Kenangan 4

Menatap pada sosok yang terlihat begitu memaksakan diri, ia begitu menderita namun tetap bertahan. Hendrik mencoba tetap bersikap tenang dengan terus meminum segelas demi segelas wine anggur putih yang dipersiapkan di atas meja hidangan jamuan makan malam.

Tak kuasa menatap sosok wanita yang menghilang begitu saja hingga meninggalkan luka dalam hati, Hendrik menyadari jauh dalam hatinya perasaan cinta itu belum memudar tak kala api cemburu terasa begitu membakar habis jiwa dan raganya saat ini.

“Mr. Hendrik, apa anda tidak makan? Dari tadi saya hanya melihat anda sibuk meminum wine saja, kenapa? Apa anda tidak menyukai menu makanannya?” tanya Luke yang kini terduduk bersama Irene, dihadapan Hendrik.

“Tidak, hanya saja melihatmu berprilaku seperti itu padanya, membuat nafsu makanku hilang,” dengan sinis dan tegas Hendrik menyindir Luke, karena sejak tadi mencoba mencium pipi atau leher Irene yang terlihat begitu sangat tidak nyaman atas sikapnya.

“Dia adalah kekasihku, kenapa aku tidak boleh menciumnya?” balas Luke bertanya dengan senyuman menyeringai bagai menyinggung Hendrik.

“Mr. Luke, ini adalah tempat umum. Setidaknya perlihatkan sopan santunmu pada seorang wanita meski ia adalah kekasihmu,” balas Hendrik dengan tegas berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan.

Bagi Hendrik yang saat mencoba untuk berpikir rasional dimana rasa amarah menguasainya, akan sangat bermasalah jika ia tetap berada di dalam ruangan tersebut. Memutuskan untuk kembali ke hotel, dengan kepergian Hendrik begitu saja membuat Luke merasa direndahkan hingga rasa malu pun menghampiri dengan Irene yang dibawa pulang oleh Giselle.

“Tidak ingin mengantarnya pulang?” tanya Bastian sembari mengemudikan mobil.

“Aku yakin Giselle akan mengantarnya, lagi pula ada hal yang harus kita lakukan,” balas Hendrik dengan tatapan serius, selepas mendapatkan sebuah email.

***

-Keesokan paginya-

Mencari kebenaran yang tertutupi sejak lama, memang tidak akan dapat ditemukan semudah itu di saat rahasia pun sengaja disembunyikan. Permintaan Irene saat dahulu yang menginginkan untuk melahirkan kedua buah hatinya pun kini membuat Hendrik merasa gelisah.

Terdaftar hanya tepat tanggal kelahiran dan tidak dapat menemukan data informasi lainnya, tentu bagi pewaris keluarga Kessler yang memiliki kekuasaan besar, akan sangat memalukan jika sampai hal yang diinginkannya tidak berjalan dengan lancar.

“Apa maksudmu?!” ucap ketus Hendrik pada Bastian.

“Percaya atau tidak, mantan istrimu melahirkan kedua anaknya di rumah. Aku mendapatkan informasi dari seorang dokter kandungan dan dua orang perawat yang kala itu membantunya melakukan proses kelahiran,” balas Bastian dengan memperlihatkan sebuah berkas.

“Irene, melahirkan di rumahnya?” ucap Hendrik masih merasa tidak percaya.

“Ya, pemeriksaan rutin kandungan setiap bulannya pun dilakukan juga di rumahnya,” balas Bastian kembali.

Hendrik seketika terdiam sembari membaca lembaran berkas yang diberikan Bastian saat ini. Dalam hati dan pikirannya, bagaimana bisa Irene begitu berani mengambil keputusan besar yang bisa membahayakan nyawanya seperti ini.

Hendrik membaca dengan sangat detail setiap laporan informasi yang mungkin bisa meyakinkannya atas siapa ayah dari kedua anak Irene, namun benar-benar bagai bayangan, Irene seperti sudah mempersiapkan ini dikemudian hari hingga dapat menutup rapat informasi ini.

Kekesalan Hendrik begitu terlihat dengan alasan yang dia juga tidak mengerti. Perpisahan begitu saja yang begitu membingungkan dengan Irene dan keluarganya yang menghilang ditelan bumi, sungguh membuat luka dalam dihati Hendrik yang begitu mencintai Irene.

