"Radit!"
Sesuatu terjadi yang membuatnya seolah tidak berdaya. Tubuhnya merespon baik pelukan dari lelaki yang baru saja datang. Sangat tidak bisa dikendalikan, hati yang resah akibat separuh jiwanya belum juga kembali pulang.
Wanita itu menangis pilu dalam pelukan hangat lelaki yang cukup bisa diandalkan. Membuat semakin hancur hati pria gagah itu telah membuat keadaan menjadi seperti ini. Ia menyalahkan diri sendiri.
"Tenanglah, May! Aku akan mencarinya."
Pelukan sedikit renggang. Maya menatap Radit yang sedang mengusap wajahnya dari linangan air mata. Sungguh tidak sanggup melihat wanita pujaan hatinya menangis pilu seperti ini.
"Aku takut, Radit! Takut jika terjadi sesuatu padanya."
Dan sekali lagi Maya menangis. Memilukan suara isaknya yang membuat Radit semakin merasa bersalah, sebab ia rasa keselamatan dua wanita belahan jiwa adalah tanggung jawabnya.
"Hei, tenanglah! Tidak akan terjadi sesuatu padanya, oke."
Mencoba lelaki itu menenangkan hati yang gundah sebab putri kesayangannya belum juga pulang. Bahkan sudah pukul 2 dini hari gadis itu belum juga kembali pulang dari tempatnya bekerja.
"Aku akan mencarinya ke tempat kerja!"
Bersuara Radit dengan harapan baik untuk sedikit memberikan rasa tenang. Nyatanya yang terjadi wanita itu menggelengkan kepala sambil terus menangis.
"Tadi jam satu aku sudah mendatanginya. Kata satpam, ia melihat Shanum telah pulang sekitar jam 7 malam."
Suara bergetar dan terputus-putus, sebab Maya berkata sambil menahan Isak tangisnya.
"Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat padanya, Radit!"
"Tolong temukan Shanum!"
"Bawa putriku pulang, Radit!"
"Kumohon!"
Sambil terisak memilukan Maya mencengkram kaos sambil sedikit mengguncang tubuh lelaki itu. Sungguh dunianya saat ini telah hancur. Putri kesayangan, belahan jiwa, separuh nyawanya telah menghilang tanpa kabar. Maya sungguh frustrasi.
Sekali lagi Radit mendekap tubuh wanita yang bergetar akibat menangis tersedu-sedu. Ia merasa gagal, merasa payah pada dirinya sendiri karena semalam ia telah menghabiskan malam indah dan bergairah bersama Anggi. Bahkan makan malam pun berjalan cukup menyenangkan hati tanpa memiliki firasat buruk pada putrinya yang lain.
Yang mana hal itu membuat dirinya harus ketinggalan berita sangat penting sebab panggilan telepon puluhan kali tidak diangkat. Lemas tubuhnya setelah bermain berkuda di atas ranjang panas.
"Dasar lelaki breng sek kau, Radit!" mengumpat dalam hati penuh amarah pada diri sendiri.
Memang benar jika ia seringkali menerima rayuan Anggi untuk bermain di atas ranjang. Tapi kali ini dirinya benar-benar tidak bisa memaafkan, sangat kecewa pada diri sendiri karena terlambat hadir untuk menemani wanita belahan jiwa yang sedang menangis khawatir mencari keberadaan putrinya. Putri yang menjadi nomor satu bagiannya setelah wanita itu.
Munafik memang dirinya, sebab ia seringkali kalah dengan hasrat yang ingin dilampiaskan meski sebenarnya hati memiliki seorang ratu di singgasana cintanya.
"Apa kamu tidak memiliki nomor teman-temannya yang bisa dihubungi?"
Kembali terlerai pelukannya. Radit mencoba mencari titik terang.
"Alisa, aku sudah menghubunginya tadi. Shanum tidak bersamanya, bahkan dia pulang lebih awal."
"Yang lain?" Radit masih mencari informasi. Tapi sayang, Maya menggelengkan kepalanya.
Sejenak napas besar terbuang yang berharap bisa memberikan kelegaan, nyatanya sama saja.
"Baiklah, aku akan mencarinya di sekitar tempat kerja."
Melepaskan diri dari pelukan hangat Maya yang masih dalam keadaan menangis. Hancur sudah hidupnya melihat wanita yang sangat dicintainya tampak tidak berdaya.
"Biarkan aku ikut bersamamu, Radit!"
Begitu terdengar memilukan. Membuat kedua mata Radit berkaca-kaca menatap keadaan Maya.
"Hemmm ..."
Ia hanya sanggup mengangguk dan berdeham untuk menahan tangis melihat keadaan wanitanya.
"Aku akan mengambil kerudung, tunggu sebentar!"
Langkah kaki melesat pergi, Radit terdiam di ruang tamu sambil menatap kepergian wanita itu. Tak tertahan lagi, air mata begitu saja mengalir sebab ketidaksanggupan diri menahan sakit dan hancurnya wanita yang dicintai.
"Aku berjanji akan menemukannya."
Sambil mengepalkan tangannya, Radit sangat serius berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa menemukan putri kesayangan, Putri yang telah ditinggalkan.
