Peri Manis Mematikan

Peri Manis Mematikan

Pertaruhan

"Rasanya sudah lama sekali aku tidak kembali kesini. Saat ini kusadari bahwa ternyata istana Yeurylizei sebesar ini, padahal selama ini aku hidup di dalamnya."

"Tentu saja besar, namanya juga istana Kekaisaran. Tuan putri saja yang tidak pernah mencoba untuk keluar istana, makanya baru menyadari hal itu sekarang."

"Benar juga ya.. Perasaan ini mengingatkanku waktu pertama kalinya meninggalkan istana."

"Yah, tuan putri yang sekarang pasti akan dengan mudah dikenali oleh orang - orang kan ? Apalagi dirimu itu memiliki julukan 'Peri manis mematikan'. Uwahh ! Apa - apaan julukan yang penuh dusta dan pencitraan itu. Ya kan, tuan putri ?" lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah Rydia dengan menunjukkan raut mengejek.

"Ish.. hentikan itu, Raven ! Aku tidak ingat pernah menerima julukan itu. Siapa pula yang membuat julukan aneh seperti itu, hal yang penuh kebohongan dan dibuat - buat." sanggah Rydia menolehkan wajahnya ke arah lain dan cemberut.

"Hahahaha... tidak masalah juga kan ? Yang terpenting sekarang ini kamu telah menerima pengakuan dan masalah penerus Kekaisaran kini terselesaikan atas kemandirian mu yang luar biasa." lelaki itu menepuk pelan punggung Rydia dan tersenyum.

"Padahal niatku ingin menyembunyikan identitas, tetapi entah siapa yang membocorkannya. Kejutan untuk ayah dan ibu pun musnah."

"Siapa lagi kalau bukan si bodoh Vano. Dia kan memang tidak bisa menyembunyikan apapun, semua keluar begitu saja dari mulutnya."

"Mari.. tuan putri, kita kembali dan menghadap yang mulia Kaisar."

Raven mempersilahkan Rydia untuk berjalan dahulu dan mengikutinya menghadap sang kaisar. Petualangan mereka berempat telah memberikan hasil diluar dugaan pun pengakuan tuan putri kini berjalan dengan lancar.

***

Di ujung utara dunia, berdirilah sebuah Kekaisaran besar nan penuh kedamaian dengan beberapa kerajaan di bawah naungannya. Berpusat di istana Yeurylizei, kini seorang pemimpin Kekaisaran itu hadir. Duduk tegap dengan raut wajah serius menanti seseorang yangencuri perhatiannya sejak dilahirkan ke dunia ini. Seorang perempuan yang merupakan satu - satunya pewaris Kekaisaran, Rydia V'elf Sphyra.

"Ada apa, ayah ?" terbukanya pintu, seorang perempuan berlari mendekat kepada sang kaisar.

"Rydia, salam paginya kemana ?" jawab kaisar menghela nafas panjangnya.

"Huh ? Oh, pagi."

"Rydia, ayah ada permintaan untukmu. Bisakah kamu serius menanggapi apa yang akan ayah katakan ? Kali ini saja serius, bisa ?" raut wajah sang kaisar kembali menegang.

"Baiklah, apa itu ayah ?" Rydia duduk di lantai tepat dihadapan ayahnya duduk.

"Ini bukan salah siapapun, bahkan ibu, ayah dan kamu sekalipun. Sepertinya kamu sudah mendengar bahwa orang - orang yang berada di Kekaisaran V'elf ini merendahkanmu dan tidak memandangmu tinggi seperti halnya mereka memandang ayah dan ibu."

"Ayah tahu kalau kamu tidak terlalu memperdulikannya, tetapi ayah tidak menyukai hal ini karena secara tak langsung pun mereka juga menghina ayah. Bagaimana menurutmu ?"

"Ayah putuskan sesuatu saja, nanti aku yang akan lakukan. Tetapi lebih seru dan menyenangkan kalau itu pertaruhan atau hal yang berkaitan dengan persaingan. Dengan begitu aku akan 100% memiliki niat untuk menuntaskannya meskipun harus seorang diri." jawab Rydia dengan lantang dan penuh senyum.

"Pertaruhan atau persaingan ya ..? Rasanya seperti Rydia sekali mengajukan ide ini. Jangan - jangan kamu sudah memperhitungkan masalah ini, nak ?"

"Tentu saja tidak. Aku hanya menyukai persaingan, kalau tidak ada persaingan, pasti semua hal akan menjadi membosankan."

"Kalau begitu nanti ayah pikirkan bersama ibu dan penasehat ayah dahulu. Kamu boleh datang ke ruang kerja ayah nanti malam."

Kaisar Rexmird bangkit dari duduknya dan mendatangi Rydia. Dia membelai kepala putrinya dengan lembut, kemudian melangkah keluar ruangan meninggalkan putrinya yang sedang duduk di lantai sendirian.

"Hmm... sepertinya aku akan berpisah dengan ayah dan ibu dalam waktu yang lama."

"Aku akan membuat mereka berdua menerima permintaanku sebelum aku pergi. Hihihi, tidak buruk juga menjadi anak yang manja terhadap orang tuanya meski sesaat."

Rydia meninggalkan ruangan itu, dia berlari ke arah perpustakaan untuk mengemas buku - buku yang hendak dia bawa sebagai teman petualangannya. Meskipun sikapnya sangat menyerupai lelaki, Rydia adalah perempuan yang sangat cerdas, cerdik, pintar, dan ingin tahunya tinggi. Selain itu pun dia tidak pernah memandang renda orang lain meskipun mereka adalah pelayan istana sekalipun. Perlakuan Rydia terhadap mereka adalah sebagai teman, bukan pelayan majikan. Memang aneh anaknya.

***

Malam hari tiba, Rydia berlari ke arah sang ayah dan ibunya berada. Menepiskan segala pemikiran anehnya, dia membuka pintu ruang kerja ayahnya dan mendapati mereka yang sedang menunggu kehadirannya. Senyum merekah sebagai sapaan pertemuan Rydia dengan kedua orang tuanya. Melangkah lebar mendekati ayah dan ibunya, kemudian duduk di kursi berhadapan dengan mereka.

"Rydia.." panggil sang ibunda dengan suara lembut.

"Iya, ibunda.."

"Sebelumnya maafkan ibunda karena belum bisa membesarkanmu menjadi perempuan yang mampu diterima oleh para rakyat Kekaisaran V'elf ini. Ibunda tidak menyalahkanmu terlahir sebagai perempuan, pun juga tidak menyalahkan siapapun sama seperti apa yang ayahmu katakan tadi. Ibunda merasa bahwa inilah saatnya kamu memilih satu dari dua permintaan ayah dan ibunda." jelas Keyvara Retta V'elf, sang ibunda dari Rydia yang merupakan keturunan kaisar sebelumnya.

"Baik, ibunda. Rydia telah siap memilih salah satu dari permintaan yang akan dikatakan oleh ayah dan ibunda."

"Kalau begitu mari ayah katakan apa permintaan itu." timpal ayah Rydia.

Menegakkan tubuhnya, menatap intens kedua mata Rydia. Setelah menghela nafas panjangnya, sang ayah akhirnya angkat suara.

"Rydia, silahkan pilih salah satu permintaan ayah dan ibunda dengan jujur tanpa paksaan..."

"Untuk permintaan pertama, ayah dan ibunda ingin kamu menerima perjodohan untuk pernikahanmu dengan lelaki yang telah ayah pilih sebagai calon suamimu sekaligus penerus Kekaisaran V'elf ini..."

"Berarti menikah.. ? Dengan umurku yang masih dini seperti ini ?"

"Benar sekali. Permintaan yang tidak sulit bukan ?" tanya Liebe Rexmird V'elf, ayah Rydia.

"Mm.. bagaimana permintaan yang kedua ?"

"Itu- ekhem.."

"Pertaruhan. Permintaan kedua adalah pertaruhan." lanjut ayahnya.

"Pertaruhan ? Ehhh ! Apa itu ayah !??" Rydia menaikkan nada bicaranya, menandakan dia tertarik dengan hal ini.

"Membuang nama, jabatan, dan istana. Hidup sebagai warga biasa dengan nama baru dan semua kamu lakukan seorang diri tanpa adanya pengawal."

Rydia menelan kembali ludahnya yang hendak keluar. Suasana tegang memenuhi ruangan kerja sang kaisar. Bergantian saling menatap mata dengan kedua orang tuanya, Rydia menundukkan kepalanya.

"Baik, aku akan memilih yang kedua." ucapnya tegas.

"Benarkah, Rydia ? Kamu yakin ?" khawatir sang ibunda.

"Iya, aku yakin. Jadi, bolehkah aku meminta sesuatu sebelum aku pergi ?"

Anggukan kedua orang tua Rydia sebagai jawabannya. Rydia berdiri melangkah ke arah kedua orang tuanya dan memeluk mereka berdua seraya membisikkan sesuatu.

"Ayah, ibunda, jangan meninggal dahulu sebelum Rydia berhasil dengan pertaruhannya.. ya ? Aku mencintai kalian."

Terpopuler

Comments

IdDesiRswt

IdDesiRswt

cerita nya seru nih, jgn lupa mampir juga di karya ku ya

2024-01-18

0

Willyam Loius

Willyam Loius

Sudah mampir nih, smangat ya!

2024-01-03

0

PORREN46R

PORREN46R

lumayan menarik ceritanya, semangat terus ya author

2023-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!