Tok..tok..tok..tok...
Terdengar suara ketukan berulang disertai dengan suara sayup-sayup yang ramai terdengar.
Masih dengan mata terpejam, Viona menggeliat. Rasanya aneh sekali, ada rasa nyaman dan hangat yang membuatnya enggan untuk membuka mata.
Yang terlintas dalam pikirannya saat ini, apakah selama ini tempat tidurnya senyaman ini?
Tiba-tiba Viona merasakan ada yang aneh. Ia mendengar suara detak jantung yang terdengar jelas di telinganya. Bagaimana bisa jantungnya pindah ke telinga?
Viona membuka paksa matanya. Hal pertama yang langsung menjadi pusat perhatiannya adalah saat ini ia tidak sedang berada di dalam kamarnya sendiri. Nampak banyak orang yang berada di sekelilingnya dengan pembatas berupa kaca jendela gelap. Orang-orang menggedor kaca jendela dengan gawai cerdas yang terarah padanya.
Viona mendongak dan menjerit tiga detik kemudian sesaat matanya menangkap sosok pria yang sedang tidur sambil memeluknya.
"Kyaaa..!"
Viona menjerit, mendorong keras pria yang memeluknya lalu mencari-cari pakaian yang berserakan di lantai untuk menutupi tubuh polosnya.
Oh tidak! Batin Viona menjerit lantaran perutnya langsung terasa melilit.
Mendapati dirinya terbangun dalam keadaan tanpa busana bersama seorang pria jelas bukanlah pagi yang menyenangkan. Terlebih pria itu adalah pria yang begitu dibencinya.
Arun terbangun saat kepalanya terbentur, ia juga mendengar jeritan keras yang memekakkan telinga disertai dengan suara-suara sumbang lain yang membuat kepalanya makin sakit.
Arun tersentak kaget saat matanya sudah terbuka lalu melihat betapa kacaunya keadaan di sekelilingnya.
Seorang wanita tanpa busana yang berada di sampingnya masih menjerit histeris sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan pakaian yang berserakan di lantai.
Kemudian semua orang yang saat ini sedang berada di sekelilingnya, berseru sambil mengarahkan gawai cerdas mereka.
"Whaat the..?!"
Arun tersentak kaget saat menyadari bahwa ia juga sedang dalam keadaan tanpa busana. Ia menyambar celana panjang yang berserakan di kursi depan.
"Sutopo! Ada apa ini?! Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Viona begitu kalut.
"Aku tidak tahu!" sahut Arun dengan kesalnya.
Viona harus segera memakai pakaiannya. Rasanya sungguh memalukan saat harus memakai baju sekaligus menjadi bahan tontonan semua orang.
Oh tidak! Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana bisa aku dan Sutopo seperti ini? Batin Viona begitu gusar.
"Buka! Cepat turun!" desak orang-orang.
"Sutopo! Cepat lakukan sesuatu!" desak Viona.
"Apa?! Kenapa aku?!" Arun terperangah.
"Cepat turun atau akan kami paksa!" seru orang-orang.
Di tengah kepanikan, Arun dengan cepat memakai celana dan kausnya. Setelah itu akhirnya ia keluar dari mobil.
Semua orang yang mengacungkan gawai cerdas mereka seketika mendadak jadi wartawan dadakan.
Terlebih saat Viona akhirnya ikut dipaksa turun dari mobil oleh petugas keamanan yang langsung menggiring mereka ke ruang keamanan untuk menjalani pemeriksaan terkait dugaan melakukan tindakan mesum di tempat umum.
Mereka dipergoki oleh salah satu tamu yang kebetulan hendak keluar dari parkiran. Saat melihat ke dalam mobil melalui kaca depan ia menyaksikan ada pasangan yang tidur di dalam mobil dalam keadaan tanpa busana, si tamu langsung memanggil petugas keamanan.
Dalam sekejap semua orang langsung terpanggil untuk ikut memastikan bahwa memang ada pasangan mesum yang berbuat tak senonoh di dalam mobil.
Viona benar-benar hanya bisa menunduk dengan rambut panjangnya terurai menutupi wajah demi menghindari sorotan kamera dari gawai cerdas yang sudah siap membuatnya viral di media sosial.
...*****...
"Kenapa kalian harus berbuat mesum di tempat umum? Di lantai atas hotel banyak kamar yang tersedia!" tanya petugas polisi yang langsung menginterogasi mereka.
Arun dan Viona terdiam, mereka berdua kehilangan kata-kata. Saat ini Viona bahkan hanya bisa menunduk. Ia benar-benar sangat malu. Berita tentang pasangan mesum ini pasti sudah viral di media sosial.
"Apa kalian tahu perbuatan mesum kalian di tempat umum bisa dituntut oleh pihak manajemen hotel karena sudah mencemarkan nama baik hotel?!" lanjutnya.
"Ka-kami tidak melakukan a-apa apa, Pak," ucap Viona tergagap.
"Su-sungguh, a-aku tidak tahu, Pak!" Viona memelas.
Viona menoleh ke arah Arun yang masih bungkam. Pria itu hanya bisa mengerutkan keningnya.
"Sutopo! Lakukan sesuatu! Kenapa kau hanya diam saja?!" Viona bicara dengan suara rendah sambil menepuk lengan pria itu.
Arun tidak menanggapi Viona, saat ini ia diam lantaran sedang berpikir keras. Mengapa ia bisa mengalami hal ini?
Tiba-tiba terbangun sudah dalam keadaan polos bersama seorang wanita. Ia bahkan tidak mengingat apa pun. Semalam ia hanya mengingat kegelapan yang mendadak menyelimutinya.
Ini aneh! Sungguh aneh! Ini seperti jebakan!
Ya, seseorang pasti berencana menjebaknya. Tapi siapa?
"Kalian harus memberi keterangan yang lengkap dan sejelas-jelasnya," ujar pak polisi dengan sikap penuh intimidasi.
"Pak, sungguh! Saya tidak tahu!" sahut Viona.
Viona benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Kepalanya seakan sedang ditutupi oleh kabut tebal. Ia bahkan terlalu takut untuk menghubungi orang tuanya.
"Tidak tahu! Tidak tahu! Alasan saja!" cibir pak polisi.
"Pak, sungguh! Saya tidak berbohong! Saya mengatakan apa adanya!" Viona menekankan.
"Alah! Dasar pasangan mesum tidak punya modal!"
"Tapi Pak.."
"Sudahlah! Kalau sudah salah ya salah!" cibir Pak polisi.
Arun masih memikirkan segala kemungkinan bahwa saat ini memang ada pihak yang menjebaknya. Tapi siapa, itulah yang menjadi permasalahannya.
Apa wanita yang sedang menangis di sampingnya ini adalah pelaku yang menjebaknya?
"Jadi kalian tetap tidak mau bicara yang sejujurnya?" desak para polisi.
"Pak, sungguh, saya..saya sudah berkata sejujurnya."
Viona berusaha menenangkan diri, namun tangisnya yang pecah tak bisa dihindarinya.
"Saya tidak akan memberikan keterangan apa pun. Biar pengacara saya saja yang bicara," ucap Arun pada akhirnya.
...*****...
Viona benar-benar hanya bisa menahan diri agar tidak menangis, ia menangis bukan karena merasa sedih. Namun ia sungguh malu lantaran membaca pesan yang dikirimkan oleh Memel melalui sebuah tautan. Saat ini berita tentang pasangan mesum yang terciduk di parkiran sebuah hotel sudah menjadi topik utama.
Ia benar-benar berharap, tidak akan ada seorang pun yang mengenalinya dalam berita viral itu.
Beberapa saat kemudian, Viona melihat kedatangan seorang pria paruh baya yang langsung disambut oleh Arun.
"Arun," pria itu menghampiri Arun.
"Pak Hadian, tolong bantu selesaikan ini," Arun memohon.
"Iya, saya akan bantu, tapi ada apa ini?" tanya Pak Hadian.
"Pak Hadian, pastikan kakekku tidak mengetahui hal ini," pinta Arun.
"Mengetahui hal apa, Arun?"
Arun terkesiap mendengar suara berat, disertai dengan suara tongkat yang membuat semua perhatian teralih ke arah pria tua yang berjalan menghampiri Arun.
"Ka-kakek!" Arun tercengang kehilangan kata-katanya.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments