Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar beberapa menit setelah penghuni kamar baru saja memejamkan mata.
Tidak menyangka jika tubuh lelahnya harus dipaksa kembali untuk bangun. Dengan kedua mata yang sudah sangat mengantuk, wanita dengan gaun tidur berwarna putih itu mulai bangun dari tidurnya, dan segera melangkah menuju pintu tanpa banyak berpikir.
"Bu!"
Tok tok tok
"Ibu!"
Terdengar suara Shanum yang memanggilnya dari luar. Dengan mengerutkan kening ia pun mulai merasa sedikit resah.
"Iya sebentar!"
mengembuskan napas besar saat hendak membuka pintu kamarnya.
Ceklek
Pintu kamar dibuka dan menampakkan seorang wanita cantik di usianya yang hampir menginjak kepala empat dengan menggunakan gaun tidur berwarna putih. Ia telah mengikat kimono tidurnya dan membiarkan rambut panjangnya tergerai.
Shanum tertegun sesaat. Merasa pangling saat melihat sosok ibunya yang terlihat begitu cantik. Entahlah, ia rasa malam itu ibunya terlihat berbeda atau mungkin dirinya memang tidak pernah melihat ibunya tampil dengan rambut tergerai.
"Masya Allah ... Kok, Shanum jadi pangling lihatnya."
Gadis berusia 25 tahun itu tersenyum tipis. Dan seketika raut wajahnya berubah saat mengingat sesuatu.
"Astaghfirullah halazim."
Menepuk jidatnya seketika. Shanum menatap wajah ibunya dengan tatapan gelisah.
"Ada apa, sih?" tanya Maya pada putrinya.
"Itu, Bu. Tadi pas Shanum ambil minum di dapur, dari dalam kamar tamu terdengar suara orang muntah-muntah. Coba ibu lihat keadaan papa!"
Cepat Shanum menjelaskan, juga sambil ia menunjukkan raut wajah khawatir.
Benar memang. Di kamar tamu bawah yang ada di samping tangga sedang ditempati oleh seseorang yakni Radit Armanio. Seseorang yang statusnya masih dipertanyakan. Tapi, bagi Radit, dirinya dan Maya masihlah berstatus sebagai pasangan suami istri meski ia sudah tidak bisa lagi menyentuh wanita itu.
Tidak terhitung banyaknya surat panggilan dari pengadilan sejak Maya memutuskan untuk berpisah kala itu, tetap Radit selalu bisa menggagalkan usaha kekasih hatinya yang ingin bercerai. Kekuasaan mungkin saja turut andil dalam kegagalan itu.
Hingga, Maya pun mulai putus asa setelah keadaan itu berjalan lima tahun. Yang akhirnya pasrah pada takdir dan membiarkan begitu saja sosok lelaki tampan nan gagah itu terus mengusik kehidupannya.
Dulu, saat Rania ibu Maya masih hidup, Radit tidak pernah berani terlalu lama bertamu di rumah mewah itu. Nyatanya setelah kepergian wanita itu dari dunia ini, Radit lebih berani dan terang-terangan dalam mengekspresikan keinginannya.
Yang akhirnya, dalam dua tahun terakhir ini, lelaki yang bernama Radit Armanio itu sangat berani menawarkan diri untuk menemani kedua wanita kesayangannya meski ia tahu mereka enggan menerima sebenarnya.
Seperti yang terjadi malam ini, Radit dengan senang hati meminta ijin untuk menginap saat melihat ban mobil belakangnya yang kempes. Apa mau dikata, kedua wanita penghuni rumah besar itu tidak bisa menolak.
Reflek kini langkah diajaknya untuk berlari. Maya tidak ingat apapun mengenai keadaannya. Entahlah apa yang sedang dirasakan olehnya. Wanita itu terlihat sangat khawatir seketika.
Sempat Shanum merasakan keanehan pada ibunya, tapi ia kemudian memaklumi kondisi yang sedang terjadi. Terkadang semesta memang suka keterlaluan saat bercanda. Seperti halnya yang terjadi dengan kisah cinta ibu dan ayahnya.
Gadis itu mengikuti langkah yang tertinggal dengan perasaan campur aduk. Di antara senang juga sedikit cemas. Sebab saat ini tidak memungkinkan untuknya merestui hubungan sang ibu yang terus berlanjut dengan keadaan ayahnya yang telah hidup bersama wanita lain.
Tapi, di sisi lain, Shanum juga merasa senang saat melihat ibu dan ayahnya bersama. Bohong jika dirinya tidak bahagia ketika melihat kedua orang tuanya bersama.
Maya telah menuruni tangga sambil berlari kecil. Semakin melambat langkah kaki Shanum saat melihatnya. Entahlah, tiba-tiba hatinya bergejolak. Begitu melow saat melihat sosok ibunya yang terlihat begitu mencemaskan kondisi sang ayah. Ia tidak pernah menjumpai kehidupan yang luar biasa mengobrak-abrik isi hatinya layaknya malam ini.
Hampir saja menangis gadis itu. Bahkan air mata sudah berkumpul di pelupuk mata. Siap untuk mengalir saat semua tidak bisa dibendung lagi. Sayang, semua yang ia rasakan saat itu harus dilenyapkan seketika.
