016 - Pernikahan Arun

Seorang pria nampak sibuk berkutat di antara dokumen-dokumen yang sedang diperiksanya secara seksama.

Pria itu bahkan mengabaikan telepon yang beberapa kali berdering di atas meja kerjanya. Begitu juga gawai cerdas yang bergetar di atas meja, nama yang tertera pada benda pipih itu memang pantas untuk diabaikannya.

"Ya, ada apa Dyan?" 

Pria itu akhirnya menjawab telepon yang kembali berdering.

"Pak Varan, maaf mengganggu. Ada tamu untuk Anda, beliau bernama Pak Arun. Beliau memaksa untuk bertemu dengan Anda, tapi beliau belum ada janji. Apa yang harus saya lakukan?"

"Apa saya sampaikan saja bahwa Anda masih ada meeting?" Dyan mengusulkan.

Dyan tahu bahwa bosnya itu paling enggan bertemu tanpa adanya janji terlebih dahulu. Dyan cepat-cepat memikirkan alasan apa yang harus diberikan pada tamu tanpa janji itu.

Pria itu menghela napas berat sebelum akhirnya memberi perintah pada Dyan.

"Antar ke ruangan saya," perintah pria itu sebelum menutup telepon.

Dyan tercengang, tumben sekali pimpinan bersedia menemui tamu yang bahkan tidak membuat janji untuk bertemu.

...*****...

Arun mengikuti resepsionis, mengantar menuju ke ruangan seseorang yang harus ditemuinya. 

Puluhan pasang mata mengikuti, tatapan penuh ingin tahu yang bahkan masih terus tertuju padanya meski ia sudah berada di depan pintu ruang pimpinan.

Dyan menjadi orang kesekian yang langsung memindai penampilan pria tampan yang hanya memakai kaus oblong putih dengan celana jeans pudar, celana itu bahkan sudah robek pada bagian lutut. 

Ada hubungan apa antara pimpinan dengan pria tampan namun berpenampilan rembes ini?

"Silakan," ucap Dyan berusaha ramah meski dalam hati begitu skeptis.

Arun memasuki ruang kerja pimpinan yang sepertinya begitu sibuk sampai-sampai mengabaikan teleponnya.

Arun melangkah menuju meja kerja pria itu. Ia merogoh saku celana lalu meletakkan sebuah kunci mobil di atas meja yang dipenuhi dengan tumpukan dokumen.

"Ini, aku kembalikan mobilmu. Kau ini sungguh tidak ikhlas meminjamkan mobilmu ya, Aran?" tanya Arun dengan nada penuh ejekan.

Aran melipat tangannya di depan dada, menatap skeptis ke arah Arun.

"Tidak ikhlas? Kau bahkan lebih terkesan merampokku daripada meminjam mobilku," tukas Aran.

"Ditambah kau juga sudah membuat skandal yang menyebabkan nama baikku tercoreng! Bisa-bisanya kau berbuat hal tak senonoh yang membuat paman dan bibi sampai menuduhku!" geram Aran.

Arun menyeringai, ia sudah menduga bahwa paman dan bibinya pastilah memang berencana menjebak Aran. Namun justru nasib sial sedang berpihak pada Arun.

"Sebenarnya untuk apa dibesar-besarkan seperti itu? Toh, aku melakukannya dengan kekasihku. Aku bahkan sudah menikahinya. Jadi, tidak masalah kan?"

"Apa? Kau menikah?" 

Aran tercengang mendengar pengakuan Arun.

"Arun, apa kau serius dengan ucapanmu?" tanya Aran.

"Apa aku terlihat bercanda? Haha!" Arun tertawa.

Aran masih melemparkan tatapan skeptisnya.

"Lantas, bagaimana dengan kakek? Bukankah kakek sangat menentang hubunganmu dengan kekasihmu?" tanya Aran.

Arun masih tetap menyeringai.

"Aran, aku sudah meminta pada kakek untuk tidak menentang pernikahanku. Toh, inilah bentuk tanggung jawab yang bisa kulakukan atas perbuatan tidak senonoh yang sudah kuperbuat bersama kekasihku," beber Arun dengan santainya.

"Lagipula kakek begitu pelit! Kakek bahkan tidak bersedia membiayai pernikahanku! Haha!"

Aran makin melemparkan pandangan skeptisnya pada Arun.

"Jadi, Aran, berikan aku rumah yang layak untuk dihuni sebagai hadiah atas pernikahanku!" 

Arun menyeringai makin lebar.

"Ayolah! Kau bahkan seorang pebisnis sukses di bidang property dan real estate! Memberiku hadiah rumah tentu adalah hal kecil bagimu!" bujuk Arun.

Aran kembali menatap Arun.

"Arun, lebih baik kau bekerja yang benar daripada merengek padaku."

"Aku bisa memberimu pekerjaan yang layak daripada kau hidup hanya dengan mengejar mimpi yang bahkan tidak bisa kau wujudkan."

Arun terdiam mendengar ucapan Aran.

"Jika kau pikir dengan menikahi wanita yang membuatmu bermimpi besar bisa membuat mimpimu terwujud, lebih baik kau segera bangun dan hadapi kenyataan," tandas Aran.

"Haha!" Arun tertawa.

"Sebaiknya kau simpan saja nasehatmu itu untuk dirimu sendiri! Lihat saja, saat nanti aku mendapatkan seluruh warisan dari kakek! Aku akan mewujudkan semua mimpiku!"

"Aku akan membuatmu dan juga kakek semakin kesal karena aku bisa mewujudkan mimpiku yang selalu kalian anggap omong kosong!"

Srak.....

Arun melayangkan tangannya ke arah tumpukan dokumen di meja kerja Aran. Tumpukan dokumen itu langsung berserakan di lantai.

Arun menepuk-nepuk tangannya, lalu melambaikan tangan sebagai tanda berpamitan.

Aran menghela napas berat melihat semua dokumen pekerjaannya berserakan di lantai seperti ini.

"Dasar Arun!" Keluhnya.

...*****...

"Sebaiknya kita tinggal di tempat yang terpisah saja. Aku bisa tinggal di tempat kerjaku sambil mencari tempat tinggal yang sesuai dengan budget," Ujar Viona.

"Aku rasa kita tidak bisa tinggal terpisah. Bisa saja kakekku mengirim mata-mata di sekitar kita." 

Viona reflek langsung menoleh ke kiri dan ke kanan. Warteg yang mereka kunjungi  masih ramai meski hari sudah makin malam.

"Hei, jangan terlihat mencolok begitu!" keluh Arun.

"Hei, Sutopo, apa kakekmu itu seorang mafia?" tanya Viona.

Arun terkekeh. "Kakekku tidak perlu menjadi mafia hanya untuk mengawasi setiap gerak-gerikku."

Viona merengut, ia kembali menoleh ke sekelilingnya.

Pelanggan warteg, pelayan, pengemis, bahkan pengamen bersuara sumbang itu bisa jadi mata-mata yang memantau mereka.

"Baiklah, begini saja, kau bisa tinggal di tempatku," usul Arun.

"Tidak! Lebih baik aku mencari tempat tinggal sendiri!" tolak Viona.

"Oh, kau tidak mau tinggal bersamaku karena kau takut jatuh cinta padaku?"

"Haah?! Apa kau bilang?!" Viona terperangah.

Arun terkekeh.

"Jangan besar kepala! Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu lagi!" sembur Viona.

...*****...

Viona terengah-engah menaiki tangga sambil menyeret koper dan tasnya. Tangga sempit dan melingkar berpencahayaan minim, terkesan angker seperti dalam film-film horor.

Arun memutar anak kunci begitu tiba di depan pintu rumah susun tempatnya tinggal. 

Viona memasuki ruangan sempit yang ukurannya bahkan lebih kecil dari kamar tidurnya. Pencahayaannya minim dengan udara panas dan hawa pengap.

Kontrakan satu petak dengan sebuah tempat tidur ukuran tunggal, kamar mandi di sudut ruangan bersebelahan dengan meja berisi kompor dan tempat cuci piring.

"Yah, aku tahu tempat ini tidak nyaman untuk dihuni, tapi lebih baik daripada tidak ada tempat tinggal." 

"Serius kau tinggal di tempat seperti ini?" tanya Viona masih tetap tercengang.

"Tentu saja, lagipula harga sewanya lebih murah, dan sekarang akan semakin murah karena kita akan membayarnya secara patungan."

Arun menjelaskan dengan penuh rasa bangga, seperti host acara penjualan unit apartemen di televisi.

Viona masih memindai sekelilingnya, tempat tidur hanya ada satu, itu pun ukurannya tunggal. Lantas ia harus tidur di mana? 

"Ada apa?" tanya Arun.

"Tempat tidurnya hanya ada satu, lalu aku tidur di mana?"

"Tentu saja kau harus di lantai," jawab Arun dengan cepat.

"Tidak bisa! Itu tidak adil! Aku juga membayar sewa tempat ini! Jadi aku punya hak yang sama denganmu!" protes Viona dengan cepat.

"Oh begitu! Baiklah kalau begitu, mari kita tentukan dengan seadil-adilnya!" tantang Arun.

"Ya! Kau benar! Harus seadil-adilnya! Dan kau tidak boleh curang!"

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!