Shanum tampak fokus menatap layar komputer yang ada di depannya. Sesekali pandangan mata ia sempatkan untuk mencuri pandang ke arah ponsel mahal miliknya yang sengaja ia letakkan di samping tangan kanannya.
Hati resah ditambah pikiran tak karuan membuat gadis itu tak semangat bekerja. Seolah semuanya terasa mimpi. Baru saja ia bertemu dengan lelaki itu tanpa disengaja dan kesialan kembali ia dapat seperti saat kuliah dulu.
"Sungguh sial hidupku saat bertemu dengannya.
Lirih bibir itu berucap sambil ia menundukkan kepala dan membenturkannya pada sebelah tangan yang baru diletakkan di atas meja.
Dan baru saja kekonyolan itu dilakukan tanpa memikirkan sesuatu hal. Sosok yang sejak tadi membuat hatinya gelisah telah melangkah masuk ke dalam ruangan HRD dan menuju ke bilik kerjanya.
Sangat disayangkan, kegiatan aneh yang dilakukan oleh gadis itu pun akhirnya membuat rekan kerja juga sosok Ken yang baru saja datang, terdiam keheranan saat melihatnya.
"Selamat siang, Pak Ken! Apa ada masalah?"
Pak Erik yang juga baru saja datang sungguh terkejut melihat kedatangan Ken yang berada di depan bilik tempat kerja Shanum.
"Hah!"
Seketika Shanum mengangkat kepalanya dan sungguh terkejut saat melihat kedatangan orang yang tidak diinginkan.
"Ya ... Saya sedang ada urusan penting dengan Shanum, Pak!"
Tanpa melihat ke arah Erik selaku kepala bagian HRD, Ken berucap. Sungguh hal itu sangat ampuh membuat tubuh Shanum merasakan keringat dingin.
"Hah!"
Memaksakan bibir untuk tersenyum meski keadaan diri sedang gundah.
"Ke ruangan saya, sekarang!"
Sangat tegas dan cukup untuk membuat seorang gadis mengangguk karena ketakutan.
"Ba-baik, Pak!"
Termangu sejenak Erik di tempatnya. Menatap bergantian ke arah Shanum dan Ken. Ia seperti merasakan ada sesuatu yang salah di antara keduanya.
Begitu saja Ken membawa langkahnya pergi tanpa meninggalkan sepatah kata. Yang mana hal itu semakin membuat Erik juga rekan kerja Shanum semakin penasaran dibuatnya.
"Shanum, sebenarnya ada masalah apa kamu dengan pak Ken?"
Erik melayangkan sebuah pertanyaan begitu saja sebab hati tak bisa lagi menahan rasa penasaran yang terus membelenggu.
"Apa kau ada hubungan dengannya?"
Kembali melayangkan pertanyaan yang semakin sulit untuk Shanum menjelaskan. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, ia merasa sangat frustrasi saat ini.
"Lalu, mengapa dia memintamu untuk menemuinya?" Sekali lagi Pak Erik kembali mencecar Shanum dengan pertanyaan.
"Kelihatannya ada sesuatu yang sangat penting!" Seorang rekan kerja Shanum menambahkan bumbu untuk membuat suasana semakin memanas.
"Ti-tidak. Tidak ada apa-apa. Ini hanya masalah pekerjaan."
Shanum mencoba membuka suara, sebab hati dirasa cukup menahan. Berharap dengan sedikit memberi jawaban, bisa menepis tuduhan dan pandangan buruk mengenai dirinya dengan direktur perusahaan.
"Mana mungkin pak Ken datang kemari hanya untuk membicarakan perihal kerjaan. Dia juga bisa menghubungi pak Erik yang lebih berwenang ketimbang dirimu!"
Sekali lagi rekan kerjanya yang lain menambah bumbu pedas yang membuat keadaan bertambah panas.
"Iya, pasti kamu memiliki hubungan khusus dengannya!" imbuh rekan kerja lainnya.
Dilihatnya Erik mengembuskan napas. Sebenarnya ia tidak ada masalah, hanya saja demi kebaikan bersama apalagi dirinya sebagai kepala bagian yang bertanggung jawab atas bawahannya. Ia takut jika terjadi masalah dengan pekerjaan gadis itu yang dapat menyeret nama departemen yang berada di bawah naungannya.
"Sudah! Sudah cukup! Biar Shanum pergi menemui pak Ken, saya yakin jika ini hanya urusan pekerjaan."
Pada akhirnya Erik bersuara cukup tegas yang membuat bawahannya terdiam dan memilih untuk tidak lagi mengusik urusan Shanum dengan Ken.
"Jika memang benar dia ada hubungan khusus dengan pak Ken, kenapa juga dia takut berkata jujur."
Terdengar suara pelan rekan kerja Shanum yang bernama Niken. Gadis bermata sipit itu terbilang cukup akrab dengan Shanum karena mereka duduk bersebelahan. Tidak ada rasa sungkan saat berbicara dengan Ambar, rekan kerja yang lain.
Shanum hanya diam dan berlalu pergi untuk segera menemui Ken dan menyelesaikan masalahnya.
****
Seorang lelaki mengenakan setelan jas kerja berwarna hitam terlihat sedang gusar menunggu kedatangan seseorang. Sesekali lelaki itu berdiri dan melangkah ke arah pintu untuk dibukanya.
Gadis yang membuatnya tidak bisa duduk tenang belum juga menampakkan batang hidungnya meski diri telah repot datang untuk menjemputnya.
"Apa yang dia lakukan?"
Pintu kembali ditutupnya. Dibawa duduk tubuhnya yang tegap seolah keadaan diri sedang sibuk. Bahkan sepuluh menit berlalu. Gadis yang ditunggu belum juga datang.
"Astaga! Kemana dia? Kenapa belum juga datang?"
Hati begitu menggebu ingin segera bertemu. Sangat tidak sabar menatap wajah cantik yang membuatnya terus merindu. Tidak bisa dipungkiri, memang seperti itu keadaannya.
Ia masih teringat jelas bagaimana keadaan diri saat dulu pertama kali bertemu. Seorang gadis yang sama sekali tidak terpesona menatap wajah tampannya, bahkan gadis itu tanpa ragu mencaci makinya. Sesuatu hal yang sampai saat ini selalu diingat dan sangat membuatnya terkesan.
Berniat untuk kembali berdiri dan menjemput gadis itu kembali. Tapi urung dilakukan saat mendengar suara ketukan pintu.
Lega hati dirasa meski belum tahu siapa di luar sana. Senyuman pun turut andil menghiasi wajah. Ken membenarkan duduknya supaya tampak begitu tegas dan berwibawa.
"Masuk!"
Ketukan pun terhenti yang kemudian disusul dengan pintu terbuka. Muncul seorang gadis yang sejak tadi ditunggu kedatangannya.
"Maaf menunggu lama."
Ken sekilas melirik sambil fokus menatap layar komputer. Seolah diri sedang sangat sibuk dengan urusan pekerjaan yang sebenarnya telah dikerjakan oleh Reno, asistennya.
"Duduklah!"
Kini lelaki itu duduk santai sambil menyandarkan punggungnya sambil bersendekap dada. Menatap lurus sosok gadis yang duduk gusar sambil menundukkan kepalanya.
"Hari Sabtu besok adalah hari ulang tahun adik saya."
Cukup intens Ken menatap sosok Shanum yang duduk sambil menatap tangannya. Sekilas gadis itu mengalihkan pandangan mata ke arahnya.
"Orangtuaku ingin aku datang sambil membawa seorang kekasih."
Meremas tangan Shanum sambil ia mendengarkan suara yang terucap oleh lisan lelaki di depannya.
"Aku tidak ingin berbasa-basi. Kupikir kau sangat cocok menjadi pasanganku saat datang ke sana."
Dan perkataan Ken sangat ampuh membuat jantung Shanum hampir saja copot. Gadis itu seketika menatap dengan penuh keterkejutan. Seperti mimpi di siang bolong.
"Ap-apa maksud Pak Ken?"
Gugup Shanum saat ini Ken menatapnya cukup serius. Tempat duduk kebesarannya dibawa mendekat dengan kedua tangan berada di atas meja untuk menopang berat kepalanya.
"Kau sangat mahir memalsukan identitas diri. Kupikir aku bisa mentolerir kesalahanmu dengan kau membantuku."
Shanum menelan ludahnya.
"Kenapa begini, jadinya?" Batin Shanum tidak terima.
"Maksud bapak? Saya membantu Pak Ken untuk menjadi kekasih bohongan?"
Masih sedikit ragu sebenarnya, tapi Shanum cukup pandai merangkai kata. Dan benar, dilihatnya sangat mantap anggukan kepala seorang lelaki tampan nan gagah yang menjadi bos tempatnya bekerja.
Shanum menelan ludahnya kasar. Raut wajah seketika berubah masam saat membayangkan diri harus berpura-pura menjadi seorang kekasih dari bosnya.
"Apa-apaan ini?" kembali batin Shanum mengeluh.
"Ta-tapi Pak! Itu sangat tidak mungkin."
Shanum menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak bisa melakukan suatu hal yang bahkan sangat mustahil ia lakukan. Dekat dengan lelaki saja ia tidak pernah, apalagi jika harus berpura-pura menjadi seorang kekasih.
Begidik ngeri Shanum membayangkannya.
"Saya tidak punya pilihan lain. Hanya kamu yang bisa melakukannya. Seperti kamu membohongi data pribadi untuk perusahaan ini."
"Tapi, itu berbeda, Pak!" cepat Shanum menjawab.
Kembali Shanum menggelengkan kepalanya. Ia tidak mungkin mampu melakukannya.
Ken mengerdikkan bahu. Kembali menyandarkan punggungnya sambil kedua tangan saling bertautan.
"Terserah padamu saja! Ikut bersamaku atau kau keluar dari perusahaan ini!"
Mulut sedikit terperangah saking terkejutnya. Shanum menatap Ken dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Sangat syok mendengar penuturan dari lelaki itu.
Meski sebenarnya ia sudah bisa memprediksi apa hukuman yang tepat untuk karyawan yang memalsukan data diri. Berharap ada keajaiban yang dapat membantunya.
"Ta-tapi Pak!"
Ken hanya mengerdikkan bahu tanpa ingin memberikan sepatah kata lagi. Dibalik wajah kaku dan keras yang dibawanya menghadapi Shanum, sebenarnya ada gelak tawa yang sedang ia ditahan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
aqil siroj
modus modus 😅😅😅
2023-12-23
1