BAB 05 - Garis Takdir

Siang dilamar, malam menikah dan keesokan hari dia harus ditinggal pergi. Secepat itu dunia Nadin berbalik, dan pelakunya kini tengah termenung menatap Nadin yang terbaring dari kejauhan.

Jangankan melakukan malam pertama, hendak mencumbunya saja Zain tidak punya rencana. Bukan karena tidak sudi, bukan pula dia benci, tapi dia tahu jika nekat melakukan hal semacam itu sama saja dengan membunuh istrinya.

Tanpa perlu dijelaskan Zain tahu sebesar apa trauma yang membekas dalam diri Nadin. Walau memang tidak sehisteris pertama kali, tapi ketika didekati Nadin masih terlihat bergetar, dan Zain sadar betul akan hal itu.

Usai puas memandangi Nadin, perhatian pria itu beralih pada layar ponselnya. Zain tersenyum kecut begitu menatap wajah si cuek yang terus mengabaikan pesannya sejak beberapa hari lalu. Entah sesibuk apa Jessica saat ini hingga menjawab pertanyaannya saja tak sempat, padahal akun sosial medianya tetap aktif.

Zain tidak ingin mempermasalahkan hal itu, dia berpikir positif dan mungkin saja Jessica tengah menikmati waktu bersama rekan-rekan dokternya di sana. Satu persatu Zain menggeser foto Jessica, wanita tercantik di matanya saat ini setelah Amara, sang mama.

Senyumnya manis, gelak tawanya terdengar begitu bahagia di salah-satu video yang dia unggah di akun pribadinya. Semakin lama dia pandangi, rasa bersalah terhadap wanita itu juga semakin nyata.

Matanya mengembun, Zain agak cengeng sebenarnya. Bahkan, dia nekat sampai mabuk kemarin malam lantaran merasa diabaikan Jessica yang sudah begitu lama tak bertemu. Sepele memang, hanya karena Jessica tak menanggapinya, Zain marah hingga mencari kesenangan bersama teman-temannya.

Begitulah awal petaka yang pada akhirnya membawa Zain pada garis takdir yang tak dia duga, menikahi Nadin malam ini. Kendati demikian, dia tidak menyalahkan Jessica, pria itu tetap merasa bersalah pada akhirnya.

Malam ini Zain masih melihat dengan jelas sebahagia apa Jessica dengan pilihannya. Menjadi dokter di salah-satu rumah sakit negara maju di usia muda telah dia gapai, dan sebagai pasangan Zain turut bangga.

Akan tetapi, Zain tidak dapat menjamin Jessica tetap sebahagia itu andai tahu jika dirinya telah menikah. Seketika, Zain menghela napas panjang seraya mengusap wajahnya.

"Maafkan aku."

Hanya kata itu yang Zain utarakan, hadirnya Nadin bukan termasuk bagian dari rencananya. Hanya saja, untuk lepas tanggung jawab juga tidak bisa, Zain akan merasa lebih berdosa andai tidak menikahinya.

Lama berselang, lamunan Zain buyar begitu menyadari pergerakan Nadin. Melihat sang istri yang berusaha bangun, Zain bergegas menghampirinya. "Mau kemana?"

Pertanyaan sederhana yang lagi-lagi membuat Nadin sedikit bergetar, tapi dia tidak menolak kala Zain menahan tubuhnya yang kebetulan masih terasa sedikit lesu.

"Ngigau?"

Nadin mendongak, walau pertanyaan Zain agak sedikit aneh, tapi pria itu masih menjawab serius. "Kamar mandi."

Tanpa bertanya dirinya bersedia dibantu atau tidak, Zain tetap menuntunnya untuk berjalan ke kamar mandi. Walau sebenarnya mungkin bisa, tapi dikhawatirkan sang istri jatuh atau semacamnya.

Begitu tiba di depan pintu, Zain juga cukup sadar diri dan tidak perlu menunggu diteriaki, dia menunggu di luar dengan sabar. Walau statusnya sudah jelas-jelas istri, tetap saja Zain tidak selancang itu.

Tak berselang lama, Nadin kembali dengan wajah yang tampak basah. Besar kemungkinan dia sengaja dan hal itu membuat Zain melayangkan protesnya. "Kenapa cuci muka?"

"Gerah," jawabnya singkat dan berlalu melewati Zain yang mengekor dan memantaunya dari belakang.

Hingga Nadin kembali berbaring, Zain terus awasi lantaran khawatir sang istri kenapa-kenapa. Malam ini memang keduanya belum banyak bicara, Nadin juga lebih banyak tidurnya sementara Zain yang tak bisa tidur terus terjaga hingga keesokan harinya.

.

.

Nadin tak tahu akan hal itu, dia pikir Zain istirahat juga setelah memeritnahkan dirinya tidur segera, nyatanya hingga matahari mulai meninggi dia belum tidur juga.

Padahal, jadwalnya cukup padat hari ini. Nadin tahu jika sang suami harus pergi ke luar kota seperti yang dia katakan kemarin, tapi pria itu masih meluangkan waktu mengantarnya pulang lebih dulu.

Tanpa mengeluh, Zain terlihat begitu tulus walau sesekali menguap di mengusap matanya. Sepanjang perjalanan dia berusaha untuk fokus, hingga tiba depan gang sempit yang dikelilingi penduduk nan padat di ibu kota, Zain terjaga sejaga-jaganya.

Tidak ada lagi rasa kantuk, matanya membola begitu Nadin benar-benar turun usai mengatakan jika mereka hampir tiba. "Kamu serius pulangnya kesini?"

"Iya, kamarku yang paling ujung ... kayaknya rada kotor bekas banjir kemarin, jadi Bapak nggak bisa kalau mau mampir."

"Hah?" Zain mengerutkan dahi, ucapan Nadin sedikit aneh terdengar di telinganya.

"Ma-maksudnya cukup antar sampai di sini, Bapak juga banyak kerjaan ... lagi pula bukannya Bapak sendiri yang bilang hari ini harus keluar kota?"

Diam, tidak ada jawaban dan hanya ada bisikan angin yang memecah keheningan. Entah kerasukan apa Nadin yang tiba-tiba kembali ke mode formal, padahal kemarin dia tidak begini. "Berhenti memanggilku begitu di luar, aku tidak setua itu sampai harus dipanggil bapak."

"Ehm, maaf."

Masih baru, jadi tidak apa dia melakukan kesalahan. Kembali fokus pada topik pembicaraan, Zain memerintahkan Nadin berkemas dan pindah segera.

"Hm? Kenapa begitu? Sayang uangnya, umi udah bayarin buat setahun," tolak Nadin tak bersedia jika harus pindah, dan hal itu jelas saja membuat Zain mengelus dada.

"Nanti aku ganti uangnya, kita cari tempat tinggal yang lebih layak dari tempat ini mau ya?" Sedikit lebih lembut, Zain merayu kali ini, tapi pendirian Nadin memang sekuat itu sialnya kemarin Zain iya-iya saja ketika sang istri mengatakan tetap ingin tinggal di sana.

"Kenapa tidak mau?"

"Di sini nyaman, dekat kampus jadi aku bisa santai dan ibu kostnya baik."

"Nyaman? Aku rasa tempat ini sangat sempit, rawan banjir lagi, apa nyamannya?"

"Banjirnya tidak tiap hari, hanya sesekali ... itu juga kalau sudah hujan deras."

"Sama saja, tetap tidak nyaman sepenuhnya."

Begitu banyak omelan Zain, tapi Nadin memilih mengabaikan sang suami dan tetap membuka kamarnya. Bagi Nadin, kamar itu sangat nyaman walau di mata Zain sempit atau semacamnya.

Saat ini Nadin lebih teguh pendirian, lagi pula andai pindah juga percuma, toh Zain harus pergi siang ini juga. Ketika masuk, Zain tampak memandang sekeliling ruangan, sebenarnya tidak begitu kecil, sangat cukup untuk berdua, dia saja yang berlebihan.

Juga, Nadin sempat mengatakan jika kost-nya kebanjiran, tapi nyatanya tidak begitu kotor, wajar saja jika Nadin sempat mengatakan ibu kostnya baik. Kendati demikian, tetap saja kamar Nadin terlihat apa adanya. Tidak ada fasilitas mewah di sini, hanya ada tempat tidur dan meja belajar di satu ruangan itu, sementara sisi kanan ada kamar mandi dengan ukuran kecil, seperti fasilitas kost-kostan pada umumnya saja.

"Dapurnya mana?"

"Tidak ada," jawab Nadin membuka tirai kamar agar cahaya yang masuk lebih sempurna.