****
HRV turbo berwarna hitam melaju dengan kecepatan rendah. Kedua orang yang berada di dalam sana terus menelisik setiap sudut tempat yang dilewati. Meski keadaan pinggir jalan tidak begitu sepi, banyak orang yang melakukan aktivitas seperti pedagang asongan juga orang yang sedang menunggu angkutan umum tapi wajah yang mereka cari tidak ada di antaranya.
Berputar-putar mengelilingi jalanan tempat kerja Shanum. Radit kembali berputar balik untuk ketiga kalinya.
"Apa kamu tidak kepikiran untuk pergi ke tempatmu mabuk-mabukan?"
Maya bersuara begitu saja yang membuat Radit sedikit terkejut. Apalagi tempat yang disebut ialah tempatnya bersenang-senang.
Radit menelan ludahnya, tapi ia mengangguk meski sedikit menahan rasa malu.
"Kita coba lihat!"
Bergumam pelan lelaki itu untuk menuruti kemauan istrinya.
Dengan cepat, Radit memutar setir kemudinya, ia berputar berubah arah. Satu tempat terlintas di benaknya, tempat yang cukup familiar juga bisa dibilang tempat terbaik di antara yang lain.
Sekitar lima belas sampai dua puluh menit laju mobil mewah yang dikemudikan oleh Radit telah memelan mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya.
Dan sangat tepat. Ketika mobil terhenti, Sebuah mobil lain terdengar baru saja dinyalakan. Keduanya turun dari mobil dan mulai melangkah. Langkah pertama terhenti ketika mobil yang baru saja menyala telah melaju.
Kedua pasangan suami istri itu termangu sejenak menatap dua orang yang berada di dalam mobil tersebut.
Mereka merasa tidak asing pada wanita cantik yang terlelap di dalam sana. Hal paling mustahil dilakukan oleh putrinya. Maya seketika membuka mulutnya lebar-lebar dengan kedua tangannya reflek digunakan untuk menutupinya.
"Ra-Radit! It-itu ... Shanum!"
Teriakkan penuh keterkejutan tak bisa dihindari. Secepat kilat Radit berlari sambil berteriak. Tidak berhasil menghentikan mobil tersebut. Yang kemudian, Radit berbalik dan berlari kembali menuju mobilnya.
Maya telah lebih dulu masuk ke dalam mobil, disusul kemudian Radit yang cepat ia menyalahkan mobilnya. Seketika Radit membawa mobilnya dengan dengan cepat.
"Apa kamu yakin dia, Shanum?"
Maya menatap Radit dan mengangguk mantap.
"Aku tidak mungkin salah. Tapi mengapa dia tidak memakai hijabnya?"
Radit memukul setir kemudinya. Ia merasa tidak terima pada apa yang sedang terjadi.
"Akan kuhabisi jika dia berani menyentuh putriku!" Dengan bersungguh-sungguh Radit berucap.
Ketika telah berada di jalan raya, Radit dengan teliti mengingat-ingat mobil yang tadi membawa putrinya.
"Jangan sampai kehilangan jejaknya!" Maya berucap dengan cukup tegang dan perasaan campur aduk.
Dan benar saja mobil Camry hybrid yang ia ketahui membawa putrinya tadi terlihat di depan mata. Segera Radit melajukan mobilnya dengan cepat untuk bisa menghadang mobil tersebut.
Cccccciiiiiiitttttt
Terhenti sangat mendadak. Beruntung kali ini pengemudi mobil Camry tidak begitu mabuk, yang cukup sigap mengendalikan mobilnya.
Memukul setir kemudi sembari mengumpat kesal lelaki di dalam mobil Camry tersebut.
Segera dibawanya untuk keluar keadaan diri yang telah dipenuhi oleh emosi. Dilihatnya kini pasangan suami istri yang baru saja turun dari mobil di depannya. Seketika tubuh lelaki itu mematung menatap wajah tidak asing dengan memasang raut dipenuhi amarah.
"Astaga ...."
Lelaki itu terdiam ketika kini seorang istri berjalan cepat menghampirinya.
"Kurang ajar ya, kamu!"
Plakkkk
"Bisa-bisanya kamu membawa putriku!"
Suara memekakkan telinga membuktikan jika wanita itu sedang dalam keadaan marah besar.
Pria yang berdiri di depannya cukup diingatnya setelah kejadian tempo hari. Maya cukup ingat bagaimana penampilan lelaki itu bahkan dengan gambar yang memenuhi dadanya. Kini Maya semakin dirundung kekhawatiran.
Sekilas ia menatap ke arah gadis cantik yang duduk nyaman di dalam mobil tanpa berniat ingin tahu.
"Radit hubungi polisi!"
Maya seketika berlari meninggalkan sosok lelaki yang hanya diam memegang pipi, menghampiri putrinya yang terlihat sangat berbeda, kembali ia menangis saat kini pintu mobil terbuka.
"Shanum!"
Kedua pasang mata bertemu, yang kemudian Maya segera menarik tubuh gadis itu dan memeluknya. Putrinya menjadi begitu cantik dengan pakaian yang ia yakini sangat minim dibalik jas yang dipakai gadis itu.
Hal itu membuat Maya kembali menangis pilu, mendapati keadaan putrinya yang seperti sekarang, terlihat layaknya orang teler setelah menggunakan nar koba. Bahkan gadis itu tampak kesulitan hanya untuk menyeimbangkan tubuhnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Asyatun 1
lanjut
2023-12-27
0