Gus Shabir yang sedang berjalan pelan menuju kamarnya dikejutkan dengan suara Hana. Dia memandangi istrinya itu dengan tatapan tanda tanya.
"Kamu dari mana, Mas?" tanya Hana.
"Kamu dari mana?" Bukannya menjawab pertanyaan sang istri, dia justru balik bertanya.
Hana tersenyum mendengar pertanyaan sang suami. Dia masuk ke kamar tanpa menjawabnya. Gus Shabir juga ikut masuk. Pria itu langsung membaringkan tubuhnya ke sofa. Dari atas tempat tidur, Hana menatap sang suami tanpa kedip.
***
Anin duduk menunggu sang Papi yang sedang sarapan. Dia akan kembali ke kost pagi ini. Aisha di dapur masih mempersiapkan bekal buat sang putri. Kemarin dia telah membuat rendang dan orek tempe. Wanita itu sibuk memasukan semua lauk ke wadahnya.
Anin berdiri dan memeluk sang mami. Mengecup pipi wanita yang paling dia sayangi itu.
"Mami, aku pasti akan terus kangen dengan masakan mami," ucap Anin manja.
"Mami akan mengirimnya, kamu sebutkan aja apa yang diinginkan."
Hana yang baru muncul dari kamar, menghampiri ibu dan anak itu. Dia ikut membantu Aisha mempersiapkan bekal untuk ponakannya.
"Kurangi makan pedas. Nanti kalau sakit tidak ada aku yang bisa mijitin. Kamu mau manja sama siapa?" Hana mengingatkan Anin yang memang senang dengan masakan pedas, padahal gadis itu memiliki riwayat asam lambung.
"Aku tinggal telepon aunty," jawab Anin dengan tersenyum.
"Kamu lupa aku sudah memiliki suami. Jangan macam-macam. Apa kamu mau aku pisah sama suamiku?" tanya Hana.
Pertanyaan Hana, membuat Aisha dan Anin cukup terkejut. Keduanya memandangi Hana dengan intens. Menyadari ucapannya yang terkesan kasar, wanita itu tersenyum simpul.
"Kenapa memandangi aku begitu? Aku cuma becanda. Anin ini juga, kayak tak pernah dengar aku ngomong gitu aja. Sudah biasa Kak Aisha, aku dan Anin bicara seperti itu," ucap Hana.
Dia lalu menyajikan semua masakan untuk sarapan ke atas meja. Anin masih memeluk maminya. Hana melirik ke arah mereka berdua.
"Seandainya aku memiliki ibu, pasti bisa bermanja seperti itu juga. Memang Kak Aisha memperlakukan aku sama, tapi tetap ada rasa yang beda di hati ini," gumam Hana dalam hatinya.
Ghibran yang telah rapi berpakaian menghampiri anak dan istrinya. Dia lalu memeluk keduanya. Mengecup pipi sang putri berulang kali seperti saat dia kecil. Bagi Ghibran sang putri tetap bayi kecilnya. Dia lalu mengangkat tubuh Anin. Gadis itu memeluk leher papi dan mengecup pipinya.
Gus Shabir yang baru muncul dari kamarnya menatap Anin dan Ghibran yang sedang berpelukan sambil tersenyum. Tatapannya tidak berkedip ke arah mereka. Hana diam-diam melirik suaminya.
Saat sarapan, Ghibran menyuapi Anin. Gadis itu selalu menunduk, tak berani menatap ke depan, takut pandangannya beradu dengan Gus Shabir. Semua diam menikmati hidangan.
"Bang, aku dan Mas Shabir hari ini juga akan kembali ke pondok," ucap Hana memecahkan kesunyian.
"Nanti Abang antar setelah mengantar Anin ke terminal. Bayi ini tak mau di antar hingga ke kota tujuan. Dia mau belajar mandiri, katanya," ucap Ghibran dengan mencubit hidung sang putri pelan.
"Anin bukan bayi lagi, Bang. Jangan terlalu memanjakan. Nanti takutnya kalau dapat suami yang tak pengertian dan tak perhatikan seperti Abang, kasihan Anin-nya. Dari sekarang harus dibiasakan mandiri. Ingat Anin, kalau sakit jangan didiamkan. Belajar bertanggung jawab, di mulai dari tanggung jawab pada diri sendiri," ucap Hana.
"Aku bisa menjaga diriku, Aunty. Lihat saja nanti. Aku'kan mau jadi dokter. Masa dokter tak bisa urus diri sendiri. Jika selama ini manja, karena ada yang aku harapkan membantu. Saat tinggal jauh dan sendirian, aku yakin bisa jaga diri. Papi percaya'kan?" tanya Anin.
Ghibran menganggukan kepalannya sebagai jawaban. Aisha yang mendengar perdebatan dua wanita itu hanya tersenyum. Hana memang selalu saja memojokan putrinya. Namun, Aisha tidak pernah sakit hati karena berpikir semua yang Hana lakukan karena dia sayang Anin.
"Mas, jika pria kayak kamu itu tidak cocok dengan Anin. Dia itu harus dapat pria minimal seperti papinya. Yang bisa meratukan Anin. Karena dari kecil dia selalu diratukan sama papi dan maminya," ucap Hana.
Gus Shabir dan lainnya terkejut mendengar ucapan Hana. Syifa yang berdiri di belakang Hana tak kalah terkejut mendengar ucapannya.
"Hana, kamu ada-ada saja. Kenapa jadi Gus Shabir yang kamu ulti, dia itu suami kamu, bukan suami Anin," balas Syifa.
"Aku hanya mengumpamakan. Masa Gus Shabir mau poligami aku dan Anin. Mana boleh," ujar Hana.
"Sudah, bicaranya mulai ngaco. Kasihan Gus Shabir, dia dijadikan contoh. Aku yakin Gus pria baik yang bertanggung jawab, kamu beruntung memiliki suami seperti dia, Hana," ucap Aisha.
**
Setelah sarapan, Ghibran dan Aisha mengantar Anin dan sekaligus Syifa. Hanya tinggal Gus Shabir dan Hana di rumah. Suaminya itu asyik membaca buku islami, tanpa peduli kehadiran sang istri.
"Mas, apakah kamu menyesal menikahi aku?" tanya Hana.
Pertanyaan wanita itu yang tiba-tiba membuat Gus Shabir terkejut dan memandangi sang istri dengan intens. Dalam hatinya bertanya, kenapa Hana bertanya begitu.
"Sudahlah, Mas. Jangan di jawab. Aku takut jawaban kamu akan menyakiti hatiku. Aku ke kamar dulu, masih ada yang mau aku susun," ucap Hana akhirnya.
Wanita itu berdiri dan berjalan masuk ke kamar tanpa menunggu jawaban dari sang suami. Dalam kamar tangisnya pecah. Telah satu minggu pernikahan, pria itu belum mau menyentuhnya.
"Apakah aku tidak pantas dicintai, Gus Shabir? Kenapa kamu tidak pernah sekalipun memandang padaku. Berbeda dengan Anin, kamu selalu menatapnya dengan penuh cinta. Aku cemburu melihat kamu selalu mencuri pandang dan melirik Anin," gumam Hana dalam hatinya.
Hana menghapus air matanya. Tak ingin nanti suaminya melihat. Apa lagi jika Ghibran tahu.
"Gus Shabir, saat dirimu menerima lamaran dariku, kau membuatku terbang bahkan hingga naik ke bintang-bintang, namun kini diriku kau hempaskan jauh ke dalam jurang yang curam. Ragaku memang terlihat masih tetap seperti dulu, tapi tidak dengan hatiku. Jika aku masih mencoba bertahan, itu semua kulakukan hanya mengharap ridho-Nya. Dan jika suatu saat aku pergi meninggalkan kamu itu juga karena aku tidak ingin mengzalimi diriku sendiri. Jika hati ini sudah tak mampu lagi bertahan, aku akan mundur dengan hati ikhlas."
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Alivaaaa
mewek aku jadinya 😭😭🤧
2024-05-18
0
Neulis Saja
Hana kamu gak nangis tapi kamu berpikir agar dhsbir mencintaimu karena menangis tdk akan menyelesaikan masalah atau kalau tak sanggup utk merubah sikap suami utk mencintaimu kamu hrs berpikir juga selanjutnya mau bgmn kedepannya ?
2024-02-14
0
Rahmawati
jd sama2 terluka kan
2024-01-21
1