Tok tok tok
Seorang gadis dengan menggunakan setelan jas hitam yang rapi juga warna kerudung senada berdiri di depan sebuah pintu sambil merasakan degup jantungnya terpacu cepat.
Tidak tahu apa yang terjadi sehingga dirinya harus menghadap untuk menemui bos besar yakni Kenan Adi Pratama.
Setelah kedua kali gadis itu mengetuk pintu ruangan, akhirnya terdengar juga suara merdu dari dalam sana.
"Masuk!"
Setelah membuang napas besar, gadis yang bekerja sebagai staf HRD itu membuka pintunya. Yang mana perlahan harus membuatnya berhadapan langsung dengan seorang pria yang sebenarnya sangat malas untuk ditemuinya. Sebab dirinya baru teringat akan kejadian ketika semasa kuliah dulu.
"Permisi, Pak!"
Sekilas menatap ke arah gadis. Kembali kedua mata yang terbingkai indah oleh kacamata itu menatap ke arah layar laptop.
Sungguh terlihat sangat berwibawa. Gadis itu pun mengakuinya meski kemudian ia merutuki diri.
"Sangat berbeda dengan penampilannya yang semalam," batin gadis itu berseru.
"Duduk!"
Mengangguk patuh sembari merasakan hawa panas juga sesak di dada hanya mendengar suara tegasnya. Ia hampir saja tidak percaya pada keadaan. Teringat akan kejadian semasa kuliah yang sangat jauh berbeda dengan keadaan lelaki itu sekarang.
"Apa benar jika pak Ken ini lelaki yang dulu membuatku harus mengulang ujian bahasa inggris? Tapi kenapa sangat jauh berbeda sama yang sekarang?"
Kembali batin gadis itu berceloteh layaknya meminta penjelasan atas keraguan yang dirasa.
Hening. Hanya menyisakan suara jemari tangan yang menyentuh bagian-bagian dari benda canggih yang digunakan untuk merangkai kata.
Gadis manis berkerudung itu duduk dengan meremas jemari tangan. Ia merasa sangat gugup tiba-tiba. Apalagi ketika mata indah dari sosok lelaki yang terbingkai kacamata itu sesekali melirik ke arahnya.
Seperti halnya seseorang yang sedang bertemu dengan pacar. Tapi yang ini berbeda, ia merasa gugup karena memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya.
"Eherm ... apa pak Erik tahu, kamu saya panggil ke sini?"
Kali ini tatapan mata telah sepenuhnya menghadap ke arah gadis yang duduk manis di depannya.
Mengangguk mengiyakan sembari ia menjawab, "Iya, Pak."
Tutut mengangguk kecil menanggapi jawaban gadis itu sambil sebelah tangan melepaskan kacamata yang dipakai.
"Jadi begini, Shanum. Saya tidak tahu bagaimana bisa dulu kamu keterima kerja di sini?"
Sedikit termangu Shanum saat mendengar suara baru terucap. Sungguh ia merasa semakin cemas. Tapi masih belum bisa menebak apa yang membuatnya bisa secemas ini.
"Maksud Pak Ken?"
Begitu tegas juga sangat mengintimidasi seorang Shanum saat sebuah map berwarna merah dilempar ke depan gadis itu.
"Tidak mungkin bisa karyawan yang bekerja di sini memalsukan data pribadi!"
Seketika itu Shanum menelan ludahnya kasar. Keringat dingin mulai ikut berperan. Seperti seorang maling yang sedang tertangkap basah.
"Da-data pribadi?"
Masih belum bisa mengakui kesalahan. Sebab Shanum merasa tidak ada yang salah pada data dirinya.
"Saya tidak pernah memalsukan data pribadi, Pak! Semua yang tertulis di sana sudah sesuai de ...."
Dengan sungguh-sungguh Shanum mencoba untuk menjelaskan, nyatanya suasana dirasa semakin tegang.
"Periksa saja dan jangan banyak bicara!"
Sedikit terkejut atas suara yang mulai meninggi. Shanum dengan tangan bergetar juga degup jantung yang semakin berlompatan mulai meraih map berwarna merah untuk membuktikan tuduhan dari seorang bos.
"Astaga ... Mimpi apa aku semalam?"
Shanum menjerit dalam hati saat melihat beberapa data dirinya yang berbeda dengan keadaannya sekarang.
"Mampus! Bagaimana cara aku menjelaskannya?" Batin Shanum terus berbisik resah atas keadaan yang baru disadarinya.
Benar saja, tempat tinggal juga nama orang tua sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan yang diketahui oleh Ken semalam. Meski belum diketahui secara pasti, tapi Ken bisa mengatakan jika kejadian semalam telah membuktikan segalanya, jika gadis itu bukanlah gadis perantauan.
"Ehmmm ... Ini, bisa saya jelaskan, Pak!"
Masih mencoba membela diri dengan hati dan perasaan resah, Shanum mencoba menyelamatkan karir yang sudah ia bangun.
"Saya tidak bisa mentolerir kesalahan yang satu ini!"
