Praaannnngggg
Klontaaaannngg
Barang-barang di atas meja rias berserakan di lantai. Ada beberapa barang yang terlihat pecah.
"Kamu selalu saja tidak bisa menghargai keberadaanku!"
"Siapa suruh kamu menerima perjodohan kita!"
Wanita dengan wajah memerah yang juga dipenuhi oleh lelehan air mata itu tampak melotot penuh amarah sambil ia kini menggelengkan kepalanya.
"Kau sendiri yang mau menikahiku, bukan!"
Dadanya naik turun mengimbangi udara yang keluar masuk dari lubang hidungnya yang mulai mampet akibat menangis.
"Lantas, mengapa kau tidak pernah bisa menerimaku dalam hubungan ini!"
"Apa karena aku telah memberikan keinginan keluargamu, hingga kini habis sudah masa-masa dimana aku sebagai istrimu."
Wanita itu mengusap wajahnya kasar. Sebab air mata terus berlinang membuatnya sedikit merasa risih. Ia merasa sangat muak pada hubungan yang dijalaninya selama ini.
Bahkan sudah dua puluh tahun lebih mereka tinggal satu atap. Nyatanya kebahagiaan itu perlahan hilang setelah kelahiran putrinya yang bernama Alina Romanio. Hanya bertahan dua tahun saja kebahagiaan yang Anggi impikan perlahan musnah.
Sedangkan lelaki tampan nan gagah yang ada di depannya terlihat begitu santai. Duduk di atas kasur empuk sambil memainkan gawainya. Ia sama sekali tidak merasa terganggu.
"Sudah kukatakan sejak dulu, jika kau masih mencintainya. Pergilah tanpa merusak hubungan pernikahan kita, Radit!"
Anggi memejamkan matanya sambil merasakan relung hatinya yang seperti teriris. Ia sungguh-sungguh mencintai lelaki itu tanpa melihat keadaannya yang telah beristri. Bahkan dirinya rela dijadikan yang kedua asal Radit bisa memberinya cinta dan harapan baru untuk hidup bahagia.
"Mengapa kau tidak pernah melihat keberadaanku, Radit? Mengapa?"
Suara Isak tangis sejenak mengambil alih. Sama sekali Radit tidak merasa iba melihatnya. Entah terbuat dari apa hati lelaki itu.
"Sudah berulang kali kukatakan, aku rela menjadi madunya mbak Maya. Asal kau bisa menerimaku dan Alina. Nyatanya apa? Sampai sekarang pun kau masih sama! Selalu seenaknya saja seolah aku ini bukanlah siapa-siapa!"
"Kupikir, setelah sekian lama mbak Maya menolak kehadiranmu. Kau bisa melupakannya dan mulai membuka hatimu untukku."
Seketika itu Radit memejamkan mata untuk menggugurkan rasa amarah yang mulai tersulut.
"Apa kau tidak lelah mengejarnya meski tidak mendapatkan respon yang baik!"
"Mbak Maya sudah tidak bisa menerimamu kembali, Radit!"
"Apa kau lupa bagaimana dia terus meminta cerai darimu! Dia sudah membuangmu!"
"Bukalah matamu!"
Dan seketika itu Radit mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sejak tadi menghibur diri. Dibawa tubuh tegapnya berdiri sembari pandangannya tajam menatap ke arah wanita cantik dengan menggunakan gaun tidur berwarna hitam.
Seperti biasa, ia sama sekali tidak tergoda melihat wanita itu bahkan tanpa selembar kain pun ia tidak akan pernah membiarkan dirinya terhanyut oleh godaan wanita itu. Meski dirinya tahu, jika wanita itu sangat berhak menerima sentuhan hangat darinya.
Sebab Radit telah berjanji pada dirinya, jika Maya belum bisa menerima kembali kehadirannya. Ia pun juga tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk wanita lain.
"Cukup, Nggi! Kau sudah melewati batasanmu!"
Anggi melangkah mendekat dengan membusungkan dada. Tentu saja wanita itu semakin menggoda pandangan mata. Sayang Radit sama sekali tidak merasa tertarik.
"Kenapa? Kau tidak terima jika kukatakan Maya sudah menutup hatinya untukmu!"
"Dia sudah membuangmu dari hidupnya!"
Dan suara telapak tangan yang menyentuh kulit pipi terdengar cukup keras dan mengerikan. Seketika Anggi memegang pipinya yang mulai terasa panas. Disusul dengan air mata yang semakin deras mengalir membasahi wajah.
Dengan wajah mengeras Radit menatap sosok wanita yang juga berstatus sebagai istrinya penuh amarah.
Meskipun mereka telah tinggal satu atap. Radit sama sekali tidak pernah mau tidur bersama dengan wanita itu. Ketika malam semakin larut, biasanya ia membawa tubuhnya untuk pergi ke kamar sebelah dan mengistirahatkan tubuh lelahnya di sana.
