari sang suami.

Wajah tampan Zain dengan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya terlihat di sana. Jantung Nadin berdegub tak karu-karuan, melebihi tegangnya suasana ujian bahkan dia tak memiliki keberanian untuk menatap balik mata Zain.

"Coba lihat, sebanyak apa sisanya."

Hendak bagaimana Nadin sekarang, tidak mungkin dia harus membuang sebagian sisa makananya lebih dulu, terlambat tentu saja. Ingin berbohong juga tak bisa, di hadapan Zain tidak memiliki keberanian untuk berbohong, sungguh.

Perlahan, Nadin memperlihatkan sisa makanan yang tersisa di atas meja. Entah akan semarah apa kemarahan Zain, dia sudah siap menerimanya. "Wah, hampir habis ternyata?"

"Heum?" Nadin mengerjap, rasanya masih sangat jauh dari kata hampir habis. Sesaat Nadin berpikir mungkin efek rabun, Nadin tidak peduli, yang jelas dia bahagia andai memang Zain salah lihat.

"Bawang gorengnya maksudku," sambung Zain yang kemudian membuat Nadin menggigit bibir. Tidak ingin pembahasan tentang nasi itu berkelanjutan, Nadin kembali mengarahkan kamera ke arahnya.

"Aku tidak lapar, kalau dipaksain mau muntah."

"Oh iya? Masa secepat itu? Setahuku sekitar tiga mingguan baru terasa mual-mualnya," celetuk Zain yang membuat Nadin seketika menarik kembali kotak nasi yang tadi sempat dia habiskan.

"Aku habiskan sekarang."

Bisa-bisa pembicaraan Zain menjalar jauh sekali, tidak ingin disangka yang tidak-tidak, Nadin memaksakan diri untuk makan di depan Zain. "Lauknya juga, kalau cuma nasi apa enaknya."

Nadin mendelik dengan mulut penuh itu, dari wajahnya terlihat marah, tapi ucapan Zain dia ikuti saat itu juga. Tanpa sadar dia benar-benar menjadi tontonan dan disaksikan sang suami hingga selesai, makanan yang tadi susah sekali masuk ke perutnya bersih, bahkan lalapannya juga masuk perut lantaran sebal dituduh mual-mualnya akibat hal lain.

Baru kali ini Nadin makan selahap itu, perutnya kenyang maksimal hingga ketika ditambah air satu gelas semakin penuh dan kini mendadak bersendawa tanpa sengaja. "Maaf, tidak sengaja, Mas," ucap Nadin menutup mulutnya, malu sekali jika boleh jujur.

"Tidak apa-apa, santai saja." Zain terlihat menunduk, entah tertawa atau kenapa Nadin tak tahu juga.

Hendak bertanya juga malas, dia tidak seakrab itu. "Ehm, aku tutup teleponnya ... masih ada kerjaan."

Dia menghubungi benar-benar hanya untuk memastikan Nadin makan dengan benar, setelahnya dia pamit. "Iya, aku juga mau lanjut belajar," jawab Nadin yang lagi-lagi menyesal lantaran merasa sok akrab.

"Aku tidak memintamu lanjut belajar ... istirahat, jangan terlalu berlebihan, kamu sudah cukup pintar, Nadin."

"Tapi aku tidak mungkin bisa tidur sekarang," tolak Nadin mentah-mentah, jadi istri patuh mungkin memang harus, tapi untuk yang satu ini mana bisa.

"Jadi belum mau tidur?"

"Hm, belum, Mas."

"Ya sudah, jangan matikan teleponnya kalau belum mau tidur."

"Apa?"

.

.

- To Be Continued -

Hii everyone, buat Vote besok lempar saja di Zain ya, Kama udah habis masanya❣️ Maaf belum bisa up rutin 3 kali sehari, tapi aku usahain, babay💃

Terpopuler

Comments

Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲

Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲

posesif my husband, dosen killer 🤭😁🤣

2024-12-10

1

🌹🪴eiv🪴🌹

🌹🪴eiv🪴🌹

pacaran dulu istri

2024-09-30

2

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

ya Allah.... lama2 bucin kamu mas

2024-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Awal Petaka
2 BAB 02 - Hancur
3 BAB 03 - Kamu Tetap Tanggung Jawabku
4 BAB 04 - Ngebet Nikah
5 BAB 05 - Garis Takdir
6 BAB 06 - Jangan Menolak Kewajiban
7 BAB 07 - Virtual
8 BAB 08 - My Wife
9 BAB 09 - A (++)
10 BAB 10 - Tidak Sesuai Ekspetasi
11 BAB 11 - Jodoh Cerminan Diri
12 BAB 12 - Ujian
13 BAB 13 - Thanks
14 BAB 14 - Ini Istriku
15 BAB 15 - Terang-Terangan
16 BAB 16 - Putuskan
17 BAB 17 - Maaf Ya
18 BAB 18 - Tertangkap (Basah)
19 BAB 19 - Bukan Pelakor
20 BAB 20 - Pindah Saja
21 BAB 21 - Pindah (Rumah)
22 BAB 22 - Dejavu
23 BAB 23 - Berapa Banyak?
24 BAB 24 - Pantas Dihajar
25 BAB 25 - Santai Saja
26 BAB 26 - Bukti
27 BAB 27 - Bercandanya Kelewatan
28 BAB 28 - Cara Lain
29 BAB 29 - Lolipop
30 BAB 30 - Malam Di Yogya
31 BAB 31 - The Power Of Umi
32 BAB 32 - Satu Sama
33 BAB 33 - Aku Siap
34 BAB 34 - Malu Seumur Hidup
35 BAB 35 - Lagi Lagi Umi
36 BAB 36 - Hujan Di Langit Yogya
37 BAB 37 - Aku Mencintainya
38 BAB 38 - Boleh Ya?
39 BAB 39 - Anggap Pertama Kali
40 BAB 40 - Good Girl
41 BAB 41 - Panik
42 BAB 42 - Aku Suamimu, Bukan Simpanan.
43 BAB 43 - Pengadu
44 BAB 44 - Pasutri IQ Tinggi
45 BAB 45 - Dunia Itu Adil
46 BAB 46 - Aku Harus Pergi, Mom
47 BAB 47 - Mertua Posesif
48 BAB 48 - Tidak Terduga
49 BAB 49 - Janji Di Akhir Malam
50 BAB 50 - Killer Mode On
51 BAB 51 - Begini Maunya?
52 BAB 52 - Tetap Disyukuri
53 BAB 53 - Bukan Hambatan
54 BAB 54 - Lebih Manis
55 BAB 55 - Jangan Di Luar
56 BAB 56 - Penjelasan Istri Dosen
57 BAB 57 - Berapa Tarifnya?
58 BAB 58 - Telat!!
59 BAB 59 - Pengaruh Buruk
60 BAB 60 - Aku Berbeda
61 BAB 61 - Tidak Dapat Diprediksi
62 BAB 62 - Jangan Mengagumiku ~ Zain
63 BAB 63 - Tanggung Jawab, Mas.
64 BAB 64 - 4 Sehat, 5 Bantat.
65 BAB 65 - Kita Hadapi Bersama, Mas.
66 BAB 66 - Simulasi Resepsi
67 BAB 67 - Aku Mencintainya Lebih Dulu
68 BAB 68 - Salbrut
69 BAB 69 - Sedikit Berbeda
70 BAB 70 - Kewajiban?
71 BAB 71 - Pengakuan Cinta
72 BAB 72 - Anak Siapa?
73 BAB 73 - Anaconda
74 BAB 74 - Butot (Bucin Total)
75 BAB 75 - Seret Saja!!
76 BAB 76 - Terlalu Percaya Diri
77 BAB 77 - I Love You, Nadin
78 BAB 78 - Sangat Bangga
79 BAB 79 - Bukan Cinta Biasa
80 BAB 80 - Tak Terbandingi
81 BAB 81 - Pecah Telur
82 BAB 82 - Terakhir
83 BAB 83 - Hanya Kamu
84 BAB 84 - Big News!!
85 BAB 85 - Produksi Sendiri
86 BAB 86 - Balas Dendam
87 BAB 87 - Bukan Sembarang Mie
88 BAB 88 - Aku Cemburu?
89 BAB 89 - Cari Penyakit
90 BAB 90 - Rival Sesungguhnya
91 BAB 91 - Aku Harus Apa?
92 BAB 92 - Seperti Yang Kamu Mau
93 BAB 93 - Maaf ~ Zain
94 BAB 94 - Ngalahin Burj Khalifa
95 BAB 95 - Kesepakatan Masa Depan
96 BAB 96 - Putar Balik
97 BAB 97 - Takut
98 BAB 98 - Istriku Berharga
99 BAB 99 - Tidak Percaya Diri
100 BAB 100 - Semua Demi Kamu
101 BAB 101 - Gendutan
102 BAB 102 - Our Secret
103 BAB 103 - My Beloved Ummi
104 BAB 104 - Seperti Abi
105 BAB 105 - Aku Percaya Kamu
106 BAB 106 - Surga Di Matanya
107 BAB 107 - Pertunjukan Menarik
108 BAB 108 - Suami Pamrih
109 BAB 109 - Di Balik Layar
110 BAB 110 - Win-Win Solution
111 BAB 111 - Rugi Bandar
112 BAB 112 - Cucu Ibra
113 BAB 113 - Janji
114 BAB 114 - Tidak Tahan Lagi
115 BAB 115 - Tidak Berhak
116 BAB 116 - Salah Paham
117 BAB 117 - Tragedi Malam Pengantin
118 BAB 118 - Basi!!
119 BAB 119 - Tanggung Jawab
120 BAB 120 - Mas Bakal Pulang, 'Kan?
121 BAB 121 - Tak Terhingga
122 BAB 122 - Rayuan Suami Gila
123 BAB 123 - Mahasiswiku
124 BAB 124 - Sama-Sama Merindu
125 BAB 125 - Mimpi Lagi?
126 BAB 126 - Mas, Aku Ikut Ya
127 Promosi Karya Baru - Malam Panjang Bersama Dosenku
128 BAB 127 - BUBAR
129 BAB 128 - Nggak Bisa Sembarang Donat
130 BAB 129 - Kesempatan Kedua
131 BAB 130 - Kembali Untukmu
132 BAB 131 - Jiwa Yang Berbeda
133 BAB 132 - Sesurga
134 BAB 133 - Assalamualaikum, Istriku
135 BAB 134 - Another Zain
136 BAB 135 - Insan Labil
137 BAB 136 - Lika-Liku Jadi Nadin
138 BAB 137 - Babymoon?
139 BAB 138 - Hari H
140 BAB 139 - Ngelunjak
141 BAB 140 - Kali Ini Serius
142 BAB 141 - Dibayar Tunai
143 BAB 142 - Wish List (Kamu)
144 BAB 143 - Orang Ketiga
145 BAB 144 - Mengukir Kenangan
146 BAB 145 - Penyelamatan Dugong
147 BAB 146 - Pink atau Biru?
148 BAB 147 - Sesuai Harapan (Zain)
149 BAB 148 - Untill Jannah ~ Tamat
150 BONUS CHAPTER
151 BONUS CHAPTER II
152 BONUS CHAPTER III
153 PROMOSI KARYA BARU - ISTRI PILIHAN MOMMY
154 BONUS CHAPTER IV
155 BONUS CHAPTER V
156 BONUS CHAPTER VI
157 BONUS CHAPTER VII
158 BONUS CHAPTER VIII
159 BONUS CHAPTER IX
160 BONUS CHAPTER X
161 BONUS CHAPTER XI
162 BONUS CHAPTER XII
163 BONUS CHAPTER XIII
164 BONUS CHAPTER XIV
165 THE LAST BONUS CHAPTER
166 VISUAL CAST
167 PROMO KARYA - LELAKI IDAMAN BY UNCHIHAH SANSKEH
168 Promo Karya Baru : Hijrah Cinta Sang Pendosa
169 Promo Karya Baru - Pernikahan Luar Biasa
170 Promo Karya Baru - Jerat Cinta Pria Beristri
Episodes

