Viona mengerutkan kening membaca sejumlah persyaratan yang diajukan oleh Arun sebelum mereka melangsungkan pernikahan.
Pihak wanita dilarang jatuh cinta pada pihak pria.
Pihak wanita tidak diperkenankan mencampuri urusan pribadi pihak pria.
Pihak wanita tidak punya kewajiban untuk mendapatkan nafkah dari pihak pria.
Pihak wanita harus menjaga sikap di depan keluarga pihak pria.
Pihak wanita tidak diperkenankan menuntut apa pun ketika pernikahan berakhir.
Pernikahan hanya berdurasi selama satu tahun sesuai dengan tanggal ditandatanganinya perjanjian pernikahan.
Sementara itu, Arun mengerutkan kening juga saat membaca syarat yang diajukan oleh Viona.
Pihak pria tidak diperkenankan melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun kepada pihak wanita.
Pihak pria harus bersikap sopan dan baik.
Pihak pria tidak diperkenankan menyentuh pihak wanita seujung rambut pun.
Pihak pria dan wanita harus tidur di tempat terpisah.
Pihak pria tidak diperkenankan menuntut apa pun kepada pihak wanita.
"Lucu sekali, kau membuat poin nomor empat seakan aku akan tidur di tempat yang sama denganmu! Haha!" Arun tertawa.
Viona mencebik. "Kau membuat poin nomor satu seakan aku pasti akan jatuh cinta padamu! Huhu, menjijikkan!"
"Huh! Terserah apa katamu! Pastikan bahwa kau memegang kata-katamu!"
"Ya, kau pun harus begitu! Dan mengenai durasi, satu tahun rasanya terlalu lama untuk pernikahan ini!"
"Tidak! Satu tahun adalah waktu yang pas! Kakekku tentu akan sangat curiga jika pernikahan ini terlalu singkat!" tukas Arun.
"Kau benar-benar sangat takut ya dengan kakekmu?" tanya Viona.
"Sangat," jawab Arun dengan santainya.
"Yah, kau tidak salah, kakekmu punya aura kuat yang sangat menakutkan. Aura-aura pembunuh bayaran," ceplos Viona.
"Haha," Arun tertawa. "Kau benar-benar bisa dibunuh kalau kakekku sampai mendengar pendapatmu itu."
"Huuh!" gerutu Viona.
"Mari kita tanda tangani perjanjian ini sebagai bukti bahwa kita siap melakukan pernikahan," tukas Arun.
Viona menarik napasnya, ia harus membulatkan tekad untuk melakukan pernikahan ini. Pernikahan yang tujuannya untuk mewujudkan kebohongan Arun kepada kakeknya. Kebohongan yang menyelamatkan mereka berdua dari skandal yang merusak nama baik mereka.
Viona tidak bisa membayangkan, apa yang akan terjadi padanya jika ia tidak menerima bantuan dari pengacara sang kakek.
Video yang tersebar saja sudah membuatnya diusir dari rumah. Jika berita itu semakin viral dan tidak diturunkan dari media daring, mungkin sekarang Viona sudah menjadi buronan para warganet.
Para warganet sudah pasti akan berlomba-lomba meminta tautan berisi link video mesum berdurasi sekian detik atau sekian menit hanya untuk menuntaskan rasa penasaran mereka.
Terlebih jika video tersebut diembel-embeli dengan kata-kata provokatif.
Heboh! Skandal mobil goyang! Klik link di bio!
Hidup Viona pasti benar-benar semakin menyedihkan.
Ya, inilah jalan terbaik daripada tidak ada jalan sama sekali.
...*****...
Viona melangkah takut-takut saat menuju ke rumahnya. Ia mengetuk pintu rumah berkali-kali namun tidak ada jawaban.
Viona tak berani menghubungi orang tuanya dan Sany, Viona bahkan memblokir nomor telepon sepupunya itu. Viona marah pada Sany yang malah melaporkan berita viral itu kepada kedua orang tuanya, membuat Viona harus diusir dari rumah.
Namun berhubung ia akan menikah, setidaknya ia harus menemui orang tuanya. Lagipula orang tuanya harus tahu bahwa pria yang terlibat skandal bersamanya bersedia menikahinya sebagai bentuk pertanggung jawaban.
Bukankah sudah terdengar lebih bagus karena ada pria yang akhirnya menikahi Viona?
"Apa tidak ada orang di rumahmu?" tanya Arun.
"Harusnya ada," jawab Viona.
Viona mengeluarkan kunci serep dari dalam tasnya. Ia membuka pintu belakang dengan kunci itu. Viona memang sengaja membuat kunci serep pintu belakang, karena aksesnya yang lebih mudah menuju ke kamarnya.
Viona memasuki rumah yang sepi, seakan rumah itu sudah ditinggal dalam beberapa hari.
Yah, Viona sendiri sudah hampir seminggu meninggalkan rumah dan selama itu pula ia tinggal di ruko karena belum mendapatkan tempat kos.
Viona memasuki kamarnya dan mengambil beberapa pakaian untuk disimpan dalam tas.
"Hei, Sutopo! Kau kan tinggi, tolong ambilkan pigura foto di atas lemari itu!" pinta Viona.
"Kenapa tidak ambil sendiri?" keluh Arun.
"Aku tidak punya waktu untuk angkat kursi dari dapur," sahut Viona sambil mengambil barang-barang yang dibutuhkannya.
Arun meraba-raba bagian atas lemari yang kotor, tangannya menyentuh sebuah pigura kecil yang dipenuhi debu.
"Hihh! Debunya!" keluh Arun lalu menyerahkan pigura foto itu pada Viona.
Viona mengusap debu yang menutupi sebuah foto.
"Untunglah aku masih menyimpan fotoku dan nenekku," ucap Viona senang.
Arun melihat sekilas foto Viona bersama seorang wanita tua.
"Nenekmu sudah meninggal?" tanya Arun.
"Ya, sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Dan foto ini satu-satunya fotoku dan nenek yang masih kusimpan. Semua barang-barang milik nenekku dibawa ke kampung halamannya dan sebagian lagi katanya sudah didonasikan untuk yang membutuhkan," jawab Viona.
Sungguh kasihan sekali kau hanya dapat foto sebagai warisan, ckck, batin Arun.
"Kau dekat dengan nenekmu?" tanya Arun lagi.
"Sangat," jawab Viona. "Sejak kecil nenek yang menjagaku. Nenek yang menjadi tempatku mengadu. Dulu aku bahkan sering membicarakan tentangmu pada nenekku."
"Huh, kau pasti menceritakan hal-hal buruk tentangku pada nenekmu sebagai bahan gosip!" cibir Arun.
"Memang! Haha!" Viona tertawa.
Viona memandangi fotonya yang sedang duduk di samping sang nenek.
Ia jadi teringat kenangan saat tiap hari menceritakan tentang pria yang saat ini sedang berkeliling melihat-lihat keadaan rumahnya.
Tak bosan-bosannya Viona menceritakan pemuda yang kala itu benar-benar disukai olehnya.
Seseorang yang membuat Viona rela melakukan apa saja demi pemuda itu.
Pemuda yang waktu itu berkali-kali menolak perasaan Viona, membuat Viona menangis berderai air mata dan terluka. Namun keesokan harinya, ketika pemuda itu menyapanya tanpa rasa bersalah, rasa sakit hati dan luka Viona seketika sembuh.
Dan siapa yang akan menduga bahwa pria yang dulu menolak Viona habis-habisan, kini bahkan sudah terikat perjanjian dengannya.
Mereka akan menikah, dan itu sungguh di luar prediksi BMKG.
Viona menghela napas, jika saat ini neneknya masih hidup, akankah nenek mendukung keputusannya untuk menikah dengan pria yang dulu sudah menghancurkan hidup Viona?
"Hei! Ayo kita pergi!"
Suara pria itu membuat Viona terkejut, pigura ditangannya hampir jatuh meluncur. Untunglah Viona dengan cepat segera menangkapnya.
"Kenapa kau malah bengong? Mau bernostalgia sampai kapan?" cibir Arun.
"Ih, siapa yang bengong sih," gerutu Viona.
Viona segera memasukkan pigura foto itu ke dalam tas, tak lupa pakaian dan beberapa barang yang sudah dikemasnya.
Saat ini Viona hanya berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertemu orang tuanya lagi.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments