"Assalamualaikum."
Terdengar salam setelah suara pintu diketuk oleh seseorang. Dan reflek mereka yang ada di dalam kelas menjawab salam. Begitu juga dosen yang sedang mengajar.
Seorang wanita cantik berkacamata menoleh ke arah pintu. Yang mana di sana ada seorang gadis berkerudung sedang berdiri.
"Maaf, Miss. Saya terlambat, karena baru dari toilet."
Lima menit sudah pelajaran dimulai, dan gadis itu baru datang. Miss Eliana menatap tajam, sebenarnya ia sangat tidak suka dengan mahasiswa yang tidak tepat waktu. Apalagi dia sudah terkenal sebagai dosen killer di kampus itu. Akan tetapi, kali ini sepertinya keberuntungan memihak pada gadis berkerudung itu.
"Yasudah, cepat masuk!"
Bersyukur dalam hati sebab ia diperbolehkan untuk bergabung belajar bersama dengan temannya yang lain. Tadinya, gadis itu berpikir jika dirinya akan kembali pulang sia-sia karena keterlambatannya mengikuti kelas belajar Miss Eliana akibat perutnya yang bermasalah.
"Alhamdulillah," ucap gadis berkerudung dalam hati.
Tidak ada pilihan lain. Tempat duduk yang kosong hanya di barisan belakang. Sempat gadis itu melirik ke arah lelaki yang duduk paling pojok. Menggunakan Hoodie hitam yang menyandarkan kepalanya di atas meja dengan bertumpu pada kedua tangan yang dilipat. Gadis itu bisa menebak jika lelaki itu sedang tidur.
"Astaga, dia mencari masalah," kembali berbisik dalam hati saat melihat salah satu temannya yang tampak sedang tidur di atas meja.
Tidak ingin mengambil pusing urusan orang lain. Gadis itu duduk dan lekas mengeluarkan buku. Sedikit lama menyibukkan diri dengan isi tas yang dibawanya.
"Aduh, dimana bulpenku?"
Senyuman mengembang saat kedua mata menatap benda panjang berwarna pink yang berada di antara buku-buku yang dibawanya.
"Syukurlah ada, salah sendiri lupa nggak bawa kotak pensil," celotehnya pada diri sendiri.
Mengambil bulpen tersebut dan diletakkan di atas meja. Gadis itu kembali menutup resleting tas. Tanpa ia duga, jika gerakan kecil ketika dirinya ingin meletakkan tasnya di bawa. Bulpen tersebut tergelincir dan jatuh.
"Allahu Akbar!"
Keluhannya yang disusul dengan gerakan ingin meraih benda tersebut. Sayang, benda itu lebih dulu menggelinding di bawah kaki teman yang duduk di sampingnya.
Gadis itu menatap bulpen pink dengan tatapan melas. Bagaimana tidak, ia pasti akan kesulitan untuk mengambilnya.
"Aduh, bagaimana ini?" lirihnya sambil menatap dimana posisi bulpen tersebut berada.
Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah temannya yang sedang pulas dalam tidurnya.
"Biar saja, pokoknya jangan sampai menyenggol." Kembali gadis itu berbisik dalam hati.
Perlahan ia membuka meja lipat kampus dan segera berjalan dan berjongkok berniat untuk mengambil bulpen miliknya.
Siapa yang menyangka jika sejak tadi gestur tubuh gadis itu telah diperhatikan oleh Miss Eliana dari depan kelas.
Gadis berkerudung itu sedikit susah meraihnya sebab posisi bulpen pink tepat berada di bawah kaki sebelah kiri. Yang mana letaknya sangat sulit dijangkau sebab lelaki itu duduk sangat dekat dengan tembok.
Yang akhirnya gadis itu membawa tubuhnya berjongkok ke arah depan. Ia meraih benda berwarna pink tersebut dengan sedikit memajukan tubuhnya. Keadaan tidak seperti yang diinginkan. Tubuhnya hampir terjungkal yang mengakibatkan kaki dari lelaki yang tidur pulas tersenggol.
Meja lipat ala kampus dibuka tiba-tiba oleh lelaki itu. Kedua pasang mata saling menatap satu sama lain.
"Apa yang kau lakukan?" Suara serak khas seperti orang bangun tidur didengar samar.
Dan pertanyaan yang sama terulang dengan suara yang begitu lantang bahkan memekakkan telinga.
"Shanum! Apa yang kamu lakukan?"
Gadis bernama Shanum menelan ludahnya kasar. Dengan masih kaku ia mencoba menoleh ke belakang. Posisinya sungguh tidak enak dilihat. Yang mana ia saat ini sedang berjongkok di depan lelaki yang sedang duduk. Parahnya lagi, ia tidak mengenal lelaki itu bahkan di dalam kelasnya sendiri.
"Wah ... Rupanya penunggu kampus sedang ingin mengikuti kelas saya."
Sambung Miss Eliana saat menatap wajah lelaki yang duduk di depan Shanum.
"Saya tidak tahu apa yang sedang kalian lakukan di sini. Yang pasti, di jam saya mengajar, saya tidak ingin ada yang membuat ulah. Sebaiknya kalian berdua keluar!" putusnya kemudian.
Shanum perlahan beranjak berdiri. Bahkan ia dan lelaki itu sempat saling memandang sebelum Shanum lebih dulu membalikkan badannya.
"Saya tadi cuma mau ambil ...."
"Saya tidak ingin mendengar alasan. Keluar!"
Dengan posisi tangan masih terangkat dan menunjukkan bulpen miliknya, Miss Eliana sudah memutuskan sebelum menunggu alasan darinya.
"Tapi, Miss. Saya tadi cuma mau ambil ini."
"Saya bilang, kalian berdua keluar!"
Teriakkan terdengar semakin keras dan seram. Keputusan sudah tidak bisa lagi diganggu gugat. Shanum hanya menundukkan kepalanya. Ia sungguh menyesali kejadian itu. Di mana saat itu Miss Eliana sedang mengadakan ujian.
Lemas sudah langkah yang ia bawa. Gadis cantik dengan wajah imut itu kembali melangkah keluar setelah menyangklong tas miliknya. Yang kemudian disusul oleh langkah kaki dari lelaki yang cukup tampan di belakangnya.
Semua pandangan mata teman-temannya menatap tidak percaya atas kejadian baru saja. Apalagi mereka tidak mengenal lelaki yang sedang bermasalah dengan Shanum tersebut.
Braakkk
Pintu kelas pun tertutup. Shanum yang masih berada di depan, menolehkan kepalanya untuk menatap pintu berwarna coklat yang baru saja ditutup.
Perlahan air mata mulai berkumpul di pelupuk mata. Ia menangis atas penyesalan yang sangat disayangkan.
"Kau menangis hanya karena diminta untuk keluar?"
Cepat Shanum menoleh ke arah lelaki yang dengan sengaja memperhatikan gadis pengusik tidurnya. Sedikit ada kesal, tapi ia juga merasa lucu atas kejadian yang dialaminya.
"Sungguh memalukan."
Tersenyum mengejek lelaki tampan itu. Shanum mengusap kasar wajahnya yang basah. Menatap wajah sosok lelaki berparas tampan nan angkuh itu dengan tajam.
"Yang memalukan itu, kamu! Sudah tahu ini bukan kelasmu, malah seenaknya tidur!" balas Shanum sarkar.
"Bagimu, mungkin tidak ikut pelajaran ya, biasa saja. Enjoy aja!"
"Tapi, bagi penerima beasiswa sepertiku. Tidak mengikuti pelajaran apalagi tidak ikut ujian adalah kesalahan besar."
"Masih bergantung sama harta orang tua saja belagu!"
Shanum telah meluapkan segala emosinya akibat ejekan dari lelaki itu. Dengan kesal ia pun melangkah pergi meninggalkan lelaki yang masih terdiam bersandar di dinding.
"Belum tahu saja bagaimana rasanya berjuang mengejar mimpi saat orang tua tidak sanggup memberikannya!"
Samar didengar oleh lelaki itu celoteh Shanum saat melangkah menjauh. Seperti ada yang jatuh tapi bukan daun, terasa dingin tapi bukan es, dirasa sejuk tapi tidak ada kipas. Lelaki itu terus menatap kepergian gadis berkerudung.
Perkataan Shanum membuat hati lelaki berhoodie hitam tergelitik. Ia merasakan ada sesuatu yang salah pada dirinya selama ini.
****
"Shanum."
Ada yang istimewa dengan nama itu. Seseorang tersenyum tipis saat lamunannya harus diakhiri paksa. Sebab suara ketukan pintu terdengar lagi dan menginginkan perhatian.
"Masuk!"
Sosok lelaki dengan setelan jas hitam masuk dengan membawa sebuah map berwarna merah.
"Saya sudah mendapatkan semua data yang Pak Ken minta."
Reno dengan sopan memberikan map merah ke atas meja. Hal itu membuat Kenan tersenyum tipis. Baru saja ia memikirkan gadis itu, dan tentangnya kini sudah di depan mata.
"Ya, kau bisa kembali!" ucap Ken pada Reno.
Acara penyambutan pemimpin baru telah usai. Kini semua karyawan sudah kembali bekerja secara normal. Tanpa terkecuali dengan Ken. Seharusnya ia mulai menyibukkan diri dengan semua data yang ada di perusahaan itu. Nyatanya, ada urusan yang jauh lebih penting saat ini ketimbang memeriksa data perusahaan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sumayyah Humairah
cerita berbelit
2024-03-11
0