"Lalu makanmu bagaimana? Beli?" terka Zain kini duduk di tepian tempat tidur demi memastikan seberapa nyaman kasurnya.

"Iya beli, aku tidak bisa masak soalnya."

Zain memijat pelipisnya, seketika dia mengingat ucapan dokter yang sempat memeriksa sang istri. "Pantas saja."

"Pantas? Apanya yang pantas?"

.

.

- To Be Continued -

Terpopuler

Comments

BilainginMlhatKolamDdalamIKan

BilainginMlhatKolamDdalamIKan

ini temen² kampusnya g nyariin si Nadin apa gimana, terutama Jihan yg ngusulin Nadin buat k rumah dosennya.. pasti curiga kan koq dosen g masuk sama mahasiswa nya?

2024-03-25

3

💫ᵐᵃʰᵐᵘᵈᵃR𝓮𝓪ﺎᵐᵉ🦋💞

💫ᵐᵃʰᵐᵘᵈᵃR𝓮𝓪ﺎᵐᵉ🦋💞

pantas kena aslam,gara2 makan gk teratur 😁

2024-02-29

1

aniya_kim

aniya_kim

junk food begitulah .. aku yo ngunu tak bisa masak. kost huhu

2024-02-27

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Awal Petaka
2 BAB 02 - Hancur
3 BAB 03 - Kamu Tetap Tanggung Jawabku
4 BAB 04 - Ngebet Nikah
5 BAB 05 - Garis Takdir
6 BAB 06 - Jangan Menolak Kewajiban
7 BAB 07 - Virtual
8 BAB 08 - My Wife
9 BAB 09 - A (++)
10 BAB 10 - Tidak Sesuai Ekspetasi
11 BAB 11 - Jodoh Cerminan Diri
12 BAB 12 - Ujian
13 BAB 13 - Thanks
14 BAB 14 - Ini Istriku
15 BAB 15 - Terang-Terangan
16 BAB 16 - Putuskan
17 BAB 17 - Maaf Ya
18 BAB 18 - Tertangkap (Basah)
19 BAB 19 - Bukan Pelakor
20 BAB 20 - Pindah Saja
21 BAB 21 - Pindah (Rumah)
22 BAB 22 - Dejavu
23 BAB 23 - Berapa Banyak?
24 BAB 24 - Pantas Dihajar
25 BAB 25 - Santai Saja
26 BAB 26 - Bukti
27 BAB 27 - Bercandanya Kelewatan
28 BAB 28 - Cara Lain
29 BAB 29 - Lolipop
30 BAB 30 - Malam Di Yogya
31 BAB 31 - The Power Of Umi
32 BAB 32 - Satu Sama
33 BAB 33 - Aku Siap
34 BAB 34 - Malu Seumur Hidup
35 BAB 35 - Lagi Lagi Umi
36 BAB 36 - Hujan Di Langit Yogya
37 BAB 37 - Aku Mencintainya
38 BAB 38 - Boleh Ya?
39 BAB 39 - Anggap Pertama Kali
40 BAB 40 - Good Girl
41 BAB 41 - Panik
42 BAB 42 - Aku Suamimu, Bukan Simpanan.
43 BAB 43 - Pengadu
44 BAB 44 - Pasutri IQ Tinggi
45 BAB 45 - Dunia Itu Adil
46 BAB 46 - Aku Harus Pergi, Mom
47 BAB 47 - Mertua Posesif
48 BAB 48 - Tidak Terduga
49 BAB 49 - Janji Di Akhir Malam
50 BAB 50 - Killer Mode On
51 BAB 51 - Begini Maunya?
52 BAB 52 - Tetap Disyukuri
53 BAB 53 - Bukan Hambatan
54 BAB 54 - Lebih Manis
55 BAB 55 - Jangan Di Luar
56 BAB 56 - Penjelasan Istri Dosen
57 BAB 57 - Berapa Tarifnya?
58 BAB 58 - Telat!!
59 BAB 59 - Pengaruh Buruk
60 BAB 60 - Aku Berbeda
61 BAB 61 - Tidak Dapat Diprediksi
62 BAB 62 - Jangan Mengagumiku ~ Zain
63 BAB 63 - Tanggung Jawab, Mas.
64 BAB 64 - 4 Sehat, 5 Bantat.
65 BAB 65 - Kita Hadapi Bersama, Mas.
66 BAB 66 - Simulasi Resepsi
67 BAB 67 - Aku Mencintainya Lebih Dulu
68 BAB 68 - Salbrut
69 BAB 69 - Sedikit Berbeda
70 BAB 70 - Kewajiban?
71 BAB 71 - Pengakuan Cinta
