Bab 15 New Day, New Life

Verona merupakan sebuah kota kecil di timur laut Italia. Nama Verona memang sulit dilepaskan dari kisah Romeo dan Juliet. Sebuah kisah percintaan tragis yang berakhir dengan kematian. Meski hanya sebuah cerita novel karangan William Shakespeare, kisah cinta Romeo dan Juliet bagai sebuah sihir bagi pasangan di seluruh dunia.

Suasana Verona lebih tenang daripada kota-kota lain di Italia, menurut Freesia. Untuk itu, dia memilih kota itu sebagai tempat tinggal mereka yang baru.

"Romeo dan Juliet?" tanya Snow bingung.

Snow tidak mengikuti kisah percintaan di dunia manusia. Jadi, dia tidak tahu siapa itu Romeo dan Juliet. Kedua nama itu terdengar asing baginya.

"Tentu saja kau tidak tahu. Itu hanya sebuah kisah novel yang sangat terkenal," jawab Freesia.

"Apa bagusnya? Cuma cerita novel," ejek Snow.

"Cerita novel yang diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar sehingga seluruh dunia tahu kisah cinta mereka yang tragis," jawab Freesia.

"Aku rasa tidak ada yang lebih tragis dari kisah cinta ..." Snow keceplosan.

Aduh! Mulut sia lan. Pria itu mengutuk dirinya di dalam hati. Bisa-bisanya dia terpancing dan keceplosan.

"Ya, kau benar. Kisahku lebih tragis dari mereka," jawab Freesia sambil terkekeh.

Tidak ada lagi rasa sedih saat mengingat kejadian lima puluh tahun yang lalu. Perasaan gadis cantik itu dalam keadaan damai. Tidak ada rasa cinta, dendam, dan benci pada Dante. Siapa dia yang berhak marah dan benci pada pria itu? Hanya Tuhan yang berhak. Namun, Freesia juga tidak bisa memberi hatinya lagi.

"Sampai," ujar Freesia.

"Secepat ini?"

"Kau terlalu banyak tanya tadi. Jadi, tidak terasa," jawab Freesia sambil terkekeh.

Supir yang mengendarai mobil turun lebih dulu dan membuka pintu mobil untuk Freesia.

"Grazie (terima kasih)," ucap Freesia.

"Prego (sama-sama)," jawab supir.

"Eh, kok aku tidak tahu kau bisa bahasa Italia?" tanya Snow.

"Hhh! Akibat kelamaan tinggal di dunia manusia dan menjadi seekor kucing, otakmu jadi lemot," balas Freesia.

Alis Snow menekuk. Tandanya pria itu sedang berpikir.

"Ah!" seru Snow sambil menepuk jidat.

"Bagaimana aku bisa lupa!" timpalnya lagi.

"Gara-gara kebanyakan makan makanan kucing," jawab Sia sambil tertawa.

"Heh!" cibir Snow.

Freesia melihat rumah yang sudah disiapkan Danu Wijaya. Sangat sesuai dengan keinginannya.

"Pria tua itu pantas mendapat pujian," gumam Sia puas.

Mereka berjalan masuk sambil mengamati panorama dan lingkungan sekitar rumah baru mereka. Selain rumah, papa biologisnya itu juga mempersiapkan seorang pembantu untuk mengurus rumah, sebuah mobil, dan fasilitas lain yang menunjang segala kebutuhan Freesia.

"Aku pilih kamar di lantai dasar saja," ucap Snow seraya berjalan menuju ke sebuah kamar yang letaknya berseberangan dengan ruang tamu.

Snow meninggalkan Freesia dan Martha di ruang tamu. Ke kamar hanya alasan bagi pria itu. Dia ingin menghubungi Dante untuk melaporkan keberadaan mereka saat ini.

"Kamar yang bagus," ujar Snow sambil mengunci pintu kamar.

Freesia mengantar Martha ke kamar. Kamar yang mereka tempati berada di lantai dua tapi tidak bersebelahan. Usai mengantar Martha ke kamarnya, Freesia pergi ke kamarnya sendiri. Gadis itu tersenyum sambil merebahkan diri. Waktu yang baik untuknya istirahat sebentar sebelum makan malam.

"Kau tidak akan bisa menghubunginya lagi," ujar Freesia sambil memejamkan mata.

Di kamar Snow.

Sudah berapa kali Snow mencoba untuk mengirim sinyal ke alam abadi. Namun, semakin keras dia mencoba semakin mental energi yang dia keluarkan. Energi itu berbalik lagi ke tubuhnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Snow pada dirinya sendiri.

* * *

Alam Abadi.

"Eh, adik! Kau terlihat gelisah?" tanya Josh sambil berkipas.

Perawakan Josh tak kalah tampan dengan Dante. Hanya saja wajahnya sedikit lebih tirus. Kulit wajahnya halus seperti bayi nyaris tidak ada kerutan sama sekali. Di antara mereka berempat, usia Josh paling tua. Dua ratus tiga puluh lima tahun dengan penampilan empat puluh tahun. Tidak masuk diakal namun itulah yang terjadi jika kau memilih jalan kultivasi di dunia abadi.