Kehidupan yang terlihat baik-baik saja sebenarnya tidak bisa dijadikan patokan kebahagiaan. Sebab rasa cinta dan saling mengasihi ialah kunci utama. Dan hal itu tidak pernah didapatkan oleh Anggi dan Alina selama ini, meski mereka tinggal bersama.
"Aku tidak ingin berdebat denganmu, sebab itu aku diam saja."
Radit memasukkan benda canggih miliknya ke dalam saku celana.
"Cintaku hanya untuk Maya jika kau lupa."
Tidak banyak bicara lagi, Radit memilih pergi daripada ia ikut tersulut emosi jika terus berada bersama dengan wanita itu.
Baru saja dua langkah dibawanya pergi, terhenti seketika tepat berada di samping Anggi yang masih terdiam dalam linangan air mata.
Pelan lelaki itu kembali berucap. Sebab dirinya juga sudah muak.
"Aku menerima perjodohan ini hanya karena keinginan mama untuk segera memiliki cucu."
Terhenti sejenak sembari Radit membuang napas besar sebelum ia melanjutkan kata-kata terakhir yang begitu menusuk hati wanita cantik dan seksi itu.
"Tanpa hadirnya hubungan ini, istriku Maya telah memberi cucu yang selalu dinantinya."
Hampir saja kaki dibawanya melangkah. Lelaki itu masih ingin mengutarakan sesuatu yang terlintas begitu saja.
"Dan ya ...."
Radit mengembuskan napas besar sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Aku tidak pernah memintamu untuk bertahan."
Dan begitu saja terucap tanpa ada beban. Rasanya sangat lega bisa mengutarakan isi hatinya yang terpendam. Kejam memang, menyakitkan tentu saja, tapi begitulah keadaan diri yang selama ini Radit jalani. Hidupnya bertahun-tahun tinggal bersama dengan wanita itu seperti berjalan di atas duri.
Jika saja keluarga Anggi tidak memiliki hubungan baik dengan keluarganya, sudah pasti wanita itu akan ditinggalkan olehnya.
Radit membawa langkahnya keluar dari kamar tersebut tanpa ragu. Meninggalkan sosok wanita cantik yang kini telah merosot, menangis tersedu-sedu di atas lantai.
Sedangkan kejadian di luar kamar, tanpa Radit sangka jika putrinya Alina telah berdiri di depan pintu sambil menitihkan air mata.
Tidak peduli lagi dengan keadaannya kini. Radit memilih untuk pergi dari rumah itu. Meninggalkan putrinya yang sedang menangis tanpa memberikan satu kata pun.
Begitu saja dirinya pergi dengan perasaan campur aduk. Ada rasa bersalah, tapi juga merasa sedikit lega.
Seperti biasa, lelaki itu lebih memilih untuk datang ke sebuah Bar yang biasa ia datangi ketika sedang suntuk apalagi dengan keadaan seperti sekarang ini.
Mobil dikemudikannya cukup kencang menuju tempat yang saat ini telah memenuhi isi kepala. Sebuah minuman memabukkan telah dirasa cukup menggoda.
Beberapa menit berlalu membelah jalanan ibukota yang sedikit longgar. Mobil mewah berwarna hitam itu terhenti di sebuah Bar Langganan.
Dengan berjalan cepat dan tampak tergesa-gesa, Lelaki nan gagah itu sudah tidak sabar untuk meneguk segelas minuman yang membuatnya melupakan sejenak masalah hidupnya.
Tidak banyak memilih tempat, ia langsung saja berjalan menuju meja bar. Tidak hirau pada pengunjung lain yang ada di sampingnya.
Begitu pula dengan pengunjung yang ada di samping kanan lelaki itu. Tidak ada rasa malu saat berciuman bahkan di depan bartender yang sedang melakukan aksinya.
"Silakan, Tuan!"
Baru saja segelas minuman berwarna coklat yang terbilang cukup mahal disajikan oleh pelayan.
Tidak pernah ia sangka jika dirinya harus terusik oleh kegiatan dua anak manusia yang ingin pelampiasan.
Tersenggol lengan Radit yang membuat minuman dalam gelas kaca itu tertumpah sedikit.
"Sorry!" Satu kata yang terukir dari mulut lelaki tampan yang mengenakan kemeja slim fit berwarna baby blue.
Seketika itu tatapan mata Radit dan kedua pasangan anak manusia itu saling memandang.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
itin
sepertinya jalan ceritanya akan sangat complicated sekali. banyak problema utk semua tokohnya.
2023-12-17
0
Asyatun 1
lan
2023-12-17
0
Riri
calon mantu wkwkwk....
bakalan susah dapet Restu, atau bakalan klop ma mantunya....
2023-12-17
0