019 - Bolehkah Berkencan?

Viona menghela napas berat saat berdiri di depan undakan tangga dengan jalur sempit dan melingkar berpencahayaan temaram. Rasanya tadi pagi baru saja ia menuruni tangga itu dengan perasaan kesal yang memuncak. Dan malam sudah membuatnya harus kembali ke tempat itu lagi. Mengapa rasanya waktu berputar sangat cepat?

Viona mendelik gusar saat berpapasan dengan Arun yang sudah lebih dulu tiba di depan pintu dan memutar anak kunci.

Keduanya memasuki rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Efek dari perdebatan mereka tadi pagi masih terasa. Viona tidak mungkin bisa dengan mudah melupakan Arun yang membentaknya gara-gara tak sengaja menjawab telepon dari kekasihnya.

Viona memasuki kamar mandi namun Arun menghalangi.

"Aku mau mandi duluan!" keluh Viona.

"Aku dulu!" sahut Arun.

"Ck!" Viona berdecak sambil melotot sebal ke arah pria itu.

Arun merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah koin."Begini, kita undi saja!" 

"Tidak! Kau pasti curang seperti semalam! Aku pilih angka, dan kau memutar posisi tanganmu dengan cepat makanya bisa muncul gambar!" protes Viona.

"Apa?! Kau menuduhku curang?!" Arun terperangah.

Ekspresi kesal masih terlukis di wajah Viona, ia mendengus gusar, mendorong Arun agar tidak menghalangi jalannya menuju ke kamar mandi.

"Jangan bicara denganku! Aku tidak mau bicara denganmu!" ancam Viona sebelum menutup pintu kamar mandi.

"Huh! Siapa yang mau bicara denganmu?!" gerutu Arun.

...*****...

Viona sudah selesai mandi, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruang sempit itu. Dirasa cukup aman baginya untuk keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang dililitkan sebatas dada, ia mengendap-endap mengambil kopernya yang ia simpan di bawah tempat tidur.

Ia tidak membawa baju ganti sebelum memasuki kamar mandi karena terburu-buru berebut kamar mandi dengan Arun.

Berhubung pria itu nampaknya tidak ada dan entah pergi ke mana, Viona merasa lebih leluasa untuk memakai pakaian tanpa harus memasuki kamar mandi yang sempit. Ia segera memakai pakaian dalamnya lalu memilih baju ganti yang bersih untuk dipakai tidur.

Cklek...

Pintu terbuka. 

Viona terperanjat melihat sosok Arun yang berdiri di ambang pintu dan memergokinya hanya mengenakan pakaian dalam.

"Kyaa!!!" jerit Viona.

Ia menyambar kembali handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Hei! Berisik!" bentak Arun.

"Jangan melihatku!" seru Viona.

"Hei! Aku bukan anjing yang minat pada tulang belulang sepertimu!" cibir Arun.

"A-apa?!" 

Viona terperangah dan benar-benar gondok dengan sikap cuek Arun yang terlihat santai memasuki rumah. Pria itu bahkan bersikap seolah Viona adalah makhluk tanpa wujud.

"Kenapa kau malah bengong? Lekas pakai pakaianmu, kau mau masuk angin?"

Viona benar-benar kesal, dengan cepat ia memakai kaus dan celana longgar saat Arun dalam posisi membelakanginya. Pria itu sungguh merendahkan harga dirinya.

"Hei! Sutopo, kalau aku ini memang hanya sekadar tulang belulang, bagaimana jika kau telepon saja kekasihmu itu, lalu lihat seperti apa reaksinya saat tulang belulang ini melakukan strip show di depanmu? Apakah akan memberi pengaruh yang signifikan atau tidak?" tantang Viona.

Arun memicingkan matanya.

"Huh! Kau masih begitu takut pada kekasihmu tapi kata-katamu sungguh congkak dan merendahkan!" tukas Viona.

"Hei! Kenapa kau malah membawa-bawa kekasihku?" 

Belum sempat perdebatan mereka berlanjut, gawai cerdas Arun berbunyi.

"Sst!" desisnya.

Viona langsung paham siapa yang menelepon sampai pria itu terlihat seperti kerbau yang dicocok hidungnya.

"Iya Sayang, aku baru sampai di rumah," sahut Arun.

Viona mendelik gusar, ia memilih untuk memakai earphone, mendengarkan musik sambil rebahan di tempat tidur.

Ia kembali mendengarkan lagu yang tadi siang diputar di kedai roti lapis. Makan siang bersama pria yang dipuja tentu saja menjadi hal paling bersejarah dalam hidupnya. Yah, meskipun Viona harus menelan pahitnya ditolak, namun setidaknya bisa makan siang bersama pria itu tentu saja menjadi kenangan yang manis.

Apakah Viona harus menyerah semudah itu?

Viona mengarahkan pandangannya ke arah pria yang saat ini masih bermonolog di balkon.

Ia kembali teringat ketika pria itu menolaknya. Bukan sekali dua kali, Arun sampai bosan dan memohon agar Viona berhenti menyukainya.

Ke mana perginya semangat juang itu, Viona? Batin Viona.

Kau baru saja ditolak sekali oleh Mas Alan! Itu belum ada apa-apanya dibandingkan saat kau ditolak Sutopo! Batin Viona bergejolak.

Viona kembali melihat ke arah Arun yang saat ini nampak tersenyum senang dengan gawai cerdas yang menempel di telinga kirinya. Pria itu bahkan tertawa, sorot matanya berbinar penuh semangat. Bunga-bunga bak bermekaran di sekeliling pria itu.

Seperti itulah orang yang jatuh cinta kala mendengar suara orang yang dicintainya. Apalagi jika mereka bertemu, sudah pasti dunia seakan milik mereka berdua.

Viona sungguh merasa iri. Ia juga ingin merasakan perasaan saat cintanya bertaut. Bukan hanya sekadar bertepuk sebelah tangan.

Arun menutup telepon, ia sudah selesai berbincang dengan kekasihnya. Namun ia sungguh terganggu karena sepanjang perbincangan, wanita itu terus melotot sinis ke arahnya.

"Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu? Apa ada masalah?" tanya Arun.

Viona masih diam sambil melepas earphonenya.

"Oh, ya, aku lupa! Kau kan tidak mau bicara denganku!" sindir Arun.

"Hei, Sutopo, apa aku boleh berkencan dengan pria lain meskipun aku sudah menikah denganmu?"

"Silakan saja," jawab Arun. "Tapi, jangan sampai kakekku tahu."

"A-apa?!"

Viona terperangah melihat Arun yang menatapnya dengan skeptis.

"Rasanya ini sungguh tidak adil bagiku! Kau sendiri bahkan punya kekasih!" keluh Viona.

"Hei! Apa kau sungguh masih belum mengerti? Aku menikahimu karena aku bilang kau kekasihku, padahal jelas-jelas kita bukan sepasang kekasih! Lalu kekasihku sendiri saat ini sedang berada di tempat yang jauh dan belum bisa kembali dalam waktu dekat!"

"Jadi, sungguh tidak masalah kan?" lanjut Arun.

"Oh, jadi kau memanfaatkan hubungan jarak jauhmu ini agar kakekmu tidak tahu?"

Arun mengangguk tanpa harus bicara.

"Begini saja, kita sudah sepakat untuk tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing. Silakan saja kalau kau mau mengencani pria lain. Yah, itu juga kalau ada pria yang mau mengencanimu. Haha!"

"A-apa?!"

Lagi-lagi Viona terperangah karena Arun merendahkannya lagi. Pria itu masih tertawa sampai menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Huh! Dasar Sutopo!"

...*****...

"Viona!"

"Mas Alan!"

Viona berlari ke arah pria itu, begitu pun sebaliknya di sebuah taman bunga yang indah. Viona langsung mendarat dalam pelukan pria itu. Pelukannya terasa sangat hangat dan nyaman, seolah pelukan Mas Alan memang tercipta untuk Viona.

Viona menghirup dalam-dalam aroma tubuh pria itu. Sungguh aroma memabukkan yang membuatnya bergairah.

"Mas Alan," Viona merengek.

"Hmm.."

"Maas.."

"Hmmm.."

Viona tersadar karena merasa ada yang aneh. Mengapa semua ini terasa begitu nyata?

Ditambah ada sesuatu yang menegang, mengeras, di sekitar perutnya.

Benar saja, tatkala Viona membuka matanya, ia mendapati dirinya dalam pelukan Arun.

"Kyaa!"

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!