007 - Kondangan ( 2 )

Sebuah mobil mewah terhenti di depan sebuah minimarket. Seorang pria terlihat bergegas masuk ke dalam mobil, melompat dan mendaratkan bokongnya di atas kursi empuk berbahan kulit premium. Kemudian mobil pun mulai bergerak secara perlahan.

Pria itu menyeringai melihat ke arah seorang pria yang duduk sambil berkutat di depan sebuah komputer tablet.

"Terima kasih sudah menjemputku, kupikir kau tidak akan datang, Aran."

Arun menyeringai memandangi penampilan Aran yang selalu dan senantiasa rapi dalam balutan setelan jas hitam dan kemeja putih yang tak dikancing.

"Tidak perlu berbasa-basi begitu, sebenarnya apa yang hendak kau bicarakan?"

Aran sama sekali tak melepaskan pandangannya dari layar komputer tabletnya.

"Hmm, Aran, apa kau menggunakan sayembara untuk menemukan pemilik cincin itu?" tanya Arun.

Aran tak menyahut.

"Oh, kau tidak menggunakan cara itu ya?! Haha," Arun tertawa sinis.

Aran masih tak menyahut, ia membiarkan kakaknya itu berbicara sesukanya.

"Lalu, kau menggunakan cara apa? Apa dengan menerima tawaran dari paman dan bibi?" tanya Arun.

Aran menyingkirkan komputer tabletnya, menyimpan benda pipih itu ke dalam sebuah tas yang menjadi pembatas di antara mereka berdua.

"Arun, aku tidak tertarik menerima bantuan dari siapa pun yang mengklaim bahwa mereka bisa membantuku. Yang bisa kuandalkan hanyalah diriku sendiri," jawab Aran dengan tegas.

"Dirimu sendiri atau dukungan dari kakek?" tanya Arun seraya tertawa sinis.

Aran terdiam sambil membalas tatapan skeptis Arun.

"Aran, aku benar-benar merasa sangat kecewa padamu, jika ternyata kompetisi yang katanya digadang-gadang memiliki tingkat keadilan tinggi namun ternyata hanya bersifat formalitas semata," ucap Arun.

"Aku benar-benar tidak bisa menerima jika hal itulah yang akan terjadi nantinya," lanjut Arun.

"Arun, cukup! Aku tidak ingin berdebat denganmu! Kau cukup tunjukkan saja hasil terbaik dari apa yang sudah kau lakukan tanpa harus melayangkan tuduhan tak berdasar," potong Aran.

"Haha, tuduhan tak berdasar?!" Arun kembali tertawa sinis.

"Arun, sungguh aku tidak ingin kita bertemu hanya untuk saling berdebat dan menuduh!" sergah Aran.

"Hmm, ya, ya, aku tidak menuduhmu. Aku hanya menyampaikan apa yang sudah kudengar langsung dari paman dan juga bibi," sahut Arun.

Aran kembali melayangkan tatapan skeptis, tergambar jelas di wajahnya.

"Hei, pinjamkan aku jasmu!"

Arun membuka paksa jas yang menempel di tubuh Aran.

"Hei! Hei! Kenapa kau harus meminjam jasku? " Aran menahan tangan Arun.

"Sudahlah, pinjamkan saja! Aku tidak punya waktu untuk kembali pulang! Tadi aku bahkan numpang mandi di minimarket, haha!"

Aran lagi-lagi melemparkan tatapan skeptis pada Arun yang berhasil melucuti jasnya.

"Aku pinjam juga sepatumu!"

Arun menarik kaki Aran dan melepas sepatu mengilat yang dipakai Aran.

"Hei! Apa-apaan kau ini?!" sergah Aran.

Kedua sepatunya sudah berhasil dilucuti Arun tanpa perlawanan. Aran tidak mungkin melawan Arun, sementara di kursi depan ada sopir yang berkali-kali mengawasi dari kaca spion.

"Haha! Memang ada untungnya kita punya ukuran tubuh yang sama!"

Arun tertawa sumringah usai memakai sepatu Aran.

"Oh ya, satu hal lagi, pinjami aku mobilmu ini!" perintah Arun.

"Astaga Arun! Apa-apaan kau ini?!" keluh Aran.

"Aran! Kau jangan berpura-pura lupa ya! Kau pikir gara-gara siapa aku harus kehilangan semua fasilitas dari kakek?" cibir Arun.

