009 - Bicara Empat Mata

"Hei Sutopo!" panggil Viona.

Arun yang sedang mengambil minuman langsung menoleh saat mendengar nama Sutopo dipanggil. Saat masih sekolah, semua orang memanggil dengan nama Sutopo lantaran ketengilannya. Para guru yang marah padanya kerap memanggilnya Sutopo hingga akhirnya panggilan Sutopo menempel lekat padanya. Padahal Sutopo sendiri adalah nama kakeknya.

Arun mengerutkan kening, tiba-tiba wanita yang sedari tadi menjadi bahan ejekan teman-temannya akhirnya datang menghampirinya.

"Kita harus bicara empat mata!" ucap Viona.

Arun meneguk es sirup berwarna kuning itu dengan sikap acuh.

"Sutopo, tolong!" ucap Viona berusaha untuk menahan rasa geramnya.

"Apa yang mau kau bicarakan?" tanya Sutopo.

"Cie..cie.. Sutopo."

Aldi, salah seorang teman sekelas mereka yang kebetulan mengambil minuman langsung menggoda mereka berdua.

"Hei, apa sih, cie..cie?!" cibir Sutopo.

Aldi hanya terkekeh sembari mengambil gelas berisi minuman.

"Sutopo! Kita harus bicara untuk meluruskan masalah ini," tandas Viona.

"Masalah apa? Memangnya ada ya?" tanya Arun.

Viona benar-benar merasa gondok dengan sikap Sutopo yang menyulut emosinya. Entah apa yang pernah merasuki Viona, sampai-sampai dulu ia begitu tergila-gila pada Sutopo.

"Sutopo! Kau benar-benar keterlaluan! Bukankah seharusnya kau berhutang maaf padaku?" tandas Viona.

"Apa? Berhutang maaf? Dalam rangka apa?" tanya Arun.

Viona mendelik gusar.

"Pokoknya kita harus bicara!" Viona menegaskan.

Semua mata langsung tertuju pada mereka, bisikan-bisikan yang langsung membuat situasi di antara mereka semakin menegangkan.

"Viona itu, kenapa sih? Masih mencari perhatian Sutopo ya??"

"Apa dia sungguh tidak tahu malu?"

"Baiklah, nanti kita bicara, tapi nanti!" tukas Arun.

Arun segera pergi meninggalkan Viona, berkumpul kembali bersama teman-temannya.

Selesai sesi foto bersama, satu per satu para tamu undangan mulai meninggalkan tempat acara.

Viona mendelik gusar karena ia harus menunggu Sutopo yang masih berbincang-bincang seru bersama beberapa teman.

Memel menarik lengan Viona. Ekspresi wanita itu sudah menunjukkan bahwa ia lelah ikut menunggu.

"Viona, ayo kita pulang saja! Mau sampai kapan menunggu Sutopo?" tanya Memel gusar.

"Aku juga kesal karena menunggu seperti ini," keluh Viona.

"Ini sudah malam dan acara sudah mau berakhir, yuk, kita pulang yuk," ajak Memel.

"Mel, kau pulang duluan saja. Aku masih ada urusan dengan Sutopo!" tukas Viona.

Memel mendelik gusar melihat kegigihan dari Viona.

"Viona! Kalau kau ngotot seperti ini, sungguh aku seperti melihatmu di masa lalu!" keluh Memel.

"Mel, saat ini aku justru ingin mengubah masa lalu itu agar masa depanku juga bisa berubah!" Viona menegaskan.

Memel menatap lurus ke arah Viona. Entah mengapa ia merasa ragu dengan keputusan Viona.

"Viona, apa kau sungguh yakin? Bukankah kau sudah pernah bersumpah-sumpah tidak mau lagi berurusan dengan Sutopo?" tanya Memel penuh selidik.

"Mel, aku yakin, setelah ini, aku tidak perlu lagi berurusan dengan Sutopo! Sumpah!" jawab Viona dengan mantap.

"Hmm, baiklah, kalau begitu aku pamit duluan, aku benar-benar sudah lelah," ucap Memel.

"Ya, hati-hati di jalan, Mel!" sahut Viona.

Viona benar-benar langsung memusatkan perhatiannya ke arah Sutopo. Ia tidak mau sampai kehilangan jejak pria itu. Karena jika pria itu sudah meninggalkan ballroom, sama saja artinya bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Kehadiran Sutopo saat ini pun sungguh di luar prediksi BMKG.

Melihat Sutopo beranjak dari tempat duduk, Viona pun ikut beranjak, begitu pun saat pria itu akhirnya berpamitan dengan teman-temannya.

Viona langsung mengikuti Sutopo dalam jarak aman. Begitu pria itu keluar dari ballroom, Viona langsung mempercepat langkahnya.

"Sutopo!" seru Viona.

