011 - Mencari Solusi

"Pak Hadian, kenapa kakekku sampai datang kemari? Bukankah sudah kukatakan jangan sampai kakekku tahu?"

Arun berbisik ke arah Pak Hadian yang berada di sampingnya. Ia benar-benar harus menahan rasa kesalnya kepada pengacara keluarganya itu. Arun sendiri berencana meminta bantuan kepada Pak Hadian untuk menyelesaikan masalahnya ini tanpa perlu diketahui oleh sang kakek.

"Arun, tadi saya dan Pak Sutopo sedang berdiskusi bersama, tiba-tiba kau menelepon seperti itu," sahut Pak Hadian dengan suara yang rendah.

Arun mendelik gusar, terlebih saat sang kakek, Pak Sutopo, yang memiliki wajah garang dengan jenggot memutih selalu tertata rapi, begitupula dengan rambutnya sudah memutih sebagian.

Pria berusia tujuh puluhan itu berjalan tegap meski harus dibantu tongkat kayu jati mengilap dengan aksesori berupa batu akik berwarna biru gelap yang juga mengilap pada bagian pegangannya.

Arun terdiam melihat kakeknya yang mengetuk-ngetukkan tongkat itu ke lantai. Sebuah pertanda buruk yang sudah terekam dalam ingatannya. Saat masih kecil, jika kakeknya sudah mengetuk-ngetuk tongkat ke lantai, tongkat itu bisa melayang ke arahnya bahkan sebelum ia sempat mengerjapkan kelopak mata.

"Ka-kakek! A-aku, aku bisa jelaskan! Aku bisa jelaskan semuanya!" Arun segera bicara sebelum kakeknya melayangkan tongkat itu.

"Bicara yang jelas!" tuntut Pak Sutopo.

Viona tersentak kaget mendengar suara berat menggelegar. Aura pria tua itu sungguh mengintimidasi dan membuat semua orang benar-benar ketakutan, tak terkecuali cucunya yang tadinya terlihat santai kini menciut seperti tikus tercebur selokan.

Arun meneguk ludahnya, ia benar-benar harus berpikir cepat. Bagaimana cara menjelaskan semua ini kepada kakeknya?

Tertangkap basah lantaran diduga berbuat mesum bersama seorang wanita jelas telah mencoreng nama baik keluarganya.

Memberi penjelasan yang sebenarnya pun pasti tidak akan ada yang percaya jika sudah tertangkap basah seperti ini.

Meminta bukti bahwa dirinya sedang dijebak pasti akan sangat sulit jika pelaku yang menjebaknya ternyata malah menuduh balik Arun.

Ia harus cepat memikirkan sesuatu yang tentu saja akan menyelamatkan dirinya untuk saat ini.

"Ehem, Kakek, sebenarnya ini sungguh hanya kesalahpahaman saja," sahut Arun.

"Sudah salah, masih saja berkilah," cibir seorang polisi yang begitu julid.

"Salah?" tanya Pak Sutopo ke arah polisi julid. "Apa maksudnya?"

"Ya, cucu Anda itu salah! Berbuat mesum di tempat yang salah! Tapi masih saja berkilah!" sahut sang polisi semakin julid.

Viona mendelik gusar ke arah  polisi julid berperut gendut yang pasti sengaja mencari masalah.

Apa yang dikatakan oleh Sutopo itu benar! Ini pasti cuma salah paham! Batin Viona.

"Untuk apa aku harus berbuat mesum kepada kekasihku sendiri? Toh, kami akan segera menikah!" sahut Arun dengan santainya.

Belum sempat Viona menyahut, tiba-tiba Arun langsung merangkul bahu Viona.

Arun bisa melihat semua orang terperangah mendengar pengakuannya. Pengakuan palsu yang memang harus diambil lantaran terdesak oleh keadaan.

"Su-Sutopo, a-apa maksudmu?" bisik Viona.

"Lebih baik kau diam jika kau memang mau selamat," balas Arun yang juga berbisik.

...*****...

Viona benar-benar merasa luar biasa tegang saat memasuki sebuah restoran tempat ia mendapat undangan makan siang mendadak dari kakeknya Sutopo.

Pria itu sungguh benar-benar telah menjerumuskan Viona ke dalam masalah yang sepertinya akan lebih besar lagi. Terlebih saat pria itu mengaku menjadi kekasih Viona dan mereka akan menikah.

Kenapa Arun sampai berbohong seperti itu? Dan mengapa kebohongannya sampai harus sejauh itu?

Viona segera duduk di kursi yang berada di samping Arun, berseberangan dengan Pak Sutopo yang duduk di hadapan mereka.

"Jadi, sudah berapa lama kalian berhubungan?" tanya Pak Sutopo.

Mata pria itu masih tajam meski wajahnya sudah dipenuhi garis-garis penuaan yang nyata. Pria tua itu menatap bergantian pada sejoli yang tiba-tiba secara mengejutkan mengumumkan pernikahan.

"Kakek, ini bukan masalah berapa lama kami berhubungan, toh, kami memang sudah serius," sahut Arun.

Viona benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukannya. Mengapa kebohongan pria ini makin menjadi-jadi? Mengapa ia tidak bisa jujur pada kakeknya?

"Jadi, kapan kalian akan menikah?" tanya Pak Sutopo lagi.

Viona menatap ke arah Arun yang masih memasang ekspresi santai meski terus berbohong.

"Secepatnya! Secepatnya, Kakek!" sahut Arun dengan cepat.

Viona mendelik gusar, kebohongan lain yang kembali terlontar. Begitulah, saat berbohong sekali, pasti akan memunculkan kebohongan-kebohongan lain.

"Apa kau sedang hamil?" tanya Pak Sutopo ke arah Viona. "Sudah berapa bulan?"

"Kakek, apa hamil menjadi alasan untuk menikah?" potong Arun.

"Huh! Memangnya apa alasan seseorang mendadak menikah kalau tidak hamil? Bukankah kau sendiri bahkan menolak untuk menikah saat kakek mengaturkan perjodohan untukmu?"

Pertanyaan Pak Sutopo begitu tajam, Viona hanya bisa melirik ke arah Arun yang masih tetap memasang ekspresi santai.

"Kakek, aku memang tidak mau dijodohkan! Aku sudah bilang akan menikah dengan wanita yang kupilih sendiri! Dan, inilah dia wanita yang kumaksud!" 

Arun kembali merangkul bahu Viona lalu mengusap-usap kepala Viona. Viona merasa geli, ia terkekeh lalu mendorong pelan tangan pria itu.

"Hehe," Viona terkekeh.

Sudah cukup berbohongnya! Dasar laki-laki pembohong!

"Jadi, Kakek tidak punya alasan untuk menentang pernikahan kami karena inilah bentuk tanggung jawabku," sahut Arun lagi.

Pak Sutopo nampak tidak berucap lagi, alisnya berkerut-kerut seirama dengan kerutan di dahinya. Pria tua itu jelas menyembunyikan kemarahan. Kemarahan yang tak bisa ia luapkan lantaran tidak mungkin beliau memukuli cucunya di hadapan calon istri cucunya.

Pak Sutopo beranjak dari tempat duduk. Pria itu pun pergi tanpa mengatakan apa pun lagi bersama dua orang pengawal pribadi yang selalu berjaga di sisinya.

"Sutopo!" 

Viona memukul pria di sampingnya dengan keras.

"Aduh!" Arun mengaduh sambil mengusap lengannya berkali-kali.

"Apa kau sudah gila? Kenapa kau berbohong seperti itu?! Kalau kau ini pinokio, hidungmu sekarang pasti sudah sepanjang garis khatulistiwa!" sembur Viona.

"Hei! Kau ini sungguh tidak tahu berterima kasih! Aku berbohong seperti ini demi kebaikan kita bersama!"

"Aku sudah meminta pengacara kakekku untuk membantu menyelesaikan masalah ini! Mulai dari permintaan untuk menurunkan semua berita yang sudah terlanjur viral di media sosial, hingga masalah hukum yang berlaku!" tukasnya.

"Dan sekarang yang harus kau lakukan adalah kau harus membantuku mewujudkan semua kebohonganku!" 

"A-apa?!" Viona terperangah. "Kenapa aku harus membantumu?" 

"Tentu saja harus! Kau kan juga terlibat dalam masalah ini, sehingga kau harus turut bertanggung jawab! Kau harus menikah denganku!"

"Ti-tidak! Aku tidak mau! Aku tidak mau menikah denganmu, Sutopo!" sergah Viona.

"Kau tidak punya pilihan untuk menolak! Atau kau memang lebih suka berita viral itu kembali mencuat di media sosial dan semua orang akhirnya tahu, bahwa kaulah orang mesum itu!" ujar pria itu dengan entengnya.

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!