Terperangah saat melihat sosok lelaki tampan nan gagah yang ia kenal sebagai direktur utama di perusahaan tempat dirinya bekerja yang kini telah beranjak dari duduknya.
Melangkah berbalik lelaki itu untuk menatap sebuah kaca jendela yang tidak terlalu besar. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Cukup ampuh untuk dirinya melarikan diri dari gadis yang ada di depannya. Ia bisa tersenyum lebar kini.
Disusul oleh Shanum yang turut berdiri kini.
"Pak, semua data ini memang benar, hanya saja ada beberapa yang belum saya revisi lagi."
Gadis manis dengan kecantikan alami itu mencoba menjelaskan. Sayang ia tidak mendapat respon baik.
"Pak Ken, saya bisa merevisinya sekarang!"
Kini lelaki itu telah cukup tersenyum. Kembali ia harus bersandiwara untuk mendapatkan perjanjian yang ia inginkan.
"Apa konsekuensi untuk karyawan yang memalsukan data-datanya, Shanum?"
"Kamu pasti sangat tahu, bukan!"
Shanum menelan ludah. Benar memang jika dirinya menggunakan alamat rumah mbak sari, pekerja paruh waktu yang biasa membersihkan rumahnya. Yang paling fatal baginya ialah hubungan orang tua.
Ceritanya memang sangat panjang waktu itu. Sebelum kartu keluarga direvisi, Shanum masihlah berstatus sebagai putri dari Rania dan Edwin yang sebenarnya mereka adalah kakek neneknya. Tapi semua sudah direvisi oleh Maya setelah ibunya meninggal dunia.
Dan kini ia pun melupakan data diri yang lama, yang seharusnya ia perbarui apalagi dirinya juga bekerja menjadi staf HRD.
"Iya, Pak! Tapi, saya bisa merevisinya se ...."
Melihat sosok direktur menggelengkan kepalanya sambil melangkahkan kakinya mendekat. Shanum pun menghentikan perkataan.
"Pak, tolong berikan saya kesempatan!"
Sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Shanum mencoba untuk meluluhkan hati lelaki yang terlihat begitu tegas. Berdiri sambil bersendekap dada, ditambah juga setelan jas yang dipakainya cukup menambah kadar kewibawaan.
"Kesalahan kamu tidak bisa saya tolerir!"
Kembali lelaki itu mendudukkan diri. Memakai kacamata dan mulai fokus pada layar laptop yang beberapa detik telah dianggurkan.
"Pak, saya mohon!"
"Kasih saya kesempatan untuk memperbaiki!"
Mencoba untuk membuat gadis di depannya benar-benar merasa frustrasi.
"Jika semalam bukan saya yang bertemu dengan ayahmu, apa mungkin kamu akan merevisi data-data yang kamu miliki?"
Sindiran yang cukup menusuk hati Shanum. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Ia hampir saja menangis.
"Iya, Pak. Saya minta maaf!"
Sambil mengatupkan kembali kedua tangannya, turut duduk kembali di kursi panas. Shanum tidak bisa lagi menahan diri. Kesalahan yang ia lakukan benar-benar membuatnya merasa tidak berdaya. Ia sudah berjuang keras untuk bisa bekerja di tempat itu supaya tidak terlalu jauh dari tempatnya tinggal.
"Pak, saya akan lakukan apapun untuk menebus kesalahan yang saya perbuat! Asalkan Pak Ken, bisa memberikan saya kesempatan!"
Kali ini Shanum telah menitihkan air mata. Tidak ada angin tidak ada hujan, ia harus mendapatkan musibah atas kesalahannya sendiri. Yang bahkan hampir terlupa.
Shanum merutuki diri ketika sosok lelaki tampan di depannya menatap intens ke arahnya yang sedang menangis.
Diusapnya wajah yang mulai basah.
"Astaga ...."
Ken mengambil kotak tisu dan diberikan untuk gadis di depannya.
"Tolong berikan saya kesempatan, Pak!"
Ken yang sebenarnya tidak melakukan pekerjaan apapun, bahkan yang ditulisnya hanya kata-kata ambyar, seperti isi hati yang terpendam. Kini jemari tangan telah berhenti merangkai kata. Sekali lagi melepaskan kacamata yang dipakainya.
"Sebaiknya kamu kembali bekerja!"
"Tapi, Pak!"
Shanum masih belum puas atas keputusan yang diambil oleh bosnya.
"Pak Ken, tolong ...."
"Kembalilah! Saya akan pertimbangkan hukuman apa yang pantas untukmu!"
Dengan mengembuskan napas besar, akhirnya hati hancur yang membuat resah hatinya dibawa pergi. Shanum tidak berharap banyak atas karir yang ia capai saat ini.
"Baiklah, Pak!"
Lemas pun langkah dibawanya keluar dari ruangan tersebut. Melihat kepergian Shanum, Ken menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar.
"Astaga, aku terlihat jahat sekali padanya!"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
Jangan takut Shanum.. nanti juga buncit. hehehe
2024-02-05
0
Riri
biar aja Shanum, nanti tolak aja cinta nya Ken, biar tau rasa ... wkwkwk
2023-12-21
1
aqil siroj
nnext thor
2023-12-21
0