005 - Ajakan Aliansi

Seorang pria nampak terburu-buru memasuki sebuah restoran. Melihat seorang pria paruh baya melambaikan tangan dari salah satu meja, pria itu pun segera menghampirinya.

"Maaf Paman, Bibi, aku terlambat," Arun menyeringai ke arah paman dan bibinya.

Trias bisa menyembunyikan ekspresi masamnya, namun tidak dengan istrinya, Reni. Sudah dua jam mereka menunggu Arun datang memenuhi undangan mereka. Reni bahkan sempat berdebat dengan Trias agar mereka lebih baik pulang lalu mengatur jadwal bertemu di lain waktu.

"Kau memang selalu terlambat, jadi, aku sudah terbiasa memakluminya," Trias tertawa kecil.

"Arun selalu sibuk, tapi entah apa yang disibukkannya!" Reni mencibir seraya tertawa.

"Haha, maaf, maaf!" Arun tertawa tipis.

Pelayan segera datang menghidangkan makanan sesuai instruksi dari Reni, makanan baru boleh disajikan jika tamu mereka sudah tiba.

Steik daging pun segera terhidang di hadapan mereka bertiga.

"Ayo kita segera makan, sudah lama rasanya kita tidak pernah makan malam bersama seperti ini," ucap Trias.

"Benar, seingatku, aku rasa saat ulang tahun kakek sepuluh tahun lalu," sahut Arun.

"Haha, Arun, seharusnya kita lebih sering kumpul bersama meski hanya sekadar makan malam," tukas Reni.

Arun memotong-motong daging steiknya.

"Jadi, apa maksud Paman dan Bibi sampai repot-repot mengundangku makan malam begini?" tanya Arun.

Trias dan Reni berhenti memotong daging steik mereka, keduanya saling melemparkan pandangan. Keduanya memberi kode untuk bicara sesuai rencana yang telah mereka susun sebelum kedatangan Arun.

"Ehem, jadi begini, Arun, ini mengenai pembagian harta warisan dari ayahku yang kudengar katanya beliau memberi persyaratan kepada kalian berdua, maksudku, kau dan Aran," kata Trias penuh kehati-hatian.

"Wah, bagaimana Paman bisa tahu mengenai persyaratan yang diberikan kakek?" tanya Arun.

Trias dan Reni kembali saling berpandangan. Mereka tentu saja tahu karena mereka menguping pembicaraan tersebut.

"Kami tahu dari mana itu tidaklah penting," sambar Reni.

"Ya, yang lebih penting sekarang, apakah kau sudah memenuhi persyaratan itu?" tanya Trias.

Arun mengunyah potongan daging steiknya. Daging sapi wagyu yang begitu lembut dan membuatnya seakan enggan untuk bicara sebelum menelan.

"Pasti sangat sulit sekali ya, menemukan seseorang, apalagi hanya bermodal foto dari zaman dahulu kala," kata Reni.

Arun masih tidak menjawab.

"Apa jangan-jangan Aran sudah menemukannya lebih dulu darimu?" tanya Reni.

"Entahlah, aku tidak tahu. Aran tidak mengatakan apa pun padaku," jawab Arun seraya mengedikkan bahunya.

"Tentu saja Aran tidak akan mengatakan apa pun padamu. Kalian sedang berada di tengah kompetisi," sahut Trias.

Arun tak menyahut lantaran ia kembali mengunyah potongan steik berikutnya.

"Arun, bagaimana kalau kita bekerja sama? Paman dan Bibi akan membantumu," tanya Reni.

Trias menghela napas berat karena mendapat respon dingin dari Arun yang lebih memilih mengunyah daging steik daripada bicara.

"Arun, jujur saja, kau pasti sudah menyadari bahwa kompetisi ini hanya bersifat formalitas. Kau pasti tahu bahwa ayahku sebenarnya jelas lebih berpihak pada Aran," tutur Trias.

"Ya, kakekmu pasti sengaja mengadakan kompetisi ini untuk menjaga harga dirimu saja. Mengadakan kompetisi agar dianggap bisa memberi keadilan. Coba kau tengok pamanmu ini, apakah pamanmu ini mendapat keadilan?" tanya Reni sambil mengusap-usap lengan Trias.

"Yang adil itu harusnya semua pihak berkompetisi, kau, Aran, pamanmu, dan juga ayahmu, harusnya seperti itu kan?" Reni memberi penekanan.

"Apa yang bibimu katakan itu benar, Arun. Harusnya pamanmu ini juga berhak atas warisan dari kakekmu," sahut Trias.

