Gus Shabir duduk dekat jendela hotel dengan pandangan jauh ke luar. Dari kemarin sebenarnya pria itu protes saat Hana mengajaknya menginap di hotel saja.
Hana melakukan itu agar suaminya bisa segera melupakan cintanya pada Anin. Dalam hatinya, dia akan melakukan apa pun untuk mempertahankan miliknya. Walaupun pernikahan mereka diawali dengan kesalahan.
"Apa Mas masih marah karena aku memilih menginap di hotel?" tanya Hana.
"Tidak, itu terserah kamu saja," jawab Gus Shabir datar. Satu kelebihan pria itu, walau dia tidak mencintai Hana, dia tidak pernah menyakiti wanita itu dengan ucapannya. Walau semua perbuatannya menyakitkan.
Hana mendekati suaminya. Duduk di samping Gus Shabir. Dia menarik napas dalam.
"Mulai hari ini kita akan jarang berkumpul dengan keluargaku. Aku ingin perhatian kamu fokus hanya untukku. Dengan begitu, aku harap kamu bisa mencintai seperti Anin," ucap Hana.
Dia memiringkan tubuhnya dan meraih tangan Gus Shabir. Menggenggamnya erat.
"Katakan padaku, Mas. Apa yang mesti aku lakukan agar kamu bisa mencintaiku seperti kamu mencintai Anin. Aku juga wanita. Apa yang dimiliki Anin, aku juga punya. Kamu tinggal katakan saja, akan aku ubah semua sikapku yang tak kamu sukai," ucap Hana dengan sendu.
Dia tak mudah melepaskan Gus Shabir karena sangat mencintai pria itu. Memang salah dirinya yang mencintai berlebihan. Sehingga Allah mengujinya.
"Tak ada yang perlu kamu ubah, Hana. Jadilah diri sendiri!" ucap Gus Shabir.
Gus Shabir melepaskan genggaman tangan Hana. Pria itu lalu berdiri. Baru beberapa langkah kakinya berjalan, dia kembali berhenti. Semua karena Hana yang memeluk tubuhnya dari belakang.
"Mas, jika kamu tidak bisa mencintaiku sepenuh hatimu, cukup beri aku ruang sedikit saja. Jangan tutup dirimu. Bagaimana aku bisa mengambil hatimu, jika pintunya saja kau tutup rapat. Lihatlah Aku, Gus. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu," ucap Hana dengan suara sendu.
Gus Shabir menarik napas dalam. Melepaskan pelukan Hana pada tubuhnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya menghadap sang istri.
"Hana, cinta itu tak bisa dipaksakan. Namun, aku janji akan berusaha mencintai kamu. Tapi sekali lagi, beri aku waktu. Jangan paksa aku begini. Jika kamu memaksakan semuanya, aku takut bukannya aku mencintaimu tapi jadi membencimu. Bukannya aku tak berusaha untuk menerima kamu, selama ini apa pun yang kamu lakukan, aku pasti ikuti. Jika kamu katakan pergi, aku pergi. Jadi sekali lagi, aku minta padamu, beri aku waktu!" balas Gus Shabir.
Setelah mengucapkan itu Gus Shabir pergi meninggalkan kamar hotel. Hana langsung terduduk. Tubuhnya terasa lemah mendapatkan perlakuan suaminya yang begitu.
Jangan percaya terlalu banyak, jangan terlalu mencintai banyak, jangan berharap terlalu banyak, sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula. Jangan salahkan mereka yang mengecewakanmu, pada kenyataannya kamulah yang menempatkan diri untuk dikecewakan. Jangan terlalu berharap. Ketika hati terlalu berharap kepada manusia maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangi mu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.
Imam Syafi’i berkata:
Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT. Jadi jangan pernah terlalu berharap pada manusia, kamu akan merasakan kekecewaan.
Tanpa Hana bisa cegah, air mata jatuh membasahi pipinya. Dia tahu, inilah konsekuensi atas apa yang dia pilih. Jika dia memilih bertahan, harus siap menerima setiap kepedihan. Namun, dia percaya jika Allah tidak akan memberikan satu cobaan melebihi dari kemampuan umat-Nya. Dia juga yakin ada suatu keindahan yang Allah siapkan jika dia mampu melalui semua ini.
Pintu kamarnya di ketuk. Hana pikir itu pasti suaminya. Dia tersenyum karena akhirnya pria itu kembali. Pasti menyadari jika dia salah, ucap Hana dalam hatinya.
Dengan semangat Hana berdiri, menghapus air matanya dan setengah berlari menuju pintu. Dan segera membuka pintu. Senyumnya yang merekah hilang saat melihat sang Abang Ghibran yang datang.