Ia menatap sosok ibunya yang terdiam di depan pintu. Wanita itu mengusap wajahnya. Hal yang aneh mulai kembali hinggap di hati Shanum.
"Kenapa ibu nggak masuk?" berbisik lirih.
Cepat langkah kaki dibawanya mendekati sang ibu. Ia penasaran dibuatnya. Tak lupa genangan air yang membasahi mata ia sapu menggunakan lengannya. Ia harus terlihat baik-baik saja di depan wanita itu.
"Bu, kenapa masih di sini?" tanya Shanum pelan yang mana hal itu membuat Maya sedikit terkejut.
Dilihatnya lamat-lamat wajah cantik nan sendu yang begitu ia sayangi. Begitu menawan dengan kecantikan alami yang dimilikinya. Maya memasang wajah sedih juga gelisah. Shanum tidak bisa menebak apa yang telah dirasakan ibunya saat ini.
"Ada apa, Bu?"
Kedua mata Maya berkaca-kaca.
"Apakah benar jika ibu masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan ayahmu?"
Shanum menelan ludahnya. Ia tidak menyangka jika ibunya masih memikirkan tindakan yang akan ia lakukan untuk ayahnya.
"Shanum tidak tahu," jawab gadis itu singkat.
"Ibu takut, jika nanti ayahmu akan besar kepala ketika melihat ibu perhatian padanya," Maya mengutarakan keraguan.
Hening sejenak.
Tak disangka jika suara seseorang yang sedang muntah terdengar lagi. Di lihatnya sosok wanita yang telah melahirkan dirinya. Shanum sungguh merasa sedih saat ini. Maya memejamkan matanya rapat-rapat sebab ia merasa frustasi.
Ia baru tahu, betapa beratnya kisah cinta yang dialami oleh ibunya. Bahkan untuk sekedar melihat keadaan ayahnya yang sedang sakit saja wanita itu tampak begitu tersakiti.
"Biarlah! Biarlah kali ini ibu melakukan kesalahan!"
Setelah mengembuskan napas besar. Akhirnya Maya pun berbalik dan segera membuka pintu. Diajak cepat masuk ke dalam langkah kaki yang sebenarnya sangat enggan.
Kedua pasang mata kini saling menatap. Maya menelan ludahnya sendiri sedikit paksa saat mendapati keadaan Radit yang telah telanjang dada. Dalam hati wanita itu merutuki diri.
"Ap-apa yang sedang terjadi?"
"Mengapa kamu melepaskan kemejamu?"
Sedikit gugup kini. Maya memelankan langkah kakinya.
"Ah, Iya. Maaf jika aku membuat tidurmu terganggu!"
Dilihatnya wajah lelaki yang masih begitu tampan yang sedikit memucat. Maya merasakan hatinya begitu khawatir. Sempat ia mencoba untuk tidak peduli. Nyatanya langkah kaki dibawanya semakin mendekat.
"Sepertinya aku masuk angin," imbuhnya.
"Kemejaku basah juga kotor karena terkena muntahan."
Maya mengangguk menanggapi.
"Kapan terakhir kamu makan?"
Maya menghentikan langkah tepat di depan Radit yang kini telah memposisikan dirinya duduk bersila di atas kasur.
Radit begitu intens menatap sosok wanita pujaan hatinya. Masih sama seperti dulu, jantungnya berdegup kencang.
"Dia selalu terlihat cantik." batin Radit berbisik.
Ia seperti merasakan sesuatu yang hidup di dalam dirinya saat ini. keinginannya untuk merengkuh tubuh wanita itu sangat besar. Sayang, ia tidak seberani itu untuk melakukannya.
Maya sesekali mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia kini baru menyadari jika putrinya tidak ikut masuk. Hal itu membuatnya kembali membuang napas besar.
"Aku ... Aku lupa."
Sesingkat itu jawaban yang diterima oleh Maya. Suasana tiba-tiba saja menjadi canggung.
"Kalau begitu, biar kusiapkan makanan dan teh madu untukmu."
Mendengar itu membuat seorang lelaki yang sedang duduk sambil menahan perutnya yang sakit menipiskan bibir.
Rasanya begitu senang juga bahagia bisa merasakan perhatian dari seseorang yang selama ini sangat ia rindukan kasih sayangnya. Rindu akan kisah cinta yang dulu pernah terjalin.
Kali ini ia merasa seperti mengulang kejadian di masa lalu. Dimana sosok Maya yang selalu siaga melayani dirinya dalam keadaan apapun.
Hampir saja langkah dibawanya pergi, nyatanya ia masih tetap bertahan sejenak sebab ada sesuatu yang harus ia lakukan.
"Ehm ... Radit, apa tidak sebaiknya aku menghubungi Anggi?"
Dan seketika raut wajah Radit yang tadinya lesu dan sedikit bersemangat mendadak kaku juga menahan kesal. Maya bisa melihat dengan jelas perubahan yang terjadi pada lelaki itu. Sedikit menyesal, tapi menurutnya, ia memang harus menanyakan hal itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Rita Riau
cinta lama belum kadaluarsa 😁🥰
2024-02-09
1
Riri
Cinta Lama Belum Kelar....
2023-12-12
0