017 - Menjawab Telepon

Viona terbangun dari tidurnya dengan kondisi tubuh sakit semua. Ia tidur di lantai hanya beralaskan selimut. Ia menatap sebal ke arah Arun yang masih terlelap di atas tempat tidur. Semalam pria itu berhasil memenangkan taruhan memperebutkan tempat tidur. Alhasil, Viona yang kalah harus tidur di lantai.

Viona memandang sekeliling tempat tinggal pria itu. Semalam begitu sulit baginya untuk bisa terlelap. Udara yang panas dan pengap, belum lagi suara-suara berisik dari tetangga sebelah benar-benar mengganggu ketenangan.

Belum lagi debar jantung Viona menggila setiap kali ia melihat pria yang dibencinya itu memberinya senyum meski hanya berupa cengiran atau pun seringaian.

Ditambah semalam mereka melakukan gulat jempol untuk melakukan taruhan memperebutkan tempat tidur. Ketika tangan mereka saling bersentuhan, jemari yang saling bertaut, kemudian jempol tangan yang saling memburu. Semua itu seakan membangkitkan kembali rasa yang pernah dirasakan Viona untuk pria itu. Dan yang membuat kesal, rasa itu bukanlah rasa benci.

Viona cepat-cepat menepis semuanya, mengingat larangan, pantangan, bahwa ia harus menjaga perasaannya sendiri.

Viona kembali memandangi tempat tinggal barunya ini. Tempat pria itu mengajaknya berbagi hunian yang sama sekali tidak nyaman.

Siapa yang bisa menduga bahwa seorang pria yang terlihat berpenampilan mewah, berasal dari keluarga kaya raya ternyata malah tinggal di tempat kumuh seperti ini.

Apa sungguh kakeknya tega membiarkan Arun tinggal di tempat seperti ini?

Kalau dilihat dari watak Arun yang pemberontak, kehidupan seperti ini pasti dipilihnya sendiri. Itulah yang tebersit dalam benak Viona.

Viona masih benar-benar mengantuk, ia bahkan kembali memejamkan mata. Namun sesuatu bergetar di atas kepalanya.

Dengan masih terpejam ia mengambil benda pipih itu dan menggeser panel jawab.

"Halo.."

"....Sayang!!"

Viona terlonjak kaget mendengar suara wanita di telinganya. Matanya terbelalak melihat gawai cerdas yang ternyata bukan miliknya.

Viona langsung cepat-cepat memutus sambungan telepon.

Suara wanita yang menghubungi gawai cerdas Sutopo?!

Dalam kepanikan, gawai cerdas itu bergetar lagi.

"Hei, Sutopo! Bangun!" Viona menyodorkan gawai cerdas di tangan pria itu.

"Hmm..." Pria itu hanya bergumam dengan mata terpejam.

"Sayang meneleponmu!"

Arun segera terbangun mendengar kata Sayang, di tangannya gawai cerdasnya bergetar hebat.

"Ma-maaf, tadi tak sengaja kujawab karena kukira itu ponselku," Viona terbata.

"Astaga!" Arun memijat pelipisnya. "Sembunyi! Cepat!"

Viona tak tahu harus bersembunyi di mana. Ia hanya bisa kembali berbaring di lantai bertutupkan selimut.

"Halo Sayang," jawab Arun dengan suara yang masih parau.

"Siapa wanita itu?" tanya suara di seberang sana.

"Wanita yang mana, Sayang? Tidak ada," Kata Arun dengan tegas.

"Tadi aku dengan jelas mendengar suara wanita menjawab teleponmu!" 

Arun menyenggol Viona yang meringkuk di lantai. Viona membuka selimut dan melihat pria itu bicara tanpa suara ke arahnya.

"Cepat pergi dari situ, ke pintu!" tunjuknya ke pintu depan.

Viona merangkak, bertepatan dengan Arun yang langsung menyalakan lampu dan mengubah panggilan suara menjadi panggilan video.

"Lihat! Aku sendirian! Tidak ada siapa pun di sampingku, Sayang!"

Viona terkesiap, ia menunduk, bersembunyi di samping tempat tidur saat Arun mengarahkan gawai cerdas mengitari ruangan.

"Lihat, tidak ada orang selain aku di sini! Aku tidak bohong!" kata Arun.

Viona merayap di lantai, ia berpindah posisi menuju ke tempat lain, berlawanan arah dari gawai cerdas yang diacungkan Arun.

"Lalu tadi suara siapa? Aku dengar dengan jelas suara wanita!"

"Sayang, sungguh kamu pasti salah dengar, mungkin kamu mendengar suaraku. Suaraku yang tertutup selimut!" Arun kembali beralasan.

Viona merasa mual melihat dan mendengar Arun bermanja-manja dengan seseorang yang sedang bertatap muka dengannya.

Itukah kekasih Arun yang sebenarnya? 

Mendadak Viona merasakan nyeri yang bersarang di dada.

"Segeralah tidur, kamu pasti sudah lelah," ucap Arun. "Aku masih mengantuk, aku juga benar-benar masih lelah, besok harus kerja pagi. Nanti kutelepon lagi, bye."

Arun meletakkan gawai cerdas, masa gentingnya sudah terlewati. Rasanya ia hampir gila gara-gara kejadian seperti ini. Hampir saja kekasihnya tahu bahwa ia memang sedang bersama wanita lain.

Ia melotot sebal ke arah Viona.

"Selanjutnya jangan sampai hal seperti ini terjadi lagi! Tolong jangan sembarangan menjawab teleponku!"

Viona mendelik gusar.

"Aku kan sudah bilang maaf, aku tidak sengaja menjawab teleponmu! Aku kira di atas kepalaku itu ponselku!" Viona membela diri.

"Kau itu yang sembarangan meletakkan ponselmu," keluh Viona.

"Pokoknya aku tidak peduli! Apa pun alasannya, jangan menjawab telepon yang bukan milikmu!" 

Suara Arun naik satu oktaf, terdengar membentak dengan ekspresi wajah menegang membuat Viona tersentak kaget.

Atmosfer di antara mereka seketika menegang dan Viona merasakan jantungnya berdegup kencang. Ada rasa takut yang membuat dirinya menciut.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Viona menghilang di balik pintu kamar mandi yang sempit. Entah mengapa rasanya matanya memanas.

Ada rasa kecewa yang tak bisa diungkapkannya.

...*****...

Viona masih termenung dengan rasa sesak mencekik jalur pernapasannya. Ia benar-benar kepikiran dengan kejadian yang dialaminya tadi pagi. 

Arun begitu marah padanya hanya karena Viona salah menjawab telepon. 

Hingga Viona pergi ke kantor, tak sepatah kata pun yang keluar untuk mencairkan suasana di antara mereka yang menegang.

"Silakan, mau pesan apa?"

Viona tersentak kaget saat pelayan di gerai roti lapis menanyakan pesanan untuk Viona yang mengantri sambil melamun.

"Oh, ya..ya, itu.."

Viona begitu gugup, membuka gawai cerdasnya untuk menemukan catatan pesanan dari Mas Gede yang minta dibelikan roti lapis di gerai roti lapis kenamaan.

"Totalnya dua ratus lima puluh ribu," kata pelayan.

Viona merogoh tasnya, mengambil kartu kredit yang diberikan Mas Gede untuk membayar makanan.

"Lho! Di mana kartu kreditnya? Di mana dompetku?"

Viona benar-benar panik saat mengaduk-aduk isi tasnya. Terlihat pelanggan yang mengantri di belakangnya mulai mengeluh karena ulah Viona.

"Aduh! Jangan-jangan tertinggal di meja!" Viona menepuk keningnya.

Aduh bagaimana ini? Viona membatin penuh kegelisahan.

Ia tidak mungkin membatalkan pesanan. Mas Gede pasti akan ngomel sepanjang sisa hari. 

Aduh Viona kenapa kau kacau begini?!

"Aduh, maaf, sa-saya.."

"Tolong bayar pakai ini, dan tambahkan beberapa pesanan lain," potong suara seseorang yang berada di belakang Viona.

Viona menoleh ke belakang dan tercengang melihat kehadiran pria itu.

"Ma-Mas A- Alan!" Viona cepat-cepat menutup mulutnya agar tidak menjerit histeris.

Pria itu mengulas senyumnya, melirik sekilas ke arah Viona sambil berbicara dengan pelayan untuk menambahkan beberapa pesanan tambahan sebelum membayar semua total pembelian roti lapis tersebut.

Viona merasakan kelegaan yang sangat. Yang pasti ia tidak perlu diomeli Mas Gede karena lupa membawa dompet.

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!