004 - Cincin Janji

Viona masih memandangi cincin di jari tengahnya. Alam bawah sadar membawanya berpetualang ke momen ketika cincin itu diberikan oleh neneknya.

Hari itu, Viona pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyub saat nenek membukakan pintu rumah untuknya.

"Ada apa, Vio? Kenapa basah kuyub begini? Nanti kamu masuk angin, ayo cepat keringkan badanmu dulu," perintah nenek.

Saat itu Viona hanya bisa menangis sesenggukan. Untunglah hari itu sedang hujan sehingga tidak ada yang tahu bahwa ia sedang menangis.

Viona duduk di lantai sementara nenek yang duduk di kursi goyang dengan lembut mengeringkan rambut Viona dengan handuk.

Nenek dengan sabar mendengar cerita Viona, alasan Viona menangis sampai sesenggukan seperti itu.

"... Pemuda yang sudah kusukai sejak lama menolakku, Nek! Katanya, aku adalah tipe gadis yang sangat dibencinya. Hiks..."

"Nenek, sepertinya aku memang tidak akan pernah bisa punya pacar. Aku tidak cantik dan pintar. Aku tidak seperti Sany. Begitu banyak orang yang menyukai Sany."

"Tidak ada yang menyukaiku, Nek!"

Begitulah yang dikeluhkan oleh Viona. Sebenarnya ini bukan pertama kali Viona ditolak oleh orang yang sama. Namun penolakan kali ini terasa sangat menyakitkan. Lebih dari sepuluh kali ia menyatakan cintanya pada pemuda itu, namun selalu ditolak. Padahal ini tahun terakhirnya di sekolah. Setelah lulus sekolah, mungkin ia tidak akan pernah bertemu dengan pemuda itu lagi.

"Sudah berapa lama kamu menyukai pemuda itu?" tanya nenek.

"Sudah lama sekali Nek, sejak masuk SMA," jawab Viona.

"Dia cinta pertamamu?" tanya nenek.

Viona mengangguk pelan.

"Aku sangat menyukainya, bahkan meski dia membenciku. Miris sekali kan Nek?!" 

Viona berbalik memandangi neneknya. Nenek Viona sudah berusia lebih dari tujuh puluh tahun. Kulit wanita tua itu dipenuhi kerutan yang menggerus kecantikannya. Garis-garis waktu terlihat jelas di