Updated 170 Episodes

1
BAB 01 - Awal Petaka
2
BAB 02 - Hancur
3
BAB 03 - Kamu Tetap Tanggung Jawabku
4
BAB 04 - Ngebet Nikah
5
BAB 05 - Garis Takdir
6
BAB 06 - Jangan Menolak Kewajiban
7
BAB 07 - Virtual
8
BAB 08 - My Wife
9
BAB 09 - A (++)
10
BAB 10 - Tidak Sesuai Ekspetasi
11
BAB 11 - Jodoh Cerminan Diri
12
BAB 12 - Ujian
13
BAB 13 - Thanks
14
BAB 14 - Ini Istriku
15
BAB 15 - Terang-Terangan
16
BAB 16 - Putuskan
17
BAB 17 - Maaf Ya
18
BAB 18 - Tertangkap (Basah)
19
BAB 19 - Bukan Pelakor
20
BAB 20 - Pindah Saja
21
BAB 21 - Pindah (Rumah)
22
BAB 22 - Dejavu
23
BAB 23 - Berapa Banyak?
24
BAB 24 - Pantas Dihajar
25
BAB 25 - Santai Saja
26
BAB 26 - Bukti
27
BAB 27 - Bercandanya Kelewatan
28
BAB 28 - Cara Lain
29
BAB 29 - Lolipop
30
BAB 30 - Malam Di Yogya
31
BAB 31 - The Power Of Umi
32
BAB 32 - Satu Sama
33
BAB 33 - Aku Siap
34
BAB 34 - Malu Seumur Hidup
35
BAB 35 - Lagi Lagi Umi
36
BAB 36 - Hujan Di Langit Yogya
37
BAB 37 - Aku Mencintainya
38
BAB 38 - Boleh Ya?
39
BAB 39 - Anggap Pertama Kali
40
BAB 40 - Good Girl
41
BAB 41 - Panik
42
BAB 42 - Aku Suamimu, Bukan Simpanan.
43
BAB 43 - Pengadu
44
BAB 44 - Pasutri IQ Tinggi
45
BAB 45 - Dunia Itu Adil
46
BAB 46 - Aku Harus Pergi, Mom
47
BAB 47 - Mertua Posesif
48
BAB 48 - Tidak Terduga
49
BAB 49 - Janji Di Akhir Malam
50
BAB 50 - Killer Mode On
51
BAB 51 - Begini Maunya?
52
BAB 52 - Tetap Disyukuri
53
BAB 53 - Bukan Hambatan
54
BAB 54 - Lebih Manis
55
BAB 55 - Jangan Di Luar
56
BAB 56 - Penjelasan Istri Dosen
57
BAB 57 - Berapa Tarifnya?
58
BAB 58 - Telat!!
59
BAB 59 - Pengaruh Buruk
60
BAB 60 - Aku Berbeda
61
BAB 61 - Tidak Dapat Diprediksi
62
BAB 62 - Jangan Mengagumiku ~ Zain
63
BAB 63 - Tanggung Jawab, Mas.
64
BAB 64 - 4 Sehat, 5 Bantat.
65
BAB 65 - Kita Hadapi Bersama, Mas.
66
BAB 66 - Simulasi Resepsi
67
BAB 67 - Aku Mencintainya Lebih Dulu
68
BAB 68 - Salbrut
69
BAB 69 - Sedikit Berbeda
70
BAB 70 - Kewajiban?
71
BAB 71 - Pengakuan Cinta
72
BAB 72 - Anak Siapa?
73
BAB 73 - Anaconda
74
BAB 74 - Butot (Bucin Total)
75
BAB 75 - Seret Saja!!
76
BAB 76 - Terlalu Percaya Diri
77
BAB 77 - I Love You, Nadin
78
BAB 78 - Sangat Bangga
79
BAB 79 - Bukan Cinta Biasa
80
BAB 80 - Tak Terbandingi
81
BAB 81 - Pecah Telur
82
BAB 82 - Terakhir
83
BAB 83 - Hanya Kamu
84
BAB 84 - Big News!!
85
BAB 85 - Produksi Sendiri
86
BAB 86 - Balas Dendam
87
BAB 87 - Bukan Sembarang Mie
88
BAB 88 - Aku Cemburu?
89
BAB 89 - Cari Penyakit