Sebuah rahasia yang tidak dimengerti Hendrik dan juga Irene, mengapa sampai perceraian terjadi pun kini membuat Hendrik ingin mengungkap kembali meski sebelumnya pernah ia lakukan dan berakhir percuma. Namun kali ini, Hendrik benar-benar serius dalam menganggapi semua ini.

“Jangan sampai keluargaku tahu tentang keberadaan Irene, sebelum aku memastikan semuanya,” pinta Hendrik begitu serius pada Bastian yang mengganggukkan kepala seraya mengerti.

“Lalu, apa kau berniat menetap di kota ini lebih lama? Haruskah aku memperpanjang waktu penginapanmu di hotel ini?” tanya Bastian.

“Tidak, aku berniat mencari sebuah apartment yang tidak jauh dari kediaman Irene dan keluarganya. Kau tidak perlu membantuku dalam hal ini, fokus saja dalam permbangunan proyek,” balas Hendrik dengan mengeluarkan handphone dari balik jasnya, mencoba mencari informasi apartment.

“Baiklah jika begitu, malam ini ada jamuan makan malam ... kau akan datang atau tidak?” tanya Bastian kembali, bersiap mengetik pada tabletnya untuk menyusun jadwal pekerjaan Hendrik.

“Tidak. Aku tidak mau mengganggumu dan Giselle,” balas Hendrik dengan polos, masih terlarut menatap layar handphonenya.

“APA?! GISELLE?” tanya Bastian terkejut.

“Yaa, manager Irene di kantor. Sepertinya semenjak proyek ini berjalan, kulihat kalian semakin dekat. Aaah, aku kemarin melihatmu membantunya membawa barang-barang bahkan pergi bersama. Kemana kalian pergi?” tanya jahil Hendrik dengan sikap maskulinnya.

“FU*HS D&*#$!! ... Apa kau memata-mataiku?! BR*&%K\, ini semua karenamu yang menghilang begitu saja begitu rapat selesai 2 hari lalu\, bahkan aku lembur sampai jam 1 malam!” Bastian mengumpat penuh kesal layaknya seorang wanita tua pada Hendrik.

“Ckckck ... temperamen yang seperti ini makanya kau sampai diputuskan. Ada telephone, selamat menikmati jamuan makan malam ini,” balas Hendrik langsung berjalan meninggalkan Bastian menuju ruangan kamar tidurnya.

Meski Hendrik terkadangan sangat menyebalkan, Bastian tidak dapat membenci atau merasa kesal, karena baginya Hendrik bagai sosok seorang kakak yang begitu ia hormati. Terlepas dari masa lalu Bastian yang kelam, kehadiran Hendrik benar-benar merubah jalan hidupnya.

Bastian kembali melanjutkan pekerjaannya dan Hendrik pun akhirnya mendapatkan sebuah apartment yang sesuai baginya. Tak terasa seminggu sudah Hendrik berada di Dallas, hingga cukup baginya mencari tahu tentang Irene dan keluarganya saat ini.

Berada di lantai enam yang sengaja dipilih oleh Hendrik, membuatnya dapat melihat taman kota begitu detail dan juga karena menyadari bahwa Irene sering kali membawa kedua kembar untuk bermain bersama di waktu kosongnya.

Tanpa menunggu lagi, tentu bagi Hendrik yang hanya membawa dua koper berukuran sedang pun tanpa ragu pergi meninggalkan hotelnya dan langsung menuju apartment yang baru saja dibeli olehnya. Diikuti Bastian yang berjalan di belakangnya, Hendrik berbelanja segala kebutuhan yang diperlukannya tanpa memerlukan waktu lama.

“Sudah cukup? Kau sudah menghabiskan 400 juta hanya untuk mem—”

“Kau ini bawel sekali! Kau akan mengerti jika nanti sudah menikah,” balas Hendrik dengan sengaja memotong Bastian berbicara.

“Kau duda! Apa bedanya denganku yang hidup seorang diri?!” balas Bastian dengan wajah datarnya.

