013 - Jebakan Untuk Aran

"Ayah!"

Setengah berlari Trias menghampiri Pak Sutopo yang sedang melakukan ritual merawat tongkat jati kesayangannya. Setiap hari Pak Sutopo memang kerap meluangkan waktu untuk sekadar membersihkan tongkat itu. Pria tua itu dengan telaten mengelap setiap permukaan tongkat yang sudah diberi cairan khusus pembersih kayu dengan kain micro fiber.

"Ayah harus berpikir ulang dalam mengambil keputusan bahwa Ayah hanya mewariskan seluruh warisan Ayah kepada cucu Ayah! Bocah nakal itu bahkan sudah mencoreng nama baik keluarga kita!"

Trias bicara dengan urat lehernya yang mengembang dua kali lipat. Reni yang mendampingi Trias memasang raut wajah cemas yang terlihat jelas.

"Aran yang bahkan selalu Ayah unggulkan ternyata hanyalah bocah yang bahkan tidak bisa menahan hasrat biologisnya!"

"Lalu, Arun! Cih, bocah itu bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik! Bisa-bisanya Ayah berpikir untuk menyerahkan seluruh warisan Ayah kepada bocah-bocah tidak berguna itu!"

Trias terus mencecar, Reni menarik senyumnya. Ia bangga karena Trias sudah menghafal seluruh  skenario yang sudah disiapkannya.

"Sayang, tenanglah," Reni mengusap-usap punggung Trias untuk menenangkannya.

"Ayah, aku meminta kebijaksanaan Ayah! Cabut hak kedua bocah tak tahu diri itu dari daftar calon penerima warisan Ayah ayah!" tandas Trias.

Pak Sutopo hanya menatap sekilas ke arah Trias, namun perhatiannya kembali terfokus pada tongkat kesayangannya. Pria tua itu masih tetap sibuk menggosok tongkat tersebut hingga luar biasa licin dan mengilap. Pegangan tongkat yang terbuat dari batu akik berwarna biru gelap itu tak luput dari sekaan kain lain dengan cairan pembersih khusus batu.

"Ayah!" geram Trias yang merasa diabaikan.

"Hmm, Trias, kau ini bicara apa?" tanya Pak Sutopo tanpa teralihkan dari batu di pegangan tongkatnya.

Trias dan Reni saling berpandangan.

Apa orang tua ini sudah pikun?! Trias membatin.

Apa orang tua ini sudah tuli? Batin Reni.

"Ehem, Ayah," Reni berdeham. "Maksud Trias, sepertinya Ayah harus mempertimbangkan ulang keputusan Ayah dalam menunjuk ahli waris yang nantinya akan menerima seluruh warisan Ayah."

"Menurut kami, Aran dan Arun masih terlalu muda. Mereka masih belum bisa berpikir dan bertindak dengan lebih baik. Buktinya Aran bahkan sampai tersandung skandal perbuatan asusila. Siapa yang bisa menduga bahwa Aran yang begitu sempurna ternyata masih bocah yang belum bisa mengendalikan hasratnya," lanjut Reni.

"Belum lagi Arun, Arun sungguh persis seperti Kak Surya yang kurang bertanggung jawab terhadap hidupnya. Jadi, tolong pertimbangkan lebih jauh lagi. Apa jadinya jika kedua bocah yang bahkan tidak bisa bertanggung jawab terhadap dirinya harus bertanggung jawab terhadap keluarga besar kita?"

Reni berusaha menjabarkan sedetail mungkin kepada orang tua yang sudah dianggapnya mengalami pikun.

"Trias, Reni," ucap Pak Sutopo.

Pria tua bermata tajam itu melemparkan pandangannya kepada dua orang di hadapannya.

"Aku justru memberi mereka kesempatan untuk bertanggung jawab dengan apa yang kuserahkan kepada mereka."

"A-apa?!" geram Trias.

Trias mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.

"Tanggung jawab untuk menemukan cincin dari cinta pertama Ayah?! Itu yang Ayah sebut dengan tanggung jawab?!"

"Ayah sudahlah! Untuk apa terus-menerus memikirkan cinta pertama Ayah? Sudah cukup Ayah menyakiti ibu karena Ayah masih terus saja terobsesi dengan cinta pertama Ayah!"

"Apa hingga kini Ayah juga masih tetap melanjutkan obsesi pencarian cinta pertama Ayah kepada para bocah tidak berguna itu?"

"Apakah itu bentuk tanggung jawab yang Ayah berikan kepada para cucu Ayah itu?"

Trias mencecar pertanyaan kepada Pak Sutopo.

"Trias cukup!" Pak Sutopo memberi perintah.

"Tidak, Ayah! Aku tidak akan berhenti sampai aku merasa mendapatkan keadilan!" sergah Trias.

Emosi pria paruh baya itu benar-benar tersulut.

"Paman, Bibi! Semua itu terserah Kakek! Toh, harta yang akan diwariskan Kakek adalah harta Kakek! Bukan harta kalian!"

