Semalam tidur Alora sangat nyenyak sampai dia tidak mau bangun dari kasus nya saat ini, terlihat gadis itu masih tertidur pulas di atas kasur yang sangat empuk seperti kasur mahal menurut nya, tulang nya yang terasa sakit semua seketika sembuh saat tidur di atas kasur empuk itu, mungkin karena dulu dia sering ketiduran di lantai membuat tubuh nya sering sakit semua saat bangun tidur.
Dubrak!!
"ALORA!!" teriak Avalin melangkah masuk setelah dia mendobrak pintu kamar Alora, Alora yang tadi tidur di kasur langsung pindah ke lantai karena terkejut dia sampai berguling jatuh dari atas kasur.
Buugh!
Atoh punggung ku!!
Avalin yang melihat hal itu langsung membantu putrinya kembali tidur di atas kasur, punggung Alora terasa sangat sakit karena ulah Avalin barusan yang mengejutkan nya.
"Ibu! Pintu nya tidak di kunci jangan di dobrak lagi!" tegur Alora sangat kaget tadi.
"Iya maaf ibu tadi panik kepikiran kamu, ibu pikir semalam itu hanyalah mimpi," saut Avalin meminta maaf dia bahkan sesekali tertawa kecil karena melihat musibah yang menimpa putri nya barusan.
"Nona Alora baik baik saja?" tanya seorang pria paruh baya dia adalah tabib yang datang bersama dengan Avalin.
"Tentu saja tidak," saut Alora sinis membuat tabib itu agak bergidik ngeri karena takut kena marah Alora yang dikenal sangat pemarah.
"Tabib silakan periksa keadaan Putri saya," ucap Avalin.
Tabib pun dengan sangat hati hati periksa keadaan Alora, Alora yang melihat cara periksa tabib itu seperti seorang dokter sama hanya saja alat yang digunakan masih kuno.
"Wahhh Nona Alora sudah membaik, hanya butuh istirahat beberapa hari lagi agar Nona Alora sembuh total," beritahu Tabib dengan nada takjub sebab Alora terlihat sangat sehat padahal biasa nya pasien yang dia temui baru bangun dari koma itu sulit menggerakkan anggota tubuh nya dalam waktu cukup lama.
Alora menghela nafas panjang, kemudian dia menatap ke tabib itu dengan serius. "Benarkan saya sudah sehat?" tanya Alora iseng saja.
"Be-benar tapi belum pulih sepenuhnya, butuh banyak istirahat," jawab Tabib itu gelagapan panik padahal Alora hanya bertanya santai saja.
Ternyata memang benar banyak yang takut pada diri nya, mungkin karena sedari kecil dia terkenal sangat jahat jadi semua orang takut padanya.
"Terima kasih," balas Alora langsung membuat tabib itu menegang dada di bagian jantung nya.
"Baiklah sekarang kamu istirahat ya sayang, Ibu mau mengantar tabib ke depan," ucap Avalin santai sambil menyeret tabib yang memegang itu keluar dari kamar Alora.
"Kenapa tabib itu sampai jadi batu? Pasti dia sangat trauma dengan ucapan terimakasih," monolog Alora.
Alora sangat bosan di kamar, dia juga mau ikut sarapan pagi bersama keluarga nya dia tidak mau makan sendiri di kamar, selain itu Alora juga penasaran dengan wajah keluarga nya dan sih protagonis.
Alora segera bangun dari kasur, kemudian dia mandi dan membersihkan diri dalam waktu yang agak lama, biasalah namanya juga gadis kalau mandi pasti lama, setelah selesai mandi, Alora segera bersiap siap, Alora memakai gaun hitam selutut agar jalan nya tidak susah nanti geret geret gaun mahal.
Alora juga berdandan tipis saja agar tidak menor kayak pajangan pasar malam, setelah itu Alora juga memiliki memakai sepatu high heels sedang tidak tinggi agar dia jalan nya nanti tidak kayak orang pincang, karena jujur Alora sangat benci sepatu high heels karna sulit buat jalan, berhubung semua sepatu Alora di lemari seperti itu semua mau tidak mau dia pakai saja, untung ada yang haknya tidak terlalu tinggi.
"Wooh amazing!! Cantik!" puji Alora pada diri nya sendiri yang tampil sangat cantik dan elegan tidak heboh seperti pajangan pasar malam, di novel kalau Alora mek up nya tebal sangat menor.
Setelah selesai dandan, Alora segera keluar dari kamar nya namun baru saja dia buka pintu dia sudah dikejutkan dengan seorang wanita berpakaian pelayan berdiri di hadapan nya.
"Astaga! Dugong!" kaget Alora.
"Maaf Nona Alora saya sudah mengejutkan Nona," ucap wanita seumuran dengan Alora itu dengan nada ketakutan.
"Santai saja saya tidak akan memarahimu, lain kali jangan muncul tiba tiba jantung saya masih kurang aman," tegur Alora yang tidak tega juga marah marah.
"Baik Nona!"
"Namamu siapa? Dan kamu siapa?" tanya Alora tidak ingat, otak nya masih sulit mengingat semua kenangan milik Alora yang sangat banyak.
"Saya Feyla. Pelayan Nona Alora," beritahu Feyla dengan nada sopan dia masih kaget karena ucapan Alora barusan yang sangat berbeda dari Alora biasa nya.
"Oooh iya saya ingat, maaf ya sudah melupakan nama mu," ucap Alora ramah langsung membuat Feyla terdiam mematung.
"Kenapa diam saja? Ada apa kesini?" tanya Alora sambil melambaikan tangan nya di depan wajahnya Feyla.
"Ma-maaf saya diminta Nyonya Avalin untuk membantu melayani Nona Alora," jawab Feyla namun sepertinya dia sadar kalau sekarang Alora sudah sangat cantik dan wangi.
"Tidak perlu. Sekarang kamu antar saya ke ruang makan, saya ingin makan bersama dengan mereka," ucap Alora antusias dia tidak sabar melihat wajah wajah keluarga nya yang pasti akan sangat menyebalkan untuk Alora.
"Bukanya Nona Alora lebih suka makan sendirian di kamar?" tanya Feyla heran.
"Setelah koma saya muak makan sendiri di kamar, saya ingin kembali merasakan makan bersama keluarga ku," jawab Alora.
"Baiklah mari saya antarkan," ucap Feyla di tutup senyuman ramah.
Feyla pun mengantar Alora ke ruang makan keluarga yang berada di lantai satu, terlihat sepanjang jalan Alora merasa kagum dengan seisi mansion megah ini, dia merasa ini semua terasa seperti mimpi terindah namun setelah dia terjatuh dari kasur tadi dia mulai percaya kalau ini kenyataan.
"Feyla!" panggi Alora.
"Iya Nona," jawab Feyla.
"Maaf sudah sering berbuat kasar pada mu, sekarang saya tidak akan sejahat dulu lagi," ucap Alora di tutup senyuman manis membuat Feyla yang jalan di samping nya jadi dian kebingungan.
"Nona Alora baik baik saja?" tanya Feyla merasa aneh dengan sikap Alora.
"Tentu saja. Kamu pikir saya sakit jiwa?"
"Tidak Nona!"
..........
--------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ivan Fadilah Fadilah
semangat kakak
2024-01-02
0