Dante memilih diam. Seharusnya saat ini dia mendapat kabar dari Snow. Sejak pertemuan terakhir dengan Freesia, pria itu memutuskan kembali ke alam abadi. Walau bagaimanapun ketua alam abadi itu harus menghargai keputusan Freesia. Sebagi gantinya, dia meminta Snow untuk tetap memberitahunya segala sesuatu yang berkaitan dengan Freesia.

"Hmm! Jika urusan perasaan, aku mundur!" seru Josh.

"Kakak senior, apa aku bisa meminjam tongkat pemikat jiwa milikmu?" tanya Dante.

"Tongkat pemikat jiwa," ulang Josh.

"Tongkat itu hanya bisa kau gunakan jika kau memiliki sesuatu yang berkaitan dengan orang yang ingin kau cari," timpal Josh.

Pandangannya penuh selidik. Pria itu yakin ada yang tidak beres dengan adik seperguruannya.

"Aku tidak memilikinya," jawab Dante kecewa.

"Bagaimana dengan barang lama? Apa masih bisa digunakan?" tanya Dante.

Setidaknya ada sedikit harapan.

"Kau bisa mencobanya," jawab Josh sambil mengeluarkan tongkat pemikat jiwa dari ruang penyimpan pribadinya.

Nama yang tidak sesuai dengan bentuknya. Saat kata tongkat disebutkan sudah pasti bentuknya seperti tongkat tapi di dunia abadi tidak sesederhana itu. Bentuk tongkat pemikat jiwa mirip seperti kuas dengan pegangan terbuat dari perak yang melengkung. Mata tongkatnya terbuat dari batu permata emas.

Semakin tinggi tingkat kultivasi seseorang, warna mata tongkat pemikat jiwanya akan berbeda. Paling tinggi adalah warna emas. Dante segera mengeluarkan sesuatu dari lengan bajunya. Sebuah benda yang dia simpan selama ini di kala rindu melanda.

"Apa ini bisa?" tanya Dante.

"Berikan padaku!"

Josh berkonsentrasi penuh saat mendekatkan mata tongkat pemikat jiwa ke jepit rambut perak milik Freesia. Josh sudah tahu jepit rambut itu milik belahan jiwa adik seperguruannya. Jika bukan, dia tidak akan gelisah dan repot-repot meminjam tongkat pemikat jiwa miliknya.

"Celaka!" seru Josh.

"Ada apa kakak senior?" Dante semakin gusar.

"Aku yakin dia menggunakan formasi untuk melindungi diri. Bahkan tongkat pemikat jiwa tidak bisa menemukan keberadaannya," jelas Josh.

Dante terduduk. Pantas saja dia tidak bisa menemukan Freesia. Ternyata dia menggunakan formasi sembunyi tingkat tinggi. Artinya, kekuatan Freesia telah pulih seutuhnya.

* * *

San Zeno, Kediaman Freesia.

Dalam hitungan jam, Martha bisa bergerak normal seperti sebelum kecelakaan. Wanita paruh baya itu tidak membutuhkan bantuan lagi untuk berjalan. Dengan dibantu seorang asisten rumah tangga, Martha dengan cekatan memasak makan malam untuk mereka berempat.

"Wah, baunya harum!" seru Freesia saat menuruni tangga.

Gadis itu langsung berlari menuju dapur yang langsung terhubung dengan ruang makan. Langit diluar sudah tampak gelap dengan butiran bintang.

"Buonna notte (selamat malam)," sapa Freesia pada asisten rumah tangga dan Martha.

"Buonasera signorina (selamat malam nona)," balas asisten rumah tangganya sambil tersenyum.

"Oh, iya! Siapa nama nyonya?"

"Tidak, tidak. Jangan terlalu sopan padaku!"

"Bagaimanapun yang muda harus menghormati yang tua," balas Freesia sambil tersenyum.

Martha mengusap wajah putri angkatnya sebentar sambil tersenyum. Dia bangga pada Freesia yang memiliki etika dan kesopanan.

"Kau anak yang baik, nona. Ah! Kau bisa memanggilku bibi Gemma," balas Gemma tersenyum.

"Senang berkenalan denganmu, bibi Gemma."

"Aku juga senang berkenalan denganmu, nona, dan juga anda, nyonya Martha."

Freesia tersenyum sambil menunggu makan malam. Sekali lagi dia puas dengan pilihan kota dan pemukiman yang bagus oleh Danu Wijaya. Mungkin pria paruh baya itu ingin menebus kesalahannya.

San Zeno adalah lingkungan pemukiman yang terletak di sebelah timur pusat kota. Kota ini terkenal dengan tamannya yang indah, Villa San Zeno, dan banyak kafe serta restorannya. Daerah ini terhubung dengan baik ke pusat kota dengan transportasi umum, dengan beberapa jalur bus melintasi lingkungan tersebut.

"Sungguh kota yang bagus," Freesia bergumam dalam hati sambil menatap keluar jendela.

"New day, new life (hari baru, kehidupan baru)" timpal Freesia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!