Vania

...--------------...

"Hay". sahut Lili dari balik Pintu kamar Rumah sakit

" Kenapa menangis", tutur Lili berlari kearah Vania yang sedang duduk di tempat tidurnya.

Hikss.... hiksss.

"Kenapa??", tanyanya lagi tanpa ada jawaban yang ia dapatkan.

Dalam dekapan hangat, memberikan makna berubi kasih sayang seorang sahabat, saling menguatkan dengan harapan sakit dan luka segera menghilang tanpa tersisa.

......................

"Apakah aku akan sembuh??. tanya Vania.

" Tentu, kau akan sembuh", sahut Lili di sampingnya

Beberapa saat mereka berdua terdiam menyaksikan bagaimana cakrawala menenggalamkan matahari. sepoian angin menghembus diwajah mereka dengan lembut, namun tak ada yang tahu bagaimana kerasnya pikiran mereka kalah itu.

*Kedatangan senja yang menenggelamkan matahari mengajarkan pada kita bahwa segala sesuatu tak ada yang abadi*.

......................

"Kita, harus pulang sekarang", pinta Lili

" Sebentar, aku masih belum mau pulang", tutur Vania

"Tidak, kita hanya diizinkan 20 menit. ini sudah sangat lebih. ayokk", ujar Lili sambil berdiri

"Ayok", menarik Vania yang masih duduk di karpet di pasir.

"5 menit, please", pinta Vania memohon

" Aku bosan di Rumah sakit, 5 hari seolah aku didalam penjara" ujar Vania kembali sambil melempar batu ke arah pantai.

"Lili, bagaimana kalau aku cepat mati?? ", tanya Vania menongak menatap Lili

" Apa yang kau ucapkan", tegur Lili

"Benar, sepertinya umurku tidak akan lebih lama lagi", ujarnya meneteskan air mata

" Tidak, kau akan sembuh. percayalah ", sahut Lili memelui Vania.

"Katakan, berapa persen kemungkinan akan sembuh jika kanker sudah stadium 4",

" Katakan", tutur Vania terisak menangis.

"Semuanya akan membaik, percayalah", tutur Lili dengan menahan diri supaya tagisannya tidak pecah.

"Liat aku, Tuhan tidak akan mengizinkan kita sakit jika ia tidak memberikan obatnya", sambil memegang kedua pipi Vania dan menghapus air matanya.

Hikss... hiksss

Tangisan mereka pecah kala mereka memeluk kembali.

......................

" Vania", Tutur wanita setengah tua dari belakang, berjalan bersama pria yang merupakan suaminya

"Tante", sahut Lili

" Kenapa kalian lama sekali", tanya Pria berbadan kekar itu, walah sudah stengah abad namun paras dan tubuhnya seolah tidak termakan usia

"Aku, malas pulang ayah", tutur Vania.

" Nak, jangan begitu. sebosan-bosannya kau di rumah sakit, tapi kau harus paksakan kesana jika mau cepat sembuh sayang", ujar wanita itu.

"Ayok sayang", tutur pria itu

Vania hanya diam dan mengelengksn kepalanya pertanda menolak untuk pulang.

"Baiklah, sepertinya tuan putry ku malas berjalan, aku akan menggedongnya", benar-benar siapapun akan Iri melihat keharmonisan dan keromantisan keluarga Vania, dia memiliki 2 kakak laki-laki, keduanya kuliah di luar negeri, wajar jika dia diperlakukan sebagai tuan putry oleh ayahnya.

"Ayah", tutur Vania tersenyum kala ayahnya menggendongnya.

" Ayah akan selalu bersamamu sayang, kecupan manis di pipi Vania dari seorang ayah yang begitu mencintainya.

"Ayok nak", ujar Mama Vania kepada Lili yang hanya diam hari melihat keromantisan Vania dan ayahnya.

Sepanjang perjalanan kembali ke rumah sakit, mobil dipenuh dengan canda tawa Vania dan orangtuanya.

Seolah kesedihan Vania di Pantai tadi hilang dari jiwanya. dan Lili begitu bahagia melihat senyuman diwajah Vania.