Tidak perlu diragukan lagi bagaimana perasaan menusuk Hendrik dari kata-kata Bastian saat ini yang sesuai dengan kenyataan. Berjalan meninggalkannya setelah melakukan pembayaran, Hendrik membalas Bastian dengan menyuruhnya menaiki truk angkut barang yang akan menuju apartmentnya dan membantu para pekerja untuk mengangkat barang-barang.

Bastian benar-benar kelelahan hingga tanpa sadar tertidur di atas lantai dengan dasi dan kemejanya yang berantakan. Sadar akan Hendrik yang kesal dan jahil untuk membalasnya, Bastian hanya dapat pasrah dengan agenda selanjutnya yang harus ia hadiri, yaitu jamuan makan malam untuk menggantikan Hendrik yang tidak ingin hadir dalam acara tersebut.

Tersadar dari tidurnya dengan hanya berselang dua jam sebelum jamuan makan malam berlangsung, Bastian segera berlari dan mengendarai mobilnya kembali penuh kesal, karena Hendrik tidak membangunkannya dan justru menghilang pergi meninggalkannya seorang diri di apartment.

“Pukul 5 ... seharusnya mereka sebentar lagi sampai,” ucap Hendrik selepas menatap jam tangannya dan mengitari area sekitar taman kota.

Tidak perlu cukup lama baginya untuk tahu kebiasaan yang suka dilakukan Irene bersama kedua anaknya. Sebagai pekerja yang hanya terikat kontrak, tentu membuat Irene lebih banyak waktu dan tidak selalu harus setiap hari datang ke kantor.

“Mommy, Mommy ... lihat itu? Please Mommy, boleh 1 saja?” tanya Xavia bernada menggemaskan, karena begitu menyukai gulali kapas yang dibentuk lucu.

“Via, kau seperti anak kecil aja! Mommy ... aku mau itu,” sindir Xander sembari menunjuk ke arah truk mesin penjual ice cream dengan Xavia yang menatapnya sinis.

Melihat kelakuan kedua kembar, membuat Irene tersenyum bahkan setengah tertawa karena sisi polos kekanakan dalam diri Xander dan Xavia. Terlebih dengan paras keduanya yang begitu tampan dan cantik meski masih kecil, tentu kehadiran mereka pun begitu menarik perhatian.

Namun seperti biasa, disaat kegemaran dan kesukaan mereka yang berbeda, Irene selalu dibuat pusing karena harus mendahulukan permintaan siapa terlebih dahulu, hingga seperti biasa Xavia pun merajuk hingga sifat tantrum anak seusianya pun kembali berulah.

“Apa kau menyukai gulali kapas dan ice cream ini?”

“He-Hendrik? ... apa yang kau lakukan di—”

“WOOAAHHH, terima kasih banyak, Paman ...,” ucap Xander dengan polosnya mengambil ice cream dari tangan Hendrik, diikuti Xavia yang juga langsung mengambil gulali kapas.

“XANDER! XAVIA!” sentak Irene mencoba menegur prilaku kedua anaknya, hingga keduanya begitu terkejut.

“Aahh ... jadi nama kalian Xander, dan Xavia ... nama yang indah,” ucap Hendrik sembari tersenyum lembut pada keduanya, seraya agar Irene tidak memarahi kepolosan kedua kembar.

“Terima kasih, tapi kau tidak perlu melakukan hal seperti ini ... kita pulang sekarang! Mommy tidak jadi bermain dengan kalian,” Irene menggenggam kedua tangan anaknya dengan langsung berlalu pergi meninggalkan Hendrik seorang diri.

Entah apakah masih ada ruang untuk kata maaf dihatinya, namun bagi jiwa yang juga menunggu moment berharga ini terjadi, membuat Hendrik tak dapat lagi berjalan mundur. Irene, apa masih ada kesempatan untuk kita berdua?

Terpopuler

Comments

Nadhira Alfia Nisa

Nadhira Alfia Nisa

makinn seeu ceritanya!!!

2023-12-11

1

Fidia K.R ✨

Fidia K.R ✨

dalam hati, tahaann... tahann ... jangan cari masalah! /Facepalm/

2023-12-06

0

虞书欣 Vííҽ🦂

虞书欣 Vííҽ🦂

🤣sabar bas, lngsung inget punya tmen yg modelnya kyk gni juga

2023-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!