Bab 20

Zonya masuk ke kamar dan menidurkan Naina di ranjang. Setelah itu ia kembali keluar untuk makan malam "Mas belum makan?" tanya Zonya saat melihat Sean menunggunya

"Tadi belum nafsu makan, sekarang baru nafsu" Sean tentu tidak mau mengakui kalau ia menunggu Zonya untuk memulai makan malam bersama

Zonya hanya mengangguk dan langsung duduk di kursi yang agak jauh dengan Sean. Ia langsung mengambil makanannya dan memakannya dengan lahap, begitupun dengan Sean. Selama beberapa saat, ruang makan itu hanya terisi dengan dentingan suara sendok dan piring yang saling beradu. Begitu selesai, Sean membersihkan mulutnya dengan tissue, lalu menatap Zonya yang masih belum menghabiskan makannya

"Kapan kau akan kembali ke rumah sakit?" tanya Sean memulai percakapan. Namun Zonya malah menatapnya bingung. Mengerti bahwa Zonya tidak paham dengan ucapannya yang terkesan ambigu, akhirnya ia mengulang pertanyaannya "Maksudku, kembali bekerja di rumah sakit"

"Oh... Belum tahu. Setidaknya, aku akan memastikan keadaan Naina dulu, apakah sudah boleh ditinggal atau belum. Kalau memang sudah boleh ditinggal, mungkin aku akan secepatnya kembali bekerja"

"Kalau aku memintamu untuk berhenti bekerja, bagaimana?"

Zonya mengerutkan keningnya saat Sean lagi-lagi terlihat sangat bersahabat "Mmm untuk itu, aku tidak bisa, Mas" jawab Zonya akhirnya

"Kenapa?"

"Kontrak kerjaku dengan rumah sakit masih sangat panjang. Kalau aku tiba-tiba memutus hubungan kerja, maka aku harus membayar denda"

"Membayar denda? Bukankah itu rumah sakit milik keluargamu sendiri, lalu kenapa harus ada denda?"

"Rumah sakit milik keluarga bukan berarti bisa semena-mena, Mas. Aku juga bertanggung jawab penuh atas rumah sakit itu. Jadi selama kontrak kerjaku belum selesai, maka aku akan tetap mengabdi di sana"

Sean mengangguk mengerti. Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Mereka menyudahi makan, lalu kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat

*

"Ba ba ba... Ihhh ha..."

Naina menarik rambut Zonya dan menariknya pelan. Hal itu membuat Zonya terjaga dari tidurnya. Ia melirik jam di dinding yang masih menunjukkan pukul empat pagi. Ya, seperti biasa, Naina selalu terbangun di jam-jam seperti ini.

Zonya merenggangkan otot tubuhnya sejenak, lalu beranjak dan menyeduhkan susu untuk Naina. Setelah itu, ia kembali ke ranjang dan membaringkan tubuhnya, dengan tangan yang setia memegang dot susu di mulut Naina, membuat bayi gembul itu langsung menghisapnya cepat. Baru saja Zonya akan kembali tidur, suara Naina yang seakan mengajaknya bicara membuatnya kembali membuka mata dengan helaan napas kasar

"Nai kenapa lagi? Aunty ingin tidur" ucap Zonya serak

"Mama cucu..."

"Iya, ini susu Nai, diminum ya"

"Huhu haha wleee..." Naina menendang-nendangkan kedua kakinya, seakan mengajak Zonya untuk bercanda

"Aunty mengantuk, Aunty tidur dulu ya" ucap Zonya

"No no no Mama, wleee..."

Zonya memejamkan matanya, tanpa peduli pada Naina yang seakan menghalangi niatnya. Namun baru saja akan memejamkan mata, suara rengekan Naina membuatnya memaksa kedua matnya untuk terjaga. Ia membuka sebelah matanya dan melihat Naina yang akan segera meledakkan tangis. Dengan malas, ia akhirnya membuka kedua matanya

"Haiya... Si cengeng kenapa ini? Mau nangis ya? Ihhh masa gadis cantik mau nangis" ledek Zonya

Merasa ada yang mengajaknya bercanda, Naina langsung tertawa, melupakan dirinya yang barusaja akan menangis. Ia terus tertawa dan menendang-nendangkan kakinya ke sembarang arah

"Huhu Mama..."

"Iya, ini Aunty"

"No no Mama... Mama..."