"Aku ingin melihatnya tersenyum bahagia seperti ini Tuhan, Tolong jangan rebut semuanya", gugam Hati Lili.

Tak sadar Mata Lili meneteskan air mata, takalah selalu melihat canda tawa Vania di mobil.

" Nak, kau tidak apa-apa?? ", tanya ayah Vania melihat di kaca mobil.

" Aaah, iya mataku kelilipan", tutur Lili salah tingkah kala kedapatan meneteskan air mata.

......................

Silauan matahari pagi membangunkan Lili ketika mengenai matanya.

"Astaga, tidurku sangat lelap", tutur Lili bangun dari tempat sofa dikamar rumah sakit.

"Nak, ini sarapannya yah", ucap mama Vania meletakkan Nasi goreng yang ia beli dikantin rumah sakit.

" Terima kasih tante", ujar Lili.

......................

Hari itu, memang Lili menolak masuk sekolah karena ingin menemani Vania di rumah sakit, dan itu juga merupakan permintaan dari Vania untuk ditemani Lili seharian.

Banyak hal- hal seru yang Vania dan Lili lakukan dirumah sakit. mereka semakin bebas karena orang tua Vania kembali kerumah hari itu.

Kebersamaan mereka hari itu benar-benar menguatkan satu sama lainnya. main game, melukis , makan, bersama benar-benar waktu yang penuh makna.

......................

"Tante, aku pamit mau pulang", Ujar Lili disamping Vania yang sudah tidur

" Iya, nak ini sudah mau malam orang tua mu pasti mencemaskan mu", tutur wanita ini

"Jaga Vania Tante", sahut Lili mengusap kepala Vania.

" Vania, aku pulang dulu yah, besok aku kesini lagi", ujarnya lagi.

Tangan tiba-tiba mendekap tangan Lili.

"Terima kasih, untuk semuanya"

"Aku janji menerima semuanya takdir ku"

"Aku beruntung memiliki sahabat seperti mu", sahut Vania dari tempat tidurnya.

"Aku yang paling beruntung memiliki sahabat sepertimu", ujar Lili memeluk Vania.

" Aku pamit", tutur Lili. meninggalkan kamar Vania dengan Cucuran air mata di pipinya.

......................

"Nak, Andika", panggil Bu Norma dari kantor.

" Ya, Buk", sahut Andika menghampiri Ibu Norma

"Tolong kasih tahu Lili segera keruma sakit sekarang Ibu Vania baru-baru menelfon"

"cepat nak", pinta Ibu Norma

" Aaahhh sialan", ucap Andika kala kakinya tersandung

kakinya yang berdarah tidak dihiraukannya ia terus berlari menaiki setiap anak tangga

"Lili", ucap Andika dengan Nafas ngos-ngosan

" Ya", Lili kaget dengan apa yang barusan dilihatnya Andika, datang dengan berlari dengan nafas tak beraturan.

"Kau harus kerumah sakit sekarang", tutur Andika dengan kembali mengatur nafasnya.

Tampa menanyakan apapun lagi, Lili langsung berlari tanpa menghiraukan Sintya yang sedang pura-pura meminta di ajarin soal fisika.

" Tunggu, aku akan mengantar mu kesana", ucap Andika menarik tangan Lili

......................

"Sialan", tutur Andika kesal, ketika motornya tidak bisa menyala.

"Biar aku saja yang mengantarnya", sahut Bintang dari belakang.

" Ayok, naik", ucap Bintang kepada Lili.

Mereka pun pergi meninggalkan Andika dan Risky di parkiran sekolah, menuju kerumah sakit.

"Ayok", sahut Risky kepada Andika yang masih diam seribu bahasa enta apa yang ada dipikirannya. mereka (Bintang dan Risky ternyata mengikuti Andika kala berlari kearah parkiran bersama Lili

"Semuanya jelas sekarang, semuanya telah kulihat. tunggu sekarang giliranku", ucap Sintya di depan kaca melihat Lili dan Bintang berboncengab keluar sekolah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!