90
BAB 90 - Rival Sesungguhnya
91
BAB 91 - Aku Harus Apa?
92
BAB 92 - Seperti Yang Kamu Mau
93
BAB 93 - Maaf ~ Zain
94
BAB 94 - Ngalahin Burj Khalifa
95
BAB 95 - Kesepakatan Masa Depan
96
BAB 96 - Putar Balik
97
BAB 97 - Takut
98
BAB 98 - Istriku Berharga
99
BAB 99 - Tidak Percaya Diri
100
BAB 100 - Semua Demi Kamu
101
BAB 101 - Gendutan
102
BAB 102 - Our Secret
103
BAB 103 - My Beloved Ummi
104
BAB 104 - Seperti Abi
105
BAB 105 - Aku Percaya Kamu
106
BAB 106 - Surga Di Matanya
107
BAB 107 - Pertunjukan Menarik
108
BAB 108 - Suami Pamrih
109
BAB 109 - Di Balik Layar
110
BAB 110 - Win-Win Solution
111
BAB 111 - Rugi Bandar
112
BAB 112 - Cucu Ibra
113
BAB 113 - Janji
114
BAB 114 - Tidak Tahan Lagi
115
BAB 115 - Tidak Berhak
116
BAB 116 - Salah Paham
117
BAB 117 - Tragedi Malam Pengantin
118
BAB 118 - Basi!!
119
BAB 119 - Tanggung Jawab
120
BAB 120 - Mas Bakal Pulang, 'Kan?
121
BAB 121 - Tak Terhingga
122
BAB 122 - Rayuan Suami Gila
123
BAB 123 - Mahasiswiku
124
BAB 124 - Sama-Sama Merindu
125
BAB 125 - Mimpi Lagi?
126
BAB 126 - Mas, Aku Ikut Ya
127
Promosi Karya Baru - Malam Panjang Bersama Dosenku
128
BAB 127 - BUBAR
129
BAB 128 - Nggak Bisa Sembarang Donat
130
BAB 129 - Kesempatan Kedua
131
BAB 130 - Kembali Untukmu
132
BAB 131 - Jiwa Yang Berbeda
133
BAB 132 - Sesurga
134
BAB 133 - Assalamualaikum, Istriku
135
BAB 134 - Another Zain
136
BAB 135 - Insan Labil
137
BAB 136 - Lika-Liku Jadi Nadin
138
BAB 137 - Babymoon?
139
BAB 138 - Hari H
140
BAB 139 - Ngelunjak
141
BAB 140 - Kali Ini Serius
142
BAB 141 - Dibayar Tunai
143
BAB 142 - Wish List (Kamu)
144
BAB 143 - Orang Ketiga
145
BAB 144 - Mengukir Kenangan
146
BAB 145 - Penyelamatan Dugong
147
BAB 146 - Pink atau Biru?
148
BAB 147 - Sesuai Harapan (Zain)
149
BAB 148 - Untill Jannah ~ Tamat
150
BONUS CHAPTER
151
BONUS CHAPTER II
152
BONUS CHAPTER III
153
PROMOSI KARYA BARU - ISTRI PILIHAN MOMMY
154
BONUS CHAPTER IV
155
BONUS CHAPTER V
156
BONUS CHAPTER VI
157
BONUS CHAPTER VII
158
BONUS CHAPTER VIII
159
BONUS CHAPTER IX
160
BONUS CHAPTER X
161
BONUS CHAPTER XI
162
BONUS CHAPTER XII
163
BONUS CHAPTER XIII
164
BONUS CHAPTER XIV
165
THE LAST BONUS CHAPTER
166
VISUAL CAST
167
PROMO KARYA - LELAKI IDAMAN BY UNCHIHAH SANSKEH
168
Promo Karya Baru : Hijrah Cinta Sang Pendosa
169
Promo Karya Baru - Pernikahan Luar Biasa
170
Promo Karya Baru - Jerat Cinta Pria Beristri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!