Mendengar ucapan ibunya yang menegaskan kalau memang suaminya sudah meninggal, menyadarkan Adara bahwa apa yang di alami Adara bukanlah sebuah mimpi dan ini adalah sebuah kenyataan yang sedang di hadapi “Suami kamu sudah meninggal nak, dia mengalami kecelakaan tunggal akibat mobilnya yang oleng karena ban mobilnya yang masuk sebuah lobang besar dan membuat dirinya tidak bisa menguasai laju kendaraannya dan mengakibatkan ia harus kehilangan nyawanya “ ucap Marisa dengan isak tangis meratapi kemalangan putrinya yang harus kehilangan suami di saat tengah hamil besar
Adara terdiam terpaku dengan ucapan ibunya, air matanya mengalir tanpa bisa dicegah kali ini. Adara menangis dalam diam mencoba memahami kejadian yang baru menimpanya adalah sebuah kenyataan dan bukanlah bunga tidur yang tadi sempat ia kira
Marisa memeluk erat putrinya mencoba menguatkan putrinya yang sedang berduka “kamu harus kuat Adara” ucap Marisa dengan isak tangisnya sedangkan keluarganya yang lain hanya bisa menatap Adara dengan tatapan kesedihan mendalam melihat nasib buruk yang menimpa Adara saat ini
Cukup lama adara menangis dalam pelukan ibunya, mencoba mengurangi rasa sesak yang ia rasakan tapi nyatanya masih begitu sakit bagi Adara saat mengingat suaminya sudah meninggalkan dirinya dan anak mereka yang masih belum lahir untuk selama-lamanya
Adara mengurai pelukannya dan mengusap pipinya yang basah “ bu Adara capek banget, Adara tidur dulu ya” Adara membaringkan tubuhnya kembali dengan posisi miring dan kembali memejamkan matanya dengan cepat
Marisa mengerti kalau mungkin putrinya merasa begitu lelah dan ingin istirahat sejenak setelah mendapat kabar yang membuat tenaganya terkuras habis karena terlalu banyak menangis “iya sayang tidurlah, kamu pasti sangat lelah ” Marisa membenarkan posisi selimut Adara dan mengusap kepala putrinya dengan sayang, tak lupa ia mengecup kening Adara
“tapi jangan terlalu lama tidurnya ya nak, suamimu harus segera dimakamkan karena pemakaman suamimu sudah mulai di urus dan tinggal menunggu kehadiranmu untuk mengebumikannya” Marisa mengelus kening Adara dan meninggalkan ruangan adara agar Adara bisa istirahat sejenak
Adara menangis dalam diam membayangkan kehidupannya setelah suaminya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya “kenapa mas meninggalkanku dan anak kita dengan begitu cepat mas” gerutu Adara dalam hatinya mengusap perut buncitnya
kedua orang tua Adara dan kakak Adara keluar ruangan rawat Adara sembari menunggu Adara tenang "kasihan sekali anak kita yah" gumam Marisa memeluk Sofyan, suaminya
Sofyan mengusap punggung istrinya dengan lembut "mau gimana lagi bu, takdir anak kita memang cukup menyedihkan, dia harus kehilangan suami pada saat hamil besar seperti itu, entah apa anak kita akan kuat menjalaninya" balas Sofyan
"kita harus terus menguatkan Adara yah, bu, jangan meninggalkannya dengan kita mendampinginya, pasti Adara bisa kuat" sahut Dania, kakak Adara
Marisa menoleh ke arah putri pertamanya "iya nak kita harus selalu mendampingi adikmu agar dia kuat menghadapi cobaan ini" balas Marisa setuju akan ucapan putri sulungnya
***
Keesokan paginya Adara sudah berganti pakaian serba hitam dan memakai kacamata hitam yang sudah disiapkan keluarganya untuk menghadiri pemakaman Adrian suaminya
Adara melirik ke arah pakaiannya "ini warna kesukaanmu mas, kamu paling suka aku memakai pakaian warna ini, dan ternyata aku memakai warna ini untuk mengantar kepergianmu" batin Adara tersenyum miris akan tampilannya hari ini
“sudah siap Adara” Tanya Marisa ketika memasuki ruang rawat putrinya
Adara hanya diam saja tak menjawab pertanyaan ibunya tapi ia langsung melangkahkan kakinya lebih dahulu keluar ruangan sebelum kedua orang tuanya dan kakaknya Dania
“mau aku bantu berjalan Adara” Tanya Dania pada sang adik setelah melihat adiknya cukup lemas
“tidak perlu kak, aku bisa berjalan sendiri” tolak Adara dengan halus
Adara di temani Marisa dan Dania masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan ayah dari Adara dan Dania untuk menuju tempat pemakaman Adrian yang berada di dekat tempat tinggal orang tua Adrian
Adara melihat jalanan dalam diam membuat hati keluarga Adara ikut merasa sakit akan nasib Adara yang harus kehilangan pria yang sudah menjadi pasangannya selama 6 tahun lamanya
“sudah sampai adara” Dania menyadarkan lamunan Adara yang pikirannya entah melayang kemana dan hanya menatap kosong ke arah jendela mobil
Adara tersadar dari lamunannya ketika mobil yang di tumpanginya sudah sampai ke tempat tujuan “iya kak” Adara bergegas turun dari mobil di ikut anggota keluarga yang lain
Adara berjalan dengan langah berat menuju rumah duka tempat suaminya berada di mana tempat duka yang di gunakan Adrian berdekatan dengan tempat Adrian akan di makamkan
Adara berjalan berjalan ke arah kerumunan yang ikut menghadiri pemakaman Adrian, langkah makin dekat dengan peti mati sang suami "mas Adrian" batin Adara terus menguatkan hatinya melihat suaminya untuk yang terkahir kali
Adara berdiri tepat di samping kanan sang suami, dirinya menatap lekat wajah suami yang sudah terbujur kaku, suaminya menggunakan jas yang pernah Adrian gunakan untuk menikahinya dan kini di gunakan Adrian untuk beristirahat di rumah persinggahan terakhirnya
Terlihat Adrian menggunakan riasan tebal di wajah mencoba menyamarkan luka lebam akibat kecelakaan yang di derita oleh Adrian walaupun pada kenyataannya itu tidak bisa menutupi secara keseluruhan
Adara hanya bisa terisak tanpa berkata apapun saat melihat wajah suaminya untuk terakhir kalinya sebelum bumi yang akan menjadi teman tidur suaminya nanti
Adara mengusap lembut pipi Adrian “aku akan jaga anak kita mas, jadi jangan khawatir ya, berbahagialah di sana, aku sangat mencintaimu mas “ batin Adara lanjut mengusap perut besarnya di mana ada buah cintanya bersama Adrian di sana
Prosesi pemakaman berjalan dengan cukup cepat karena memang acara pemakaman tidak di hadiri banyak orang dan hanya kerabat dekat saja, Adara tidak hentinya menangis di sana karena harus melihat suaminya di kebumikan dalam sebidang tanah kecil yang hanya muat untuk Adrian saja
seorang pria paruh baya berjalan ke arah Adara dan mengusap bahu Adra dengan lembut “ayah turut berduka nak” ucap Sandi Susanto, ayah dari Adrian
Adara menoleh ke arah ayah mertuanya “kita sama-sama berduka ayah” balas Adara dengan suara serak karena terlalu banyak menangis
Adara memeluk ayah mertuanya sebagai tanda ikut berduka, lalu beralih ke ibu mertuanya dan kedua adik Adrian untuk saling menguatkan atas kehilangan yang tengah mereka alami
"Mba harus kuat buat keponakan kita ya mba" ucap Fikri, adik dari Adrian yang tertua
"iya mba, mba harus kuat demi keponakan kita" sahut Safira membenarkan ucapan kakaknya yang kini jadi kakak satu-satunya yang ia miliki
"mba akan berusaha sebisanya untuk tetap kuat demi anak mba" balas Adara seadanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Uthie
sedih 😢
2024-06-20
0