72 BAB 72 - Anak Siapa?
73 BAB 73 - Anaconda
74 BAB 74 - Butot (Bucin Total)
75 BAB 75 - Seret Saja!!
76 BAB 76 - Terlalu Percaya Diri
77 BAB 77 - I Love You, Nadin
78 BAB 78 - Sangat Bangga
79 BAB 79 - Bukan Cinta Biasa
80 BAB 80 - Tak Terbandingi
81 BAB 81 - Pecah Telur
82 BAB 82 - Terakhir
83 BAB 83 - Hanya Kamu
84 BAB 84 - Big News!!
85 BAB 85 - Produksi Sendiri
86 BAB 86 - Balas Dendam
87 BAB 87 - Bukan Sembarang Mie
88 BAB 88 - Aku Cemburu?
89 BAB 89 - Cari Penyakit
90 BAB 90 - Rival Sesungguhnya
91 BAB 91 - Aku Harus Apa?
92 BAB 92 - Seperti Yang Kamu Mau
93 BAB 93 - Maaf ~ Zain
94 BAB 94 - Ngalahin Burj Khalifa
95 BAB 95 - Kesepakatan Masa Depan
96 BAB 96 - Putar Balik
97 BAB 97 - Takut
98 BAB 98 - Istriku Berharga
99 BAB 99 - Tidak Percaya Diri
100 BAB 100 - Semua Demi Kamu
101 BAB 101 - Gendutan
102 BAB 102 - Our Secret
103 BAB 103 - My Beloved Ummi
104 BAB 104 - Seperti Abi
105 BAB 105 - Aku Percaya Kamu
106 BAB 106 - Surga Di Matanya
107 BAB 107 - Pertunjukan Menarik
108 BAB 108 - Suami Pamrih
109 BAB 109 - Di Balik Layar
110 BAB 110 - Win-Win Solution
111 BAB 111 - Rugi Bandar
112 BAB 112 - Cucu Ibra
113 BAB 113 - Janji
114 BAB 114 - Tidak Tahan Lagi
115 BAB 115 - Tidak Berhak
116 BAB 116 - Salah Paham
117 BAB 117 - Tragedi Malam Pengantin
118 BAB 118 - Basi!!
119 BAB 119 - Tanggung Jawab
120 BAB 120 - Mas Bakal Pulang, 'Kan?
121 BAB 121 - Tak Terhingga
122 BAB 122 - Rayuan Suami Gila
123 BAB 123 - Mahasiswiku
124 BAB 124 - Sama-Sama Merindu
125 BAB 125 - Mimpi Lagi?
126 BAB 126 - Mas, Aku Ikut Ya
127 Promosi Karya Baru - Malam Panjang Bersama Dosenku
128 BAB 127 - BUBAR
129 BAB 128 - Nggak Bisa Sembarang Donat
130 BAB 129 - Kesempatan Kedua
131 BAB 130 - Kembali Untukmu
132 BAB 131 - Jiwa Yang Berbeda
133 BAB 132 - Sesurga
134 BAB 133 - Assalamualaikum, Istriku
135 BAB 134 - Another Zain
136 BAB 135 - Insan Labil
137 BAB 136 - Lika-Liku Jadi Nadin
138 BAB 137 - Babymoon?
139 BAB 138 - Hari H
140 BAB 139 - Ngelunjak
141 BAB 140 - Kali Ini Serius
142 BAB 141 - Dibayar Tunai
143 BAB 142 - Wish List (Kamu)
144 BAB 143 - Orang Ketiga
145 BAB 144 - Mengukir Kenangan
146 BAB 145 - Penyelamatan Dugong
147 BAB 146 - Pink atau Biru?
148 BAB 147 - Sesuai Harapan (Zain)
149 BAB 148 - Untill Jannah ~ Tamat
150 BONUS CHAPTER
151 BONUS CHAPTER II
152 BONUS CHAPTER III
153 PROMOSI KARYA BARU - ISTRI PILIHAN MOMMY
154 BONUS CHAPTER IV
155 BONUS CHAPTER V
156 BONUS CHAPTER VI
157 BONUS CHAPTER VII
158 BONUS CHAPTER VIII
159 BONUS CHAPTER IX
160 BONUS CHAPTER X
161 BONUS CHAPTER XI
162 BONUS CHAPTER XII
163 BONUS CHAPTER XIII
164 BONUS CHAPTER XIV
165 THE LAST BONUS CHAPTER
166 VISUAL CAST
167 PROMO KARYA - LELAKI IDAMAN BY UNCHIHAH SANSKEH
168 Promo Karya Baru : Hijrah Cinta Sang Pendosa
Episodes

Updated 168 Episodes

1
BAB 01 - Awal Petaka
2
BAB 02 - Hancur
3
BAB 03 - Kamu Tetap Tanggung Jawabku
4
BAB 04 - Ngebet Nikah
5
BAB 05 - Garis Takdir
6
BAB 06 - Jangan Menolak Kewajiban
7
BAB 07 - Virtual
8
BAB 08 - My Wife
9
BAB 09 - A (++)
10
BAB 10 - Tidak Sesuai Ekspetasi
11
BAB 11 - Jodoh Cerminan Diri
12
BAB 12 - Ujian
13
BAB 13 - Thanks
14
BAB 14 - Ini Istriku
15
BAB 15 - Terang-Terangan
16
BAB 16 - Putuskan
17
BAB 17 - Maaf Ya
18
BAB 18 - Tertangkap (Basah)
19
BAB 19 - Bukan Pelakor
20
BAB 20 - Pindah Saja
21
BAB 21 - Pindah (Rumah)
22
BAB 22 - Dejavu
23
BAB 23 - Berapa Banyak?
24
BAB 24 - Pantas Dihajar
25
BAB 25 - Santai Saja
26
BAB 26 - Bukti
27
BAB 27 - Bercandanya Kelewatan
28
BAB 28 - Cara Lain
29
BAB 29 - Lolipop
30
BAB 30 - Malam Di Yogya
31
BAB 31 - The Power Of Umi
32
BAB 32 - Satu Sama
33
BAB 33 - Aku Siap
34
BAB 34 - Malu Seumur Hidup
35
BAB 35 - Lagi Lagi Umi
36
BAB 36 - Hujan Di Langit Yogya
37
BAB 37 - Aku Mencintainya
38
BAB 38 - Boleh Ya?
39
BAB 39 - Anggap Pertama Kali
40
BAB 40 - Good Girl
41
BAB 41 - Panik
42
BAB 42 - Aku Suamimu, Bukan Simpanan.
43
BAB 43 - Pengadu
44
BAB 44 - Pasutri IQ Tinggi
45
BAB 45 - Dunia Itu Adil
46
BAB 46 - Aku Harus Pergi, Mom
47
BAB 47 - Mertua Posesif
48
BAB 48 - Tidak Terduga
49
BAB 49 - Janji Di Akhir Malam
50
BAB 50 - Killer Mode On
51
BAB 51 - Begini Maunya?
52
BAB 52 - Tetap Disyukuri
53
BAB 53 - Bukan Hambatan
54
BAB 54 - Lebih Manis
55
BAB 55 - Jangan Di Luar
56
BAB 56 - Penjelasan Istri Dosen
57
BAB 57 - Berapa Tarifnya?
58
BAB 58 - Telat!!
59
BAB 59 - Pengaruh Buruk
60
BAB 60 - Aku Berbeda
61
BAB 61 - Tidak Dapat Diprediksi
62
BAB 62 - Jangan Mengagumiku ~ Zain
63
BAB 63 - Tanggung Jawab, Mas.
64
BAB 64 - 4 Sehat, 5 Bantat.
65
BAB 65 - Kita Hadapi Bersama, Mas.
66
BAB 66 - Simulasi Resepsi
67
BAB 67 - Aku Mencintainya Lebih Dulu
68
BAB 68 - Salbrut
69
BAB 69 - Sedikit Berbeda
70
BAB 70 - Kewajiban?
71
BAB 71 - Pengakuan Cinta
72
BAB 72 - Anak Siapa?
73
BAB 73 - Anaconda
74
BAB 74 - Butot (Bucin Total)
75
BAB 75 - Seret Saja!!
76
BAB 76 - Terlalu Percaya Diri
77
BAB 77 - I Love You, Nadin
78
BAB 78 - Sangat Bangga
79
BAB 79 - Bukan Cinta Biasa
80
BAB 80 - Tak Terbandingi
81
BAB 81 - Pecah Telur
82
BAB 82 - Terakhir
83
BAB 83 - Hanya Kamu
84
BAB 84 - Big News!!
85
BAB 85 - Produksi Sendiri
86
BAB 86 - Balas Dendam
87
BAB 87 - Bukan Sembarang Mie
88
BAB 88 - Aku Cemburu?
89
BAB 89 - Cari Penyakit
90
BAB 90 - Rival Sesungguhnya
91
BAB 91 - Aku Harus Apa?
92
BAB 92 - Seperti Yang Kamu Mau
93
BAB 93 - Maaf ~ Zain
94
BAB 94 - Ngalahin Burj Khalifa
95
BAB 95 - Kesepakatan Masa Depan
96
BAB 96 - Putar Balik
97
BAB 97 - Takut
98
BAB 98 - Istriku Berharga
99
BAB 99 - Tidak Percaya Diri
100
BAB 100 - Semua Demi Kamu
101
BAB 101 - Gendutan
102
BAB 102 - Our Secret
103
BAB 103 - My Beloved Ummi
104
BAB 104 - Seperti Abi
105
BAB 105 - Aku Percaya Kamu
106
BAB 106 - Surga Di Matanya
107
BAB 107 - Pertunjukan Menarik
108
BAB 108 - Suami Pamrih
109
BAB 109 - Di Balik Layar
110
BAB 110 - Win-Win Solution
111
BAB 111 - Rugi Bandar
112
BAB 112 - Cucu Ibra
113
BAB 113 - Janji
114
BAB 114 - Tidak Tahan Lagi
115
BAB 115 - Tidak Berhak
116
BAB 116 - Salah Paham
117
BAB 117 - Tragedi Malam Pengantin
118
BAB 118 - Basi!!
119
BAB 119 - Tanggung Jawab
120
BAB 120 - Mas Bakal Pulang, 'Kan?
121
BAB 121 - Tak Terhingga
122
BAB 122 - Rayuan Suami Gila
123
BAB 123 - Mahasiswiku
124
BAB 124 - Sama-Sama Merindu
125
BAB 125 - Mimpi Lagi?
126
BAB 126 - Mas, Aku Ikut Ya
127
Promosi Karya Baru - Malam Panjang Bersama Dosenku
128
BAB 127 - BUBAR
129
BAB 128 - Nggak Bisa Sembarang Donat
130
BAB 129 - Kesempatan Kedua
131
BAB 130 - Kembali Untukmu
132
BAB 131 - Jiwa Yang Berbeda
133
BAB 132 - Sesurga
134
BAB 133 - Assalamualaikum, Istriku
135
BAB 134 - Another Zain
136
BAB 135 - Insan Labil
137
BAB 136 - Lika-Liku Jadi Nadin
138
BAB 137 - Babymoon?
139
BAB 138 - Hari H
140
BAB 139 - Ngelunjak
141
BAB 140 - Kali Ini Serius
142
BAB 141 - Dibayar Tunai
143
BAB 142 - Wish List (Kamu)
144
BAB 143 - Orang Ketiga
145
BAB 144 - Mengukir Kenangan
146
BAB 145 - Penyelamatan Dugong
147
BAB 146 - Pink atau Biru?
148
BAB 147 - Sesuai Harapan (Zain)
149
BAB 148 - Untill Jannah ~ Tamat
150
BONUS CHAPTER
151
BONUS CHAPTER II
152
BONUS CHAPTER III
153
PROMOSI KARYA BARU - ISTRI PILIHAN MOMMY
154
BONUS CHAPTER IV
155
BONUS CHAPTER V
156
BONUS CHAPTER VI
157
BONUS CHAPTER VII
158
BONUS CHAPTER VIII
159
BONUS CHAPTER IX
160
BONUS CHAPTER X
161
BONUS CHAPTER XI
162
BONUS CHAPTER XII
163
BONUS CHAPTER XIII
164
BONUS CHAPTER XIV
165
THE LAST BONUS CHAPTER
166
VISUAL CAST
167
PROMO KARYA - LELAKI IDAMAN BY UNCHIHAH SANSKEH
168
Promo Karya Baru : Hijrah Cinta Sang Pendosa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!