"Vio, dari mana kamu? Kenapa baru pulang sekarang?"
Viona terpaku begitu ibunya menghadang di depan pintu masuk rumah.
"Kamu ini, Viona! Sudah tidak pulang, tidak memberi kabar juga! Kamu membuat Ayah dan Ibu cemas saja!"
Pak Ronal ikut muncul di depan pintu, menghalangi jalan masuk.
"I-ibu, A-ayah, maaf, a-aku ada urusan dan baterai ponselku habis," jawab Viona terbata.
Viona jelas tidak bisa bicara hal yang sejujurnya. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa semalam kejadian yang benar-benar gila sudah menimpanya. Terbangun dalam keadaan tanpa busana bersama seorang pria yang kemudian menjadi viral di media sosial sebagai pasangan mesum.
Bu Inaya dan Pak Ronal saling berpandangan, tak serta merta mereka langsung percaya apa yang disampaikan oleh Viona.
Viona membungkuk, berjalan pelan melewati kedua orang tuanya dengan perasaan takut. Ia benar-benar berharap, berita viral tentangnya sudah benar-benar diturunkan bahkan hilang dari media sosial.
Sebuah mobil terhenti di depan rumah, Sany bergegas turun dari mobil, setengah berlari ia berseru.
"Ibu! Ayah!"
"Sany, ada apa teriak-teriak begitu?" tanya Bu Inaya menyambut Sany.
"Ibu, Ayah, apa sudah ada berita dari Vio?" tanya Sany.
"Apa sih maksudmu, Sany?" tanya Pak Ronal.
"Ibu, Ayah, coba lihat, apa ini benar-benar Vio?" Sany menunjukkan gawai cerdasnya.
"Dari berita yang beredar di grup percakapan, katanya mereka adalah pasangan yang berbuat mesum di parkiran sebuah hotel mewah! Katanya beritanya sudah dihapus, tapi masih ada yang sempat menyimpan videonya."
Bu Inaya dan Pak Ronal terpaku melihat video berdurasi tiga puluh detik yang direkam secara amatir. Nampak seorang wanita keluar dari sebuah mobil mewah dengan keadaan linglung. Dan wajah Viona terekam sekilas saat menoleh di akhir video.
"Vio!" seru ayah dan ibu dengan suara menggelegar.
...*****...
Viona berjalan dengan tertunduk lesu sambil menyeret koper. Ia terpaksa harus pergi dari rumah lantaran diusir oleh kedua orang tuanya. Bu Inaya dan Pak Ronal benar-benar sangat marah hingga menghukum Viona untuk pergi dari rumah.
Hanya kantor saja yang bisa menjadi tempat tujuan untuk menginap malam ini sambil mencari tempat tinggal. Viona tidak mungkin mau merepotkan Memel lantaran Memel pun masih tinggal bersama adiknya di sebuah kos, sekamar berdua.
Viona duduk di meja kerjanya usai membawa sebuah mie cup yang telah diseduh dengan air panas. Sembari menunggu mie-nya matang, Viona membuka laman berita viral tentangnya. Menurut pria itu, pengacaranya sudah meminta agar portal berita tersebut menurunkan artikel itu. Namun mengapa Sany justru masih bisa mendapat videonya?
Viona mengklik artikel pasangan mesum yang muncul di beranda pencarian.
"Dasar sialan! Katanya beritanya sudah tidak ada! Dasar penipu!" maki Viona.
Viona melempar gawai cerdasnya ke atas meja dengan frustrasi. Ia benar-benar sangat frustrasi sampai tidak tahu harus melakukan apa.
Diusir dari rumah, tidak punya uang, tidak punya tempat tinggal, dan tidak punya rencana apa pun.
"Hiks.." tangisnya sambil mengaduk mie cup.
Selera makannya benar-benar hilang meski aroma mie sangat menggoda.
...*****...
Viona keluar dari kantor tempat ia menggadaikan cincin milik nenek. Ia terpaksa melakukannya lantaran tidak punya uang. Gaji bulan depan tentu tidak bisa dimintanya dari Mas Gede. Sementara ia harus memiliki uang tambahan untuk membayar sewa kos yang akan dicarinya nanti.
Gawai cerdas Viona berdering, nama Sutopo muncul di layar.
Viona sebenarnya enggan untuk menjawab lantaran semalam Viona berusaha menghubungi pria itu namun pria itu tidak menjawab pesan atau pun teleponnya.
"Halo," jawab Viona terpaksa.
"Mari kita bertemu."
...*****...
Viona selalu merasa kesal setiap kali harus melihat sosok pria yang dibencinya hingga ke sumsum tulang. Pria itu dengan rambut acak-acakan, kaus oblong berwarna putih, dipadukan dengan celana jeans yang sudah robek di kedua lututnya. Sialnya meski penampilannya begitu sederhana, namun tetap memancarkan aura mewah dari ketampanannya yang tak terbantahkan.