Zonya mencium pipi mulus bayi gembul itu yang selalu menyebutnya Mama. Andai saja bayi itu sudah besar dan mengerti tentang kehidupan orang dewasa. Apa mungkin bayi gembul menggemaskan itu akan terus terlihat bahagia dan memanggilnya Mama seperti ini

"Nai... Nai dengarkan Aunty, oke"

"Te" sahut Naina

"Jangan langsung dijawab, gembul" Zonya mencubit pelan pipi Naina karena gemas. Ya, ia gemas karena pada beberapa kata tertentu, anak itu selalu menjawab perkataannya "Dengarkan Aunty baik-baik, oke"

"Te..."

"Nai..." Zonya benar-benar gemas. Ia menggelitik perut Naina, hingga membuat tawa bayi gembul itu terdengar keras "Rasakan ini... Ha... Ayo goda Aunty lagi..."

Zonya kembali menggelitik perut Naina. Hingga membuat tawa bayi gembul itu kian terdengar nyaring. Tubuhnya bahkan berguling-guling demi menghindari gelitikan Zonya di perutnya. Namun Zonya tentu saja tak tinggal diam dan terus mengejar kemana arah pergerakan Naina. Bahkan bukan hanya perut, tapi telapak kaki, punggung dan bagian lainnya juga menjadi sasaran kegemasan Zonya

Brung

Zonya mengerjab pelan saat mendengar suara yang sangat familiar itu. Begitupun dengan Naina yang sudah menghentikan tawanya dan menatap pada Zonya. Untuk beberapa saat, keduanya hanya diam dan saling pandang. Lalu setelah itu, suara tawa kembali terdengar dari mulut dua wanita berbeda generasi itu

"Nai kentut ya? Ihhh jorok" ledek Zonya, membuat Naina kembali tertawa "Ayo sini, biar Aunty gelitik lagi, sini"

Zonya terus menggoda Naina. Entah dengan gelitikan ataupun kalimat godaan untuk Naina, hingga membuat bayi gembul itu terus tertawa tanpa henti. Setelah beberapa saat, Zonya menghentikan ledekan dan gelitikannya karena melihat Naina yang menguap lebar. Zonya lantas melirik jam di dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, dimana sudah menjadi kebiasaan Naina untuk kembali tidur setelah mengerjai sejak jam empat subuh tadi

"Nai ingin tidur lagi ya? Ya sudah sini biar Aunty puk-puk"

Zonya mendekatkan tubuhnya pada Naina. Ia meraba punggung Naina, lalu mengusapnya pelan. Sesekali, ia juga akan memberikan tepukan-tepukan halus pada bagian punggung kecil itu agar Naina benar-benar merasa nyaman. Beberapa saat setelahnya, Naina benar-benar kembali menyelami alam mimpinya

"Dasar nakal. Setelah subuh-subuh membangunkan Aunty, sekarang dia malah lanjut tidur tanpa dosa" gerutu Zonya. Ia lantas mencium pelan wajah bayi itu agar Naina tak merasa terganggu. Setelah itu ia beranjak dari ranjang untuk mandi

Zonya keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Ia langsung menuju meja rias dan memakai peralatan kecantikannya. Ya, demi menjaga kulitnya, ia sering menggunakan skincare saat pagi hari, karena hanya di pagi hari 'lah ia memiliki waktu untuk bersolek

Tok... Tok...

Zonya menghentikan gerakannya yang tengah mengoleskan krim pada wajah. Ia sedikit bertanya-tanya tentang siapa yang mengetuk pintu kamarnya se-pagi ini. Karena ini seperti tidak biasanya

"Zoe..." terdengar suara Sean dari arah luar

"Mas Sean" gumam Zonya. Ia segera beranjak dan berdiri dibalik pintu kamar tanpa membukanya "Ada apa, Mas?"

"Waktunya sarapan"

Zonya kembali bingung dengan segala perubahan Sean. Walaupun mereka telah sepakat untuk berdamai demi Naina, tapi ini semua terasa aneh. Zonya tidak terbiasa mendapat perlakuan lembut ini dari siapapun, terlebih Sean.

"Zoe..." kembali Sean memanggil

"Iya Mas?"

"Aku tunggu di meja makan"

"I-iya"

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

Zoe jadi bingung hehhehe

2024-04-03

1

Ani Ani

Ani Ani

DIA nak berbaikk lah tu

2024-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!