"Arun! Kau kehilangan semua fasilitas dari kakek karena ulahmu sendiri! Dan itu semua demi kebaikanmu!" tandas Aran.

"Huh, kalau saja kau tidak begitu lancang dengan mencampuri urusan pribadiku, aku rasa aku akan baik-baik saja!" sahut Arun.

Mobil menepi dan berhenti di perempatan jalan. Aran dan sopirnya keluar dari mobil mewah itu.

"Akan kukembalikan mobilmu saat aku mendapatkan warisan dari kakek!" tukas Arun seraya melambaikan tangannya.

Mobil pun segera meluncur, menjauhi pandangan Aran.

"Dasar orang gila!" geram Aran.

Arun terkekeh sambil mengemudikan mobil mewah itu. Ia terpaksa kehilangan semua fasilitas yang diberikan oleh kakeknya, mulai dari kartu kredit, apartemen, hingga mobil lantaran ulah Aran.

"Kau benar-benar harus merasakan apa yang juga kurasakan, Aran, hmm, hmm!" Arun bersenandung riang.

...*****...

Sementara itu, Viona baru saja tiba di pelataran sebuah hotel berbintang lima yang menjadi tempat acara resepsi pernikahan teman masa SMA-nya. Sebenarnya Viona enggan untuk datang, namun Memel, sang teman sejati memaksa.

Memel langsung menyambut kedatangan Viona.

"Syukurlah kau datang! Ayo cepat! Di dalam banyak pria tampan yang bisa diajak berkenalan!"

Memel begitu antusias, mengingat bahwa mereka berdua masih lajang dan belum punya pasangan.

"Mel, bagaimana penampilanku? Apa aku terlihat rapi?"

"Hihi, kau bahkan lebih terlihat seperti mau ikut tes wawancara kerja daripada pergi ke kondangan!" Memel terkikik geli.

"Hei, aku ini baru pulang kerja, jadi harap maklum!" sahut Viona.

"Ya,y a, baiklah, terima kasih sudah meluangkan waktu," Memel masih terkekeh.

Langkah Viona terhenti, langsung menarik lalu mengaitkan lengannya ke lengan Memel.

"Mel, dia tidak mungkin datang kan?" bisik Viona.

"Dia?" Alis Memel berkerut.

Viona mengangguk cepat, berharap semoga orang yang ia maksud langsung dimengerti Memel tanpa perlu menyebutkan namanya. Viona sudah terlanjur membenci orang itu dan berharap mereka tidak akan pernah bertemu lagi sampai kapan pun.

"Oh, si Itu?!" Memel kembali terkekeh. "Vio, kau tenang saja, si Anu itu sudah menghilang dari peradaban bumi! Sepertinya mungkin dia sudah hidup di planet lain! Sudah tidak ada kabar berita atau pun ada yang tahu di mana dia sekarang," Memel menjelaskan informasi yang diketahuinya.

Viona menghela napas lega, setidaknya ia tidak perlu merasa khawatir lantaran ada kemungkinan bertemu lagi dengan orang yang mereka bicarakan.

Viona punya kenangan buruk dengan orang itu dan ia berusaha untuk melupakan kenangan itu, menguburnya dalam-dalam hingga ke dasar sanubari.

Di dalam ballroom yang sudah didekorasi bertemakan musim semi, semua bunga-bunga bermekaran menghiasi ruangan tersebut hingga membuat mata terpana, Viona bertemu dengan wajah-wajah tak asing yang dulu pernah mengisi masa SMA-nya.

Maklum saja, si empunya hajatan dulunya merupakan ketua OSIS yang sangat populer di sekolah. Tak ayal acara resepsi pernikahannya menjadi tempat reuni dadakan.

Entah mengapa Viona merasa minder saat melihat teman-temannya yang kini terlihat sudah sukses. Bahkan ketika melihat kumpulan para gadis yang dulu begitu populer, kini terlihat makin menyita perhatian.

Salah satu dari gadis populer itu bernama Mira.

"Eh, tunggu, kalau tidak salah, kau Viona kan?" tanya Mira.

 "I-iya, hai Mira," jawab Viona kikuk.

"Oh, kau Viona si cinta sejatinya..oh hei, Sutopo! Di sini ada cinta sejatimu!"

Mira berseru sambil melambaikan tangan ke arah seorang pria.

Sosok pria yang langsung membuat Viona terpaku, terpalu, dan terpahat di tempat.

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!