Trias dan Reni terkejut mendengar suara seseorang yang menggema di belakang mereka.

"Arun!" geram Reni dan Trias.

Mata keduanya segera mengikuti sosok keponakan mereka yang selalu bersikap santai. Tipikal anak bandel yang selalu membantah perintah orang tua.

"Jadi, terserah Kakek mau membaginya seperti apa, dengan cara bagaimana, untuk siapa saja, itu bukan hal yang bisa kalian atur dan tentukan sesuai dengan apa yang kalian inginkan!"

Arun segera duduk di sofa dengan seringaian mencemooh.

"Tutup mulutmu!"

Emosi Trias makin tersulut, Reni berusaha menahan Trias.

"Sayang!" Reni mencengkeram erat lengan Trias.

Reni sendiri merasa geram dengan Arun, namun ia berusaha untuk tersenyum.

"Arun, sungguh kebetulan sekali kau datang. Apa yang membawamu kemari? Apa kau juga mau mengadukan skandal yang dibuat oleh Aran kepada kakek?" tanya Reni.

"Skandal?" Alis Arun berkerut.

"Ya, skandal Aran yang berbuat mesum di tempat umum sungguh mencoreng nama baik keluarga kita. Bibi sungguh tidak menyangka Aran bisa berbuat rendah begitu," lanjut Reni.

"Oh begitu. Tapi sayang sekali aku tidak tertarik dengan masalah Aran, Bibi," sahut Arun.

Reni menahan napasnya, rasa kesal menjalar kembali di tubuhnya.

"Jadi, mau apa kau kemari?" tanya Trias.

"Yah, karena Paman dan Bibi kebetulan ada di sini sekarang, aku mau mengumumkan rencana pernikahanku," jawab Arun.

"Apa?!" seru Trias dan Reni.

"Dan aku harap Paman dan Bibi bisa membiarkan aku bicara berdua saja dengan kakek," pinta Arun.

Trias dan Reni masih terperangah, sebelum akhirnya Reni menarik mundur Trias.

Setelah memastikan bahwa paman dan bibinya pergi dengan kondisi tercengang, Arun kembali menghadap Pak Sutopo.

"Kakek, jelaskan padaku, apa yang paman maksud dengan cincin cinta pertama Kakek?" tanya Arun.

"Tadi kebetulan aku mendengar paman bicara begitu."

Pak Sutopo masih diam.

"Yah, aku memang merasa bahwa pencarian cincin itu sedikit aneh. Pasti ada sesuatu pada cincin itu sampai Kakek membuat sayembara seperti ini. Pasti ada maksud lain dari pencarian cincin itu kan?"

"Kakek bisa saja mencari cincin itu sendiri tanpa perlu aku atau pun Aran."

Pak Sutopo mengetuk-ngetuk jarinya di atas permukaan pegangan tongkatnya yang terbuat dari batu akik berwarna biru gelap.

"Ya, Kakek memang memiliki maksud dan tujuan untuk misi yang Kakek berikan pada kalian," ujar Pak Sutopo pada akhirnya.

"Kakek berencana untuk mewariskan seluruh harta warisan Kakek kepada salah seorang di antara kalian yang lebih dulu menemukan cincin itu. Jika pemilik cincin itu adalah seorang wanita lajang, maka kalian harus menikah dengannya," Pak Sutopo menjelaskan.

"Haha sudah kuduga!" Arun tertawa. 

Pak Sutopo memicingkan kedua matanya.

"Ehem, Kakek, apa cincin itu sungguh berharga?"

"Janji yang ada pada cincin itu jauh lebih berharga daripada cincin itu sendiri."

"Makanya, Kakek berikan semua harta yang Kakek miliki kepada kalian yang bisa memenuhi janji Kakek pada si pemilik cincin," lanjut Pak Sutopo.

Arun terdiam, mengamati kakeknya yang menatap nanar ke arah batu akik dalam genggaman kakeknya.

"Tapi Kakek, aku masih tetap berhak menjadi kandidat kan? Yah, misalkan aku menemukan cincin itu lebih dulu, aku tetap akan mendapat seluruh warisan Kakek kan?"

"Aku tentu tidak mungkin menikah dengan wanita pilihan Kakek, karena aku sudah menikah dengan kekasihku."

Pak Sutopo menatap lurus ke arah Arun.

"Bagaimana kalau begini saja, seandainya aku menemukan cincin itu, aku yang mendapatkan warisan, dan Aran yang akan menikahi wanita itu," usul Arun.

"Arun, kenapa kau jadi pihak yang mengatur?" tanya Pak Sutopo.

"Aku hanya memberi saran, Kek," protes Arun.

Arun meringis ke arah Pak Sutopo.

"Jadi, Kakek, bisakah Kakek membiayai pesta pernikahanku?" 

"Tidak!" jawab Pak Sutopo dengan tegas.

"Kakeek!" keluh Arun.

"Pernikahanmu adalah tanggung jawabmu!" 

"Kakek! Tolonglah, aku tidak punya uang!"

"Ya kalau tidak punya uang, cari sana!"

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!