"Abang, aku kira ...." Ucapan Hana terhenti.
"Memangnya kamu kira siapa?" tanya Ghibran.
"Aku kira Mas Shabir," jawab Hana jujur.
"Gus Shabir kemana?"
"Tadi keluar sebentar. Masuklah, Bang!" ucap Hana. Dia tak ingin Ghibran bertanya lebih jauh lagi.
Ghibran masuk dan melangkahkan kakinya menuju sofa yang ada di dalam kamar hotel. Pria itu lalu menyerahkan rendang buatan Aisha.
"Ini ada titipan rendang dari Kak Aisha. Bisa buat kamu bawa ke pondok. Gus Shabir sangat menyukai rendang'kan? Aisha membuat juga buat Anin. Selera suami kamu sama dengan Anin. Kak Aisha juga buatkan dendeng," ucap Ghibran.
"Terima kasih, Bang. Sampaikan juga ucapan terima kasihku pada Kak Aisha," balas Hana.
"Kenapa kamu tak menginap di rumah saja?"
"Abang kayak tak tahu saja. Kami masih pengantin baru. Masih ingin berdua saja," jawab Hana berbohong.
"Abang kira ada masalah antara kamu dan Anin. Kemarin Abang sempat melihat kamu dan Anin bicara. Setelah itu dia pulang," ucap Ghibran.
Hana tersenyum simpul. Dia menarik napas berat. Mau berkata jujur, takut abangnya lebih membela sang putri. Apa lagi Ghibran sangat meratukan Anin. Saat anaknya terluka, dia yang merasakan sakit.
"Tak ada masalah, Bang."
"Syukurlah," balas Ghibran.
"Bang, seandainya. Ini aku bertanya, seumpama saja ya. Aku dan Anin memiliki satu masalah, siapa yang lebih Abang bela. Aku atau Anin?" tanya Hana.
Hana ingin tahu jawaban apa yang Ghibran berikan. Walau dia tahu arah jawaban dari pria itu. Pastilah dia akan membela sang putri.
"Tergantung dari masalahnya apa dan salah siapa. Aku akan membela siapa yang benar di antara kalian," jawab Ghibran.
"Seandainya aku dan Anin mencintai pria yang sama, Abang lebih memilih siapa yang akan di bela?" tanya Hana lagi.
"Aku akan bertanya pada pria itu, siapa yang dia cintai. Kamu apa Anin. Kita tak mungkin memaksakan cinta. Walau Anin putriku, jika sang pria lebih mencintai kamu, pasti aku akan meminta dia melupajannya. Kenapa kamu bertanya begitu? Ada apa antara kamu dan Anin?" tanya Ghibran.
"Tak ada apa-apa, Bang. Aku hanya ingin tahu, apakah Abang juga menyayangiku seperti Anin. Itu saja," balas Hana.
"Tidak bisa disamakan kasih sayangku, Hana. Pasti ada perbedaan. Kamu adikku, sedangkan Anin darah dagingku. Tapi aku menyayangi kalian berdua dalam porsi yang berbeda."
Setelah beberapa saat berbincang, Ghibran pamit. Dia ingin mengantar Anin hingga ke kota tempat dia menuntut ilmu.
"Iya, Bang. Aku mengerti. Sampaikan salamku pada Syifa dan Anin. Maaf aku tak bisa mampir. Sekali lagi katakan terima kasih pada Kak Aisha," ucap Hana saat mengantar Ghibran ke pintu.
"Sampaikan juga salamku untuk kedua mertuamu," balas Ghibran. Setelah itu dia melangkah meninggalkan kamar hotel.
"Maafkan aku, Bang. Aku belum bisa jujur tentang semuanya. Suatu saat akan aku katakan yang sebenarnya," gumam Hana.
...----------------...
Selamat Pagi. Semoga semua dalam keadaan sehat.
Banyak yang bertanya, kenapa banyak part Anin dari Hana, karena peran utama wanitanya memang Anin.
LIHAT AKU, GUS. Itu ditujukan untuk keduanya. Awalnya itu untuk Anin yang diam-diam mencintai Gus Shabir. Namun, saat ini ditujukan untuk Hana, karena dia yang tak pernah dianggap sama suaminya.
Mama harap semua mengerti. Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk untuk semuanya. 😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽
lihat aku Thor 🤭 baca meraton 🤭🤭🤦🏼♀️
2024-04-21
0
Kiki Rizkia Apriliani
y anin lah p lg ank nya dewasa pinter g munafik g egois sprti hana
2024-03-16
0
Neulis Saja
love from readers to author 😄
2024-02-14
1