Namun seruan Viona sama sekali tidak membuat langkah pria itu terhenti. Bahkan Sutopo berhenti di depan pintu lift, nampak buru-buru menekan tombol lift yang mengarah ke bawah.

"Sutopo!" seru Viona sambil menarik lengan jas pria itu.

"Hei! Lepaskan!" pria itu berusaha menyentak tangan Viona.

"Mau ke mana kau? Kenapa kau malah melarikan diri? Bukankah kita sudah sepakat untuk bicara?" tanya Viona.

Pria itu menoleh ke sekelilingnya, rupanya mereka sudah menjadi pusat perhatian.

"Ikut aku!" Arun bergegas menuju ke pintu darurat.

Viona mengejar pria itu, langkah pria bertubuh tinggi itu jelas membuat Viona kesulitan mengejarnya.

Begitu memasuki pintu darurat, sudah tidak ada yang mengawasi mereka.

"Hei! Berhentilah mengejar-ngejarku! Aku benar-benar muak!" geram Arun.

"A-apa?! Mengejar-ngejarmu? Hei! Yang membuatku harus mengejarmu seperti ini karena kau sendiri yang berusaha kabur! Aku sudah menunggumu, tapi kau malah kabur begini!"

"Lagipula aku tidak mengejarmu, Sutopo! Aku hanya ingin bicara padamu!"

"Apa? Kau mau bicara apa?" tanya Arun. "Jujur saja, aku merasa tidak ada yang perlu kita bicarakan! Terus terang, aku pun tidak mau berbicara denganmu!" tandas Arun.

"Varun Sutopo!" sergah Viona.

Viona benar-benar kesal sampai harus menyebut nama lengkap pria itu.

"Aku harus menegaskan padamu! Mungkin aku memang sangat bodoh di masa lalu. Aku bodoh karena sudah tergila-gila pada pria sepertimu!"

"Tapi, pantaskah aku mendapat perlakuan buruk seperti itu?"

"Semua orang langsung menghujatku lantaran aku menyukaimu! Apakah menyukaimu itu sungguh sebuah kesalahan?"

Arun hanya diam mendengar wanita di hadapannya meluapkan kemarahannya.

"Aku tahu aku benar-benar bodoh. Sudah tahu menyukaimu adalah sebuah kesalahan, tapi aku malah masih ngotot berbuat salah!"

Arun mendelik gusar, mendengarkan wanita itu bicara sungguh membuang-buang waktunya.

Cklek.. pintu darurat terbuka. Seorang karyawan hotel memasuki tangga darurat.

Arun merasa mendapat kesempatan untuk kabur. Ia pun bergegas menuruni tangga darurat.

"Sutopo! Hei tunggu! Aku belum selesai bicara!" seru Viona.

Viona berusaha mengejar pria itu. Viona melepas sepatunya, sulit baginya untuk menuruni tangga dengan cepat sambil memakai sepatu berhak meskipun haknya hanyalah tiga sentimeter.

Arun tak peduli, ia tetap melangkah turun dengan cepat, ke luar dari tangga darurat untuk mencari lift. Namun melihat antrian penumpang yang menunggu di depan pintu lift membuatnya memilih kembali menggunakan tangga darurat.

"Hei! Sutopo! Tunggu! Kita belum selesai bicara!" seru Viona.

"Tidak! Aku tidak mau bicara denganmu! Berhenti mengikutiku seperti ini!" balas Arun.

"Hei, Sutopo! Aku tidak akan mengikutimu seperti ini kalau saja kau bisa diajak bicara baik-baik!" seru Viona.

"Jika kau masih tetap saja membicarakan tentang perasaanmu padaku! Aku sungguh tidak mau membahasnya!"

"Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa aku sama sekali tidak pernah tertarik padamu meski kau mengemis?!" 

Arun menghentikan langkahnya begitu tiba di depan mobilnya. Ia menekan kunci mobil, mobil berkedip pertanda kunci telah terbuka.

"Aku tidak pernah punya perasaan khusus padamu dan jangan pernah berharap!" 

Arun memutar tubuhnya, memandangi wanita yang masih mengekor di belakangnya.

"Jadi, pergilah dan jangan pernah mengganggu hidupku!" tandas Arun.

"Apa?!" Viona terperangah. "Sutopo! Kau jangan besar kepala! Aku akui, aku dulu memang sangat menyukaimu bahkan tergila-gila padamu, tapi itu dulu. Sekarang itu sama sekali tidak berlaku!"

"Aku batalkan semua rasa cinta yang pernah kurasakan dan kuberikan untukmu! Aku membencimu! Sungguh aku membencimu hingga seluruh turunanmu!" tandas Viona.

"Huh! Baguslah kalau begitu!" sahut Arun dengan entengnya.

Viona benar-benar muak dengan pria di hadapannya, ia bergegas berbalik, namun tiba-tiba saja seseorang meringkusnya dari belakang.

Detik berikutnya semua langsung berubah menjadi gelap.

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!