2. Shanum Marwah

Suara langkah kaki terdengar kentara saat seseorang sedang berlari tergopoh menuruni anak tangga. Hal itu mengundang perhatian penghuni rumah lainnya yang merasa terusik oleh suara tersebut.

"Shanum jangan lari-lari!"

Teriakkan itu terdengar oleh pemilik nama. Siapa lagi yang ada di rumah ini jika tidak putrinya. Mereka memang hanya tinggal berdua di rumah mewah itu setelah neneknya meninggal lima tahun lalu. Yang mana saat itu Shanum masih berusia 20 tahun.

Begitu sepi memang, karena pembantu rumah tangga akan datang nanti di jam 8 pagi dan kembali pulang setelah rumah bersih.

Gadis cantik mengenakan setelan kemeja merah yang pas di tubuhnya dan celana kain berwarna hitam yang juga memakai kerudung hitam tersenyum tipis. Pagi ini ia melupakan sesuatu, jika di tempat dirinya bekerja akan kedatangan pemimpin baru yang katanya ialah putra dari direktur utama.

Ia lupa jika dirinya juga turut serta dalam menyambut kedatangannya. Tentu saja akan ada beberapa persiapan yang harus dilakukan. Nyatanya ia hingga pukul setengah tujuh belum juga berangkat kerja. Padahal pemimpin baru itu akan datang pada pukul tujuh katanya. Gadis itu sungguh merutuki kecerobohannya.

"Maaf Bu, Shanum buru-buru!"

Gadis dengan riasan tipis di wajahnya itu menghampiri seseorang yang sedang sibuk dengan urusan di dapur.

Menoleh ke belakang wanita setengah baya itu dan segera disambut dengan ciuman di tangan kanannya.

"Tumben? Nggak sarapan dulu?"

Sedikit berkerut keningnya, wanita setengah baya nan cantik itu menuntut jawaban.

"Shanum lupa kalau harus ikut menyambut kedatangan bos baru hari ini, Bu." jelas gadis cantik itu singkat.

"Shanum berangkat dulu, Bu! Takut telat, assalamualaikum," sambungnya cepat.

Tanpa menunggu tanggapan dari sang ibu. Gadis itu kemudian kembali berlari untuk berangkat ke kantor. Tidak lupa ia mengambil heels formal yang biasa ia pakai saat kerja di rak belakang pintu dapur.

Wanita setengah baya itu hanya menggelengkan kepala menanggapi kelakuan putri semata wayangnya.

Kembali ia fokus pada kegiatannya mencuci peralatan yang baru saja digunakan untuk memasak.

Ada napas yang terbuang kasar. Kadang kala ia merasa bersalah atas kehidupan putrinya yang kini harus bekerja keras demi meraih masa depan, tapi di sisi lain ia juga harus tega membiarkan putrinya berjuang. Sebab ia tahu jika dunia kadang sangat jahat mempermainkan jalan kehidupan manusia.

Shanum bergegas mengendarai motor matic yang biasa ia gunakan untuk bekerja. Sebenarnya ada mobil pemberian dari sang ayah, gadis itu sangat jarang memakainya. Bahkan dulu sempat ingin menjualnya, tapi sang ibu melarang. Ia harus bisa menghargai pemberian, begitulah wejangannya.

Dibawanya motor matic berwarna hitam itu membelah jalanan ibukota yang sudah padat. Hati yang cemas ia coba redam sesekali dengan membuang napas besar. Berharap ada keajaiban supaya ia tidak terlambat.

"Semoga saja aku tidak terlambat."

Beruntungnya jarak rumah dari tempat dirinya bekerja tidak terlalu jauh sebenarnya. Akan tetapi, jika jalanan macet seperti sekarang, bisa jadi dua kali lipat waktu yang akan ditempuh.

Shanum memilih untuk memarkirkan motornya di gang samping bangunan kantor. Sudah sangat dekat sebenarnya, mungkin hanya dalam waktu lima menit ia bisa sampai dan benar saja waktu yang dipunya sekarang memang tinggal lima menit. Namun, jalanan sangat padat dan berjalan merayap.

Membelokkan setir ke kanan gadis itu. Cepat ia melepaskan helm berwarna merah dan meletakkannya pada spion motor.

"Pak Bejo, minta nomor karcisnya?"

Melangkah terburu menghampiri sosok lelaki setengah baya yang sedang sibuk menata sepeda motor.

"Owalah Mbak Shanum ngagetin aja."

Merogoh saku celana, pak Bejo memberinya karcis berwarna hijau.

"Yang satu, taruh di sepeda ya, Mbak!'

Seperti biasanya, Shanum mengangguk paham.

"Siap Pak."

Cepat ia membawa langkahnya untuk berlari setelah menggantungkan salah satu karcis pada spion motornya.

Napas terengah saat dirinya baru sampai di halaman perusahaan. Gadis cantik itu tampak sedikit berantakan akibat mengejar waktu.

"Pagi Mbak Shanum!"

Melemparkan senyum tipis pada sosok petugas keamanan yang cukup akrab dengannya.

"Pagi juga Pak Andi!"

Berjalan cepat memasuki pintu utama. Shanum mengedarkan pandangannya. Terlihat beberapa petinggi perusahaan sudah siap menunggu kedatangan pemimpin baru mereka.

Shanum yang berada dibawah naungan anggota HRD tampak membungkuk hormat saat melewati orang-orang itu.

"Astaghfirullah halazim ...."

"Aku lupa nggak pakai jas."

Shanum melangkah menuju lift dengan merutuki kebodohannya. Ia melupakan sesuatu yang harusnya dipakai saat ini. Benar-benar tidak mengerti lagi apa yang akan ia lakukan.

Saat pintu lift terbuka, di lihat kepala bagian HRD yang juga atasannya. Seorang lelaki dewasa berdiri di depannya dengan beberapa orang dari departemen lain juga berdiri menunggu lift terbuka. Mereka sudah siap turun untuk menyambut kedatangan pemimpin baru yang rumornya masih sangat muda.

"Astaga ... Shanum! Kau tidak lupa kan, jika hari ini hari penting untuk kita!" ucap seseorang yang berdiri di depan gadis itu.

Beberapa orang dari mereka ada yang menggelengkan kepala menanggapi keadaan Shanum.

"Iy-iya Pak, saya tidak lupa kok."

Dengan cepat Shanum keluar dari dalam lift, digantikan dengan beberapa orang yang telah berdiri di depannya setelah beberapa menit menunggu lift yang terbuka.

"Yasudah, cepat ke bawah!" ucap atasan Shanum sebelum pintu lift tertutup dan membawa beberapa orang tadi untuk ke lantai dasar.

"Aduh ... Gimana ini?"

Shanum mencemaskan diri karena ia lupa memakai jas. Jika dirinya meminta sang ibu untuk mengantarkan jas kerjanya ke sana, itu sangat mustahil dan pasti butuh waktu lama.

Saat gadis itu akan memasuki ruangan tempat dirinya bekerja, seseorang menyapa dengan tergopoh.

"Shanum, kamu kok belum siap-siap sih!"

Menoleh gadis itu saat mendengar suara yang tidak asing di telinga. Alea adalah sahabat Shanum sejak mereka berdua menjadi anak baru. Meski berada di departemen berbeda, itu sama sekali tidak memutuskan hubungan yang telah terjalin.

"Alea ... Bantu aku dong! Aku nggak bawa jas."

Menghembuskan napas besar.

"Ya ampun, kamu ini ada-ada saja!"

Shanum memejamkan mata frustasi.

"Masa aku nggak ikut aja?"

Menggelengkan kepalanya Alea.

"Tidak perlu! Sepertinya jasku yang Minggu lalu basah masih ada di tempat ku."

Sambil membuka kedua telapak tangan, Alea pun kembali menuju tempat kerjanya.

"Tunggu bentar! Semoga aja belum kubawa pulang."

Berlari cepat gadis itu, tidak ingin menunggu kedatangan Alea dengan cemas. Akhirnya Shanum pun ikut menyusul Alea.

Cepat-cepat Shanum membenarkan keadaan diri yang sedikit berantakan.

"Benerin sekalian kerudungmu itu!" pinta Alea.

Shanum pun mengangguk patuh.

"Yasudah kamu duluan turun, gih! Takut terlambat nanti kalau nungguin aku."

Kali ini Alea yang mengangguk.

"Baiklah, cepat nyusul! Jangan lama-lama!"

Jempol kanan Shanum terangkat. Ia melemparkan senyuman saat membenahi kerudungnya yang sedang ia rapikan seperti seorang ibu DPR.

Beberapa menit berlalu.

Keadaan di lobby perusahaan yang bergerak di bidang percetakan itu tampak ramai. Bahkan parkiran mobil pun penuh.

Setiap-setiap orang memposisikan diri dengan baik untuk menyambut kedatangan pemimpin baru mereka.

Di antara mereka semua yang masih terlihat cemas hanya Alea. Gadis itu merasa khawatir pada sahabatnya yang tidak kunjung datang.

"Kenapa dia belum turun juga sih!"

Dan semakin dibuat panik ketika terdengar seseorang berseloroh, "Ayo siap-siap, orangnya sudah datang!"

"Aduhhh ... Gimana ini?" ucap Alea dalam hati.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Riri

Riri

ini ayahnya si Radit kah??

