"Aahhh!"
Baru saja Ken meneguk segelas anggur merah yang dituang oleh wanita cantik juga seksi di sampingnya. Lelaki itu meletakkan kembali gelas kaca yang telah kosong.
Sesekali wanita itu menempelkan tubuhnya sambil mencium pipi juga bagian lain yang diinginkan dari lelaki itu.
Lelaki itu tidak menolak sama sekali, bahkan ia begitu menikmati setiap sentuhan yang membuatnya melayang. Bahkan ia sangat pasrah ketika wanita seksi itu membuka kancing kemejanya sebatas dada.
Sebuah gambar yang memenuhi separuh bagian dada kini terlihat dan itu membuat sosok wanita dengan pakaian terbuka itu semakin bergairah.
"Sampai kapan kita akan seperti ini?"
Wanita itu berucap manja sembari mencium kilas bibir lelaki tampan itu.
Dilihatnya lelaki yang memamerkan sedikit keindahan tubuh bagian atasnya yang hanya mengerdikkan bahu.
"Ken, sudah dua jam kita hanya seperti ini. Aku sudah sangat bergairah."
Semakin mendekatkan diri, sengaja menempelkan bagian miliknya yang menonjol. Siapa yang tidak berminat jika seseorang diberikan pemandangan indah apalagi bisa menyentuh dan menikmatinya.
Tentu Ken dengan senang hati menyambutnya. Membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Tergoda diri untuk meremas bagian yang menempel pada tubuhnya.
"Eeehhmmm!" Terdengar suara seseorang yang sedang merasakan kenikmatan.
"Kau menikmatinya, Ell?"
Bisikan Ken pada telinga wanita itu hanya ditanggapi dengan anggukan kepala. Ken kemudian membawa bibirnya untuk menjelajah bagian-bagian lain dari wajah wanita itu yang berakhir pada bibir pink tanpa polesan lipstik.
Entah sudah berapa kali mereka berciuman seperti yang dilakukan oleh Ken saat ini. Sebenarnya Ken menginginkan kepuasan lebih dari itu. Tapi, yang terjadi setelah dua jam berlalu miliknya tidak juga berdiri. Bahkan Ella sejak tadi memainkannya. Tetap saja bagian tempur itu tidak merespon dengan baik.
"Sepertinya milikku sedang tidak ingin melakukannya."
Berakhir cumbuan memabukkan yang disusul dengan bisikan menyakitkan. Ella mengerutkan keningnya. Merasa aneh pada sikap Ken yang tidak seagresif dulu. Bahkan ia masih ingat bagaimana lelaki itu dengan gilanya melakukannya berkali-kali, yang membuatnya lemas tidak berdaya.
"Kamu yakin tidak ingin melakukannya, Ken?"
Mencoba meyakinkan keadaan agar hati tidak merasakan kecewa. Sebab miliknya telah basah, hasratnya sudah meletup-letup menginginkan kepuasan lebih dari ini.
Dengan tanpa merasa malu, wanita itu menurunkan tali kecil yang bertengger di bahunya. Sehingga bagian yang tertutup oleh setengah bahan berwarna hitam itu terpampang di depan mata. Melihat bagian yang menonjol itu dengan sempurna, Ken menelan ludahnya kasar.
"Apa kau tidak menginginkankanya, hemm?" Berucap wanita itu sambil memainkan bagian menonjol miliknya.
Tentu saja Ken menyambut kegilaan Ella dengan sukacita. Rakus lelaki itu memainkan mulutnya pada bagian yang menonjol. Ella hanya bisa menikmati tubuhnya yang merespon cukup baik. Berkali-kali terdengar desahan nikmat yang kini mengundang gairah seksual Ken.
Seketika Ken menghentikan aktivitasnya. Ia merasakan miliknya telah tegak mencari kepuasan. Lelaki itu mengumpat kesal dalam hati. Pertahanan diri untuk tidak tergoda oleh nafsu, agaknya ia tidak sanggup.
"Kau semakin pandai menggoda rupanya."
Jas miliknya yang tadi tergeletak di atas sofa, kini dibalutkannya pada wanita setengah telanjang itu. Tersenyum lebar wanita itu menanggapi tingkah Ken.
Dengan tanpa merasa malu, juga telah dipengaruhi oleh minuman yang sejak tadi menemaninya. Segera lelaki itu mengangkat tubuh Ella menuju ke dalam kamar yang biasa ia pesan di Bar tersebut.
Seperti itulah kehidupan Ken beberapa tahun lalu. Karenanya, ia tidak pernah tampak menggandeng seorang wanita. Karena yang ia pikirkan, semua wanita pasti sama murahannya seperti wanita yang mendesah nikmat di bawah permainannya.
****
Di tempat lain, terlihat seorang wanita dengan dandanan cantik jug memakai pakaian mahal terlihat turun dari mobil mewah. Sejenak menatap rumah yang terhalang oleh pagar menjulang tinggi berwarna putih.
"Masih sama seperti dulu."
Wanita itu menjinjing tas dari brand ternama berwarna putih. Setelah ia merasa puas melihat pagar yang menutupi rumah mewah itu, segera dirinya menekan bel yang ada di samping pintu pagar. Tidak ingin mengulur waktu, dirinya sudah tidak sabar lagi untuk mencari berita yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
kedua kalinya bel ditekan, terdengar suara seseorang berteriak dari dalam. Di lihatnya dari celah pagar yang masih terlihat halaman rumah, wanita dewasa dengan pakaian mahalnya bisa melihat seorang wanita sedikit gemuk sedang berlari.
"sebentar, Bu!"