"Jika kita bekerja sama, Bibi yakin bahwa kita akan memenangkan kompetisi ini dan mendapatkan seluruh harta warisan kakekmu," ujar Reni.

"Kita bisa membaginya secara 50:50, itu sudah cukup bagi Paman," lanjut Trias.

Arun meletakkan pisau dan garpu di sisi piringnya. Ia mengusap mulut dengan serbet putih, menandakan bahwa ia menyudahi makan malamnya.

"Bagaimana, Arun? Apa kau setuju dengan penawaran yang Paman berikan?" tanya Trias.

Arun meneguk air mineral, sementara Reni menunjukkan ekspresi jengah karena sudah merasa lelah bicara panjang lebar namun belum juga ada tanggapan dari Arun. Ibarat seorang agen asuransi yang menjelaskan hingga mulutnya berbusa namun sang klien masih enggan untuk membuat keputusan.

"Arun, bukannya Bibi meragukan kemampuan yang kau miliki, hanya saja Aran memiliki lebih banyak keunggulan yang akan membuatnya memenangkan kompetisi! Kau tidak akan mendapatkan apa pun jika tidak melakukan kerja sama dengan pihak lain, khususnya paman dan bibimu ini!" tandas Reni.

Arun mengerutkan keningnya begitu mengamati ekspresi paman dan bibinya yang terlihat berusaha menutupi kekesalan mereka.

"Paman, Bibi, apakah Paman dan Bibi juga menyampaikan hal yang sama seperti ini pada Aran?" tanya Arun.

Reni dan Trias terkejut mendengar pertanyaan Arun. Keduanya sungguh tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu. Pertanyaan yang seketika membuat mereka ketar-ketir.

Apa Aran sudah menyampaikan pada Arun tentang negosiasi paman dan bibinya?

Trias dan Reni memang sudah menemui Aran terlebih dahulu untuk menawarkan negosiasi, namun Aran menolak hal tersebut. Oleh sebab itu mereka beralih pada Arun. Keduanya saling berpandangan.

"A-apa maksudmu, Arun?" tanya Reni berpura-pura.

"Mengapa kau bisa berpikir bahwa kami menyampaikan hal yang sama pada Aran?" tanya Trias.

Arun bisa membaca gelagat mencurigakan dari paman dan bibinya.

"Arun," kata Reni.

"Paman dan Bibi berusaha untuk membantumu menghadapi Aran, karena Bibi yakin kau pasti memerlukan bantuan kami," lanjut Reni.

"Kakekmu bahkan sudah berpihak pada Aran, kau sungguh tidak akan punya kesempatan," tegas Trias.

"Paman, Bibi, aku bahkan belum melakukan apa pun, namun kalian sudah memandang rendah kemampuanku. Jujur saja itu sungguh melukai harga diriku," Arun menyeringai.

"Ti-tidak, Arun! Kami tidak bermaksud memandangmu rendah!" sergah Reni.

"Ya, kami hanya berupaya untuk memberimu bantuan!" sambung Trias.

"Paman, Bibi, aku sungguh berterima kasih pada kalian yang sudah berusaha untuk membantuku. Namun rasanya kompetisi ini akan menjadi tidak adil bagiku dan juga Aran," potong Arun.

Belum lagi jika ternyata kalian adalah agen ganda, batin Arun.

"Aku akan menjalani kompetisi ini secara adil sesuai dengan perintah kakek, itulah keputusanku," lanjut Arun.

"Terima kasih atas makanannya, permisi," Arun berpamitan.

"Arun! Tunggu!" sergah Trias.

"Arun, kembali! Atau kau akan menyesal!" seru Reni.

Arun tidak peduli, ia tetap pergi meninggalkan paman dan bibinya.

Cih, dasar Paman dan Bibi! Batinnya.

"Dasar anak tidak tahu diuntung! Kupastikan dia akan menyesal dengan keputusannya menolak penawaran kita!" gerutu Reni.

"Huhh! Benar-benar mereka berdua itu!" geram Trias. "Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?"

"Dua bocah tengik itu benar-benar ingin menguasai harta kekayaan ayahku, dan aku hanya bisa menjadi penonton saja seperti ini! Tidak bisa, Reni! Tidak bisa!" keluh Trias.

"Sayang, bukankah aku sudah mengatakan dengan jelas bahwa Arun akan menyesal?"

"Apa maksudmu?"

"Kita lihat saja nanti! Karena aku sudah menyiapkan rencana lain sebagai cadangan!" Reni tersenyum sumringah.

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!