2023-12-12

0

MACA

MACA

pasti terlambat si shanum

2023-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 1. Maya dan Radit
2 2. Shanum Marwah
3 3. Kenan Adi Pratama
4 4. Gara-gara bulpen
5 5. Keluarga Pratama
6 6. Kedatangan tamu istimewa
7 7. Masuk angin
8 8. Air mata
9 9. hati yang hancur
10 10. Terbawa perasaan
11 11. Ken dan Radit
12 12. Pilunya tangisan Maya
13 13. Pertemuan tidak sengaja
14 14. Keberuntungan Ken
15 15. Sebuah alasan
16 16. Perjanjian
17 17. Ada apa?
18 18. Gadis tawanan
19 19. Lelucon takdir
20 20. Kantor polisi VS Rumah sakit
21 21. Percakapan keluarga
22 22. Semakin Rumit
23 23. Mencari harapan
24 24. Masalah apa lagi
25 25. Sebuah penjelasan
26 26. Ungkapan hati
27 27. Jalan terbaik
28 28. keterkejutan
29 29. Kegilaan Ken
30 30. Percakapan dalam mobil
31 31. Upik Abu
32 32. Putri salju
33 33. Hotel Kempinski
34 34. Pesta
35 35. Pesta sungguhan
36 36. Bukan seperti ini
37 37. Kesialan Shanum
38 38. Penyesalan
39 39. Penjelasan Radit
40 40. Kejutan apa lagi?
41 41. Masalah kehidupan
42 42. Menyakitkan
43 43. Percakapan dari hati
44 44. Supermodel
45 45. Kegirangan Ken
46 46. Suara hati
47 47. Kejujuran
48 48. Kejutan
49 49. Perdebatan dua saudara
50 50. Luka di hati
51 51. Saling merasakan
52 52. Kejutan apa lagi
53 53. Akhirnya
54 54. Tamu tak diundang
55 55. Foto 3R
56 56. Tamu istimewa
57 57. Masa lalu yang sebenarnya
58 58. Darah
59 59. Apakah benar?
60 60. Romantis
61 61. Malam penuh cerita
62 62. Lemas
63 63. Berusaha lebih baik
64 64. Bagai busur panah
65 65. Tragedi malam itu
66 66. Malam Indah
67 67. Seseorang yang pernah singgah
68 68. Gejolak hati
69 69. Siapa itu?
70 70. Kecewa
71 71. Penyesalan
72 72. Saling mengkhawatirkan
73 73. Lelaki berharga
74 74. Menyesal
75 75. Bicara Berdua
76 76. Cemas
77 77. Perawatan selanjutnya
78 78. Luapan isi hati
Episodes

Updated 78 Episodes

1
1. Maya dan Radit
2
2. Shanum Marwah
3
3. Kenan Adi Pratama
4
4. Gara-gara bulpen
5
5. Keluarga Pratama
6
6. Kedatangan tamu istimewa
7
7. Masuk angin
8
8. Air mata
9
9. hati yang hancur
10
10. Terbawa perasaan
11
11. Ken dan Radit
12
12. Pilunya tangisan Maya
13
13. Pertemuan tidak sengaja
14
14. Keberuntungan Ken
15
15. Sebuah alasan
16
16. Perjanjian
17
17. Ada apa?
18
18. Gadis tawanan
19
19. Lelucon takdir
20
20. Kantor polisi VS Rumah sakit
21
21. Percakapan keluarga
22
22. Semakin Rumit
23
23. Mencari harapan
24
24. Masalah apa lagi
25
25. Sebuah penjelasan
26
26. Ungkapan hati
27
27. Jalan terbaik
28
28. keterkejutan
29
29. Kegilaan Ken
30
30. Percakapan dalam mobil
31
31. Upik Abu
32
32. Putri salju
33
33. Hotel Kempinski
34
34. Pesta
35
35. Pesta sungguhan
36
36. Bukan seperti ini
37
37. Kesialan Shanum
38
38. Penyesalan
39
39. Penjelasan Radit
40
40. Kejutan apa lagi?
41
41. Masalah kehidupan
42
42. Menyakitkan
43
43. Percakapan dari hati
44
44. Supermodel
45
45. Kegirangan Ken
46
46. Suara hati
47
47. Kejujuran
48
48. Kejutan
49
49. Perdebatan dua saudara
50
50. Luka di hati
51
51. Saling merasakan
52
52. Kejutan apa lagi
53
53. Akhirnya
54
54. Tamu tak diundang
55
55. Foto 3R
56
56. Tamu istimewa
57
57. Masa lalu yang sebenarnya
58
58. Darah
59
59. Apakah benar?
60
60. Romantis
61
61. Malam penuh cerita
62
62. Lemas
63
63. Berusaha lebih baik
64
64. Bagai busur panah
65
65. Tragedi malam itu
66
66. Malam Indah
67
67. Seseorang yang pernah singgah
68
68. Gejolak hati
69
69. Siapa itu?
70
70. Kecewa
71
71. Penyesalan
72
72. Saling mengkhawatirkan
73
73. Lelaki berharga
74
74. Menyesal
75
75. Bicara Berdua
76
76. Cemas
77
77. Perawatan selanjutnya
78
78. Luapan isi hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!