Berhenti mengagumi pria penipu penuh kebohongan itu! Batin Viona memberontak.
Saat ini pria penuh dusta itu sedang menyantap makanan sederhana di sebuah warteg yang secara otomatis jelas menyita perhatian pengunjung.
Viona duduk di sampingnya begitu pria itu menggeser posisi, memberi ruang untuk Viona duduk.
Duk..!
Viona memukul lengan pria itu dengan gawai cerdasnya.
"Aduh! Hei! Apa yang kau lakukan? Kau ngajak bertengkar ya?!"
"Dasar pembohong!" cibir Viona.
"Pembohong? Apa maksudmu?"
Arun mengusap lengannya sambil memasang sikap defensif.
"Kau bilang, pengacaramu sudah menurunkan berita viral tentang kita! Tapi nyatanya, berita itu masih ada!" cecar Viona.
Viona menunjukkan berita viral itu. Arun berdecih pelan.
"Cih! Begitulah, jejak digital tidak bisa terhapus, tapi kalau kau klik tautannya, beritanya sudah tidak ada lagi."
Arun menunjukkan layar gawai cerdas yang berisi pencarian gagal.
"Ya, tapi kenapa videonya masih tersebar? Apa kau tahu, aku sampai diusir dari rumah gara-gara video itu!" keluh Viona.
"Ya, mana kutahu! Kita tidak bisa menghapus semua video yang sudah diunduh oleh semua orang! Kecuali mereka semua menghapusnya dengan kesadaran sendiri! Yah, jejak digital memang kejam!" sahut Arun dengan entengnya.
Viona menghela napas berat, rasanya ia benar-benar bisa gila karena harus berurusan dengan pria yang menguras seluruh energinya.
"Baiklah, sekarang kita harus membicarakan masalah pernikahan kita," tukas Arun sambil menyuapkan telur dadar ke mulutnya.
Viona mendelik gusar. Bisa-bisanya pria itu membicarakan masalah pernikahan dengan mulut penuh nasi dan telur dadar.
"Tunggu, apa sungguh tidak ada jalan lain lagi kecuali dengan pernikahan?"
Viona menatap Arun dengan tatapan skeptis.
"Jujur saja, aku tidak mau menikah denganmu karena aku membencimu! Aku tidak bisa membayangkan harus hidup bersama orang yang kubenci seumur hidupku!"
"Lantas, menurutmu bagaimana? Apa kau punya cara lain?" tanya Arun.
"Pasti ada cara lain, misalnya dengan memeriksa rekaman cctv, atau biasa di mobil-mobil mewah, pasti ada hasil rekaman kamera dalam mobil. Karena aku yakin, aku tidak mungkin dengan kesadaran penuh, bersedia untuk tidur bersamamu!" jawab Viona diplomatis.
Arun menyeringai, seringaiannya terlihat mencemooh.
"Kalau aku bisa meminta rekaman cctv, atau rekaman dari kamera dashboard, aku rasa aku tidak perlu meminta bantuan dari pengacara kakekku! Masalahnya, rekaman cctv di area parkir tidak ada karena malam itu ada maintenance seluruh kamera pengawas dan sempat ada pemadaman listrik akibat korsleting. Kemudian, berhubung mobil itu bukan milikku, aku sempat mematikan rekaman kamera agar posisiku tidak bisa terlacak," beber Arun.
"A-apa?! Mobil itu bukan milikmu? Maksudmu, itu mobil curian?!" sergah Viona.
Arun menggeleng. "Bukan, aku hanya meminjamnya dari saudaraku. Tapi, aku memang tidak berniat mengembalikannya dalam waktu dekat."
"Dasar pria gila!" cibir Viona.
"Aku sungguh tidak peduli meski kau membenciku. Toh pernikahan ini hanya menjadi alasan untuk mendapat bantuan dari pengacara kakek. Kau membenciku dan aku tidak menyukaimu, bukankah itu sungguh sempurna?"
"Apa kau sungguh cemas tidak mau menikah denganku, karena kau takut jatuh cinta padaku? Kau tenang saja, aku tidak mungkin mencintaimu! Aku sudah punya cinta lain yang kujaga! Haha!"
Viona mencebik mendengar betapa memuakkan rasa percaya diri pria itu.
"Cih!" Viona berdecih.
"Baiklah, kalau begitu, aku minta perjanjian tertulis! Aku tidak mau kau menipuku seperti yang sudah-sudah!" tandas Viona.
"Menipumu seperti yang sudah-sudah?"
"Hei, mana mungkin aku lupa! Kau bahkan sudah menipuku sejak lima belas tahun yang lalu!"
"Kau bilang dulu akan menjadi pacarku..ah sudahlah, itu sudah masa lalu! Itu salahku yang terlalu gampang percaya padamu, tanpa ada bukti tertulis!" geram Viona.
"Ya, ya, baiklah, mari kita susun saja perjanjian itu!" sahut Arun.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments