Shanum memejamkan matanya sambil membuang napas besar. Menyandarkan punggungnya di dinding lift, yang beruntungnya di dalam benda angkut itu tidak ada siapapun saat ini. Sebab dirinya memang pulang sedikit larut, sebab pekerjaannya baru saja selesai.
Rasanya ia sangat frustrasi menghadapi masalah yang sedang terjadi. Seharian ini dirinya bekerja sama sekali tidak merasa fokus. Bahkan lebih banyak ia habiskan waktu untuk melamun.
Ting.
Pintu lift terbuka. Segera Shanum membawa langkahnya pergi meninggalkan tempat kerja. Langit malam telah menyambutnya ketika berada di area perusahaan.
Sesaat ia menatap ke arah langit malam yang dipenuhi oleh cahaya bintang dan rembulan.
"Ini seperti mimpi!"
Bergumam pelan gadis manis dengan wajah cantik alami. Ia sama sekali tidak menyadari jika sejak beberapa menit dirinya berada di sana sambil menatap ke atas. Sosok lelaki tampan bertubuh tegap telah bersandar di dinding kaca sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku. Ia sedikit merasa heran melihat keadaan gadis yang sejak awal bertemu telah mengalihkan dunianya.
Lelaki itu hanya tersenyum tipis melihatnya. Bahkan ia sama sekali tidak berniat untuk menyapa atau merusak suasana yang sedang dinikmati oleh gadis berkerudung itu.
Hingga akhirnya ia pun ikut meninggalkan perusahaan, setelah gadis itu lebih dulu pergi untuk mengambil motor dan dibawanya untuk kembali pulang.
"Entahlah, rasanya aku sungguh ingin terus melihatnya."
Senyuman Ken mengembang saat isi otaknya dipenuhi oleh wajah Shanum. Cepat ia lajukan mobilnya untuk membelah jalanan ibukota yang telah dipadati oleh pengendara lain.
Di sisi lain, Shanum yang terlihat mengemudikan motornya sambil melamun. Pikirnya masih dipenuhi oleh dua pilihan sulit untuk masa depannya.
"Apakah aku harus berbohong?"
Shanum sungguh merasa sangat bersalah pada dirinya. Ia benar-benar telah menyesali perbuatannya. Dan kini gadis itu bingung bagaimana cara menebus kesalahannya.
"Apa sebaiknya aku keluar saja dari perusahaan?"
Masih bermonolog sendiri sambil menimang keadaan yang terjadi nanti. Kedua pilihan yang sangat sulit untuknya.
"Ibu pasti sedih kalau tahu aku keluar karena masalah ini!"
Melihat lampu lalu lintas berubah menjadi merah, Shanum pun menghentikan laju motornya. Ia sama sekali tidak peduli pada pengendara lain sebab masalahnya saja tidak sanggup ia hadapi saat ini. Bahkan gadis itu tidak sadar meski dirinya terus diikuti oleh sebuah mobil mewah berwarna hitam.
Setelah beberapa menit berlalu, Shanum membelokkan setir motornya memasuki komplek perumahan. Jalanan saat itu cukup sepi, ditambah lagi beberapa menit lalu daerah itu telah diguyur hujan.
Semilir angin berhembus kencang. Membuat bulu kuduk Shanum berdiri. Ketika kini keadaan dirasa cukup menakutkan. Ia pun baru menyadari, jika mobil berwarna hitam yang ada tidak jauh di belakangnya telah nampak sejak tadi.
Baru saja motor akan dibawanya melaju kencang, mobil mewah berwarna hitam itu lebih dulu mengimbangi laju motornya hingga kini Shanum terpaksa harus berhenti mendadak.
"Astaghfirullah halazim!"
"Ada apa ini?"
Jantung berdegup kencang ketika kini gadis itu melihat pintu mobilnya terbuka perlahan. Dan seketika itu tubuhnya bergetar menatap kedua orang dan muncul lagi dua orang lain yang keluar dari pintu belakang.
Belum sempat Shanum menjerit bahkan berlari, salah satu di antara keempat orang lelaki yang menggunakan Hoodie hitam lebih dulu menutup mulutnya sembari mendekap tubuhnya.
"Mmmmppptttth!"
Dengan sedikit perlawanan Shanum mencoba untuk lepas dari lelaki asing itu. Datanglah seorang lelaki yang memiliki kumis. Dengan cepat ia menggantikan posisi lelaki pertama yang menutup mulut Shanum.
"Tolo ...."
Begitu saja Shanum terkulai lemas saat lelaki berkumis itu menutup hidung Shanum dengan sebuah sapu tangan.
****
Ken tersenyum tipis mendapati sebuah pemandangan di depannya. Ia tidak sengaja menghentikan mobilnya tepat bersebelahan dengan gadis yang sejak beberapa hari telah mengalihkan dunianya.
Sesekali pandangan mata ia tujukan ke arah gadis itu. Begitu sangat menarik perhatian meski gadis itu tidak melakukan apapun.
Dddrrrtttttt
Sedikit terkejut saat mendengar ponsel miliknya bergetar.
"Nia?"
Tidak ingin menunggu lama, Ken pun segera mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo!"
Dari seberang sana terdengar suara seorang gadis merengek minta dibelikan baju baru sebab acara pesta ulang tahun temannya tidak sesuai dengan warna gaun yang dipakai.
"Lalu, apa yang bisa Kakak lakukan?"
Dan benar tebakannya, gadis itu meminta Ken untuk membelikan gaun pesta yang baru berwarna hitam sesuai dengan warna dress code yang ditentukan.
"Astaga, Nia! Kakak lelah, apa tidak bisa kamu pulang saja dan mengganti gaunmu!"
Ken sedikit kesal.
Mulai lelaki itu melajukan mobilnya setelah lampu lalu lintas bergantian hijau.
"Kakak, please!"
Terdengar suara memelas dari seberang sana yang membuat Ken seketika luluh. Ia memang tidak pernah sanggup untuk menolak permintaan dari si bungsu itu.
"Hah ... Baiklah! Tunggu sebentar!"
Seketika teriakan bahagia terdengar dari seberang sana. Ken hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Selalu bisa membuat dirinya merasa kalah dengan permintaan yang mustahil.
Tidak ingin membuang waktu, Ken pun segera memutar laju mobilnya untuk menuju sebuah butik yang cukup ia tahu. Sebuah tempat yang pernah ia datangi saat bersama dengan Elle.
"Wanita itu selalu membuat repot!"
Dan sekilas ia teringat pada Shanum. Entahlah, ia rasa gadis itu sangat berbeda. Selalu terlihat sederhana bahkan tidak terlalu peduli dengan penampilannya. Tapi, begitu saja sudah bisa membuat dirinya tertarik untuk terus menerus melihatnya.
Sekitar satu jam berlalu. Bersyukur Ken mendapatkan pelayan yang sesuai dan cukup pandai. Sehingga ia tidak terlalu banyak membuang waktu untuk memilih gaun. Bahkan kini lelaki tampan itu telah menghentikan laju mobilnya di halaman parkir hotel bintang lima untuk menemui Nia, si bungsu kesayangan.
Sambil memakai dan mengancingkan jas, Ken Telang melangkah memasuki lobby hotel. Sambil ia membawa paper bag, kedua mata menelisik setiap sudut lobby, berniat mencari seseorang yang telah membuatnya harus kehilangan waktu untuk beristirahat setelah seharian ini bekerja.
"Kak, Ken!"
Panggilan seorang gadis terdengar yang membuat Ken menoleh ke arah kiri. Dimana kini gadis manis menggunakan gaun berwarna peach berjalan cepat menghampirinya.
"Syukurlah Kakak sudah datang. Hampir saja Nia ingin pulang."
Sedikit merasa kesal mendengarnya, tapi Ken cukup dewasa untuk tidak menanggapi kerempongan gadis itu.
Ken hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Terlintas di benaknya, mengapa dirinya begitu peduli pada kedua adik perempuannya. Apalagi pada si bungsu ini. Ia pun tidak punya alasan atas pertanyaannya.
"Yasudah, Kakak balik dulu! Kamu hati-hati dan jangan pulang terlalu malam!"
Ken mencubit hidung Nia yang membuat gadis itu mengadu pelan.
"Ih ... Kak, Ken!"
Melambaikan tangan saat diri telah menyelesaikan urusannya. Ken tidak ingin lagi berlama-lama di sana, sebab keadaan diri sudah ingin di istirahatkan.
"Iya, makasih Kak! Hati-hati di jalan!" Teriakkan Nia hanya mendapatkan anggukan kepala juga acungkan jempol oleh lelaki gagah itu.
Namun, siapa sangka jika keinginan untuk segera pulang dan merebahkan tubuhnya harus kembali ia urungkan ketika terdengar suara seseorang yang sedang memanggil namanya.
"Ken!"
Menoleh ke belakang, dan seketika senyuman pun mengembang. Di lihatnya sosok lelaki yang begitu ia kenal.
"Endrew!"
Ken memeluk ala pria gentleman menyambut kedatangan sahabat yang tidak terduga.
"Kapan kau sampai di Jakarta? Bukannya lusa, kau masih ada di Bali!" tanya Ken dengan penuh keterkejutan.
Terdengar tawa renyah dari mulut Endrew.
"Tadi pagi!"
Ken hanya mengangguk masih dengan menipiskan bibir.
"Sepertinya kau sedang ada acara!"
Kembali Ken bersuara ketika melihat dandanan Endrew yang terlihat begitu sempurna.
Menggelengkan kepalanya lelaki yang sedang tertawa menanggapi perkataan Ken.
"Ferdi telah menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk merayakan kedatangan ku. Bukannya dia sudah menghubungi mu tadi?"
Ferdi, salah satu sahabat Ken selain Endrew. Mereka bertiga memang terlahir dari keluarga terpandang yang kebetulan menjadi sahabat sejak semasa kuliah dulu.
Memiliki bisnis yang berbeda-beda membuat ketiganya harus sering berada jauh demi kelangsungan bisnis yang digeluti.
Ken seketika merogoh saku celananya. Ia tidak merasa ada panggilan masuk dari Ferdi.
"Astaga! Sepertinya dia menghubungiku ketika aku di jalan menuju kemari."
Ken tersenyum tipis setelah melihat notifikasi di ponselnya. Tertera di sana sebuah nama seseorang telah 7 kali menghubunginya.
"Sebaiknya kita pergi sekarang! Ferdi telah mendapatkan barang baru untuk menemani kita bersenang-senang!"
Sambil merangkul pundak Ken, Endrew membisikan sesuatu yang membuat Ken tersenyum kecut.
"Dia masih ORI!"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Riri
wah gak bener nih, Shanum barang ORI nya ....
2023-12-26
0
aqil siroj
yahhhhh digantung😆😆😆
semoga shanum selamat ya... jangan diapa-apain thor
2023-12-25
0