Segera pintu pagar dibuka untuk pejalan kaki, wanita sedikit gemuk itu mengerutkan keningnya melihat sosok wanita dengan dandanan cantik berdiri di depannya. Yang ada dipikirannya ialah pemilik rumah sedang kedatangan tamu seorang istri pejabat.
"Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?"
Sopan wanita itu menanyakan keperluan dari tamu yang ada di depannya.
"Maya ada di rumah?"
Menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Bu Maya sedang berada di Kafe, Bu. Biasanya Ibu akan balik jam satu atau dua siang."
Mengangguk kecil menanggapi.
"Ehm ... Baiklah, saya akan kesana saja."
Dan begitu saja langkah dibawanya pergi meninggalkan rumah mewah itu dengan hati yang dirasa masih gelisah.
Cepat wanita cantik dengan setelan ala ibu pejabat. Membiarkan rambut panjangnya tergerai nan indah. Menambah nilai kecantikan yang ia miliki.
Segera membawa mobil mewahnya menuju tempat di mana kini seseorang sedang ingin ia temui. Hatinya sudah mendodok merasakan sesuatu hal yang menyakitkan.
"Aku yakin dia sedang bersamanya."
Mobil melesat cepat, beruntung jalanan arah menuju toko kue Cake and Cafe milik Maya tidak terlalu padat. Hanya tiga puluh menit perjalanan kini tampak sebuah mobil mewah sudah membelokkan setir memasuki halaman parkir Kafe.
Ada embusan napas yang terbuang kasar. Wanita dewasa berambut panjang itu membuka kacamata hitamnya.
Ada beberapa deretan mobil yang juga terparkir di sana. Ia tidak menemukan mobil yang dicari. Tetap saja, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk turun menemui Maya.
Dengan berjalan ala model papan atas wanita itu melangkah masuk ke dalam Kafe. Baru saja ia membuka pintu kaca besar, seorang pelayan sudah menyambutnya ramah
"Selamat datang!"
Senyuman saling dilemparkan. Dan langkah kaki benar-benar terhenti tepat ketika satu langkah kaki telah berada di dalam kafe tersebut.
Raut wajah seketika mengeras. Hati meradang dipenuhi amarah yang kian memuncak.
Wanita itu telah mendapatkan jawaban yang sejak kemarin terus mengusik hati dan pikirannya. Sosok lelaki yang telah hidup bersama dan telah menjadi belahan jiwanya kini telah ia temukan dengan keadaan yang luar biasa mengoyak hati.
Perlahan langkah kaki dibawanya melangkah maju dengan hati yang telah hancur berkeping-keping.
Suara demi suara mulai terdengar. Wanita itu mulai muak dengan keadaan yang disaksikan. Ia bahkan meremas erat tas yang dibawanya untuk menyalurkan amarah yang terpendam.
"Sudahlah, cepat pergi kerja!"
"Apa tidak boleh aku menemanimu di sini, hem?"
"Radit, pekerjaanmu lebih penting daripada di sini, kau hanya mengganggu."
Bukannya marah lelaki itu, tapi justru ia terkekeh renyah mendengar kekesalan sang kekasih hati. Sungguh mereka berdua terlihat seperti anak muda yang sedang kasmaran. Dengan keadaan Maya yang sedang sibuk menyiapkan kopi untuk pelanggan dan di sampingnya seorang lelaki terus saja merengek menginginkan perhatian.
"Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh karyawanmu, bukan! Kita bisa duduk-duduk di sana sambil ngobrol, May."
Tanpa disadari, jika saat ini ada seseorang sedang memperhatikan tingkah mereka berdua. Bahkan sesekali Radit tampak memegang tangan Maya tanpa ada keraguan.
Tepat ketika segelas kopi espresso telah siap disajikan. Maya membalikkan badannya sambil membawa secangkir kopi yang berada di atas nampan. Radit pun turut membalikkan badan. Keduanya membeku seketika.
Tidak, Maya tidak merasa takut sama sekali. Bahkan wanita dewasa dengan riasan tipis yang juga mengenakan kerudung hitam itu tersenyum lebar menyambut kedatangan tamu istimewa baginya.
"Selamat datang di Cake and Cafe!"
Sambutan dari Maya sangat menusuk hati seorang Anggi.
"Tidak aku sangka jika kamu masih mau menerima Radit kembali!"
Maya tersenyum meski hatinya dirasa sangat sakit. Siapa yang sebenarnya ingin melepaskan lelaki itu, hanya saja ia tidak sanggup melihat lelaki kesayangan berada dengan wanita lain dengan hati lapang. Jika saja saat itu mereka berdua bercerai, ia pun juga tidak mungkin menerima kehadiran lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya.
"Seorang istri apa boleh menolak kedatangan suaminya?"
Terkahir kali Maya berkata sambil tersenyum pahit atas harga diri yang ia pertaruhkan di depan lelaki yang menduakannya, sungguh sangat menyakitkan.
Tapi, bukan hanya wanita itu saja yang merasakan sakit. Anggi pun kini juga merasakan sakit yang sama mungkin. Bahkan wanita itu tampak ingin menangis.
Kini Maya melangkah mengantarkan pesanan, meninggalkan kedua pasangan suami-istri yang sedang terpaku dalam keadaan yang tidak bisa ditebak.
Tanpa mereka berdua ketahui, kini Maya mengusap ujung matanya yang basah tanpa disangka-sangka. Hatinya sangat hancur sebenarnya, tapi ia sangat pandai bersandiwara.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
itin
masih belum dapet maksud dari cerita ini.
masih memantau 👀
2023-12-12
0
Asyatun 1
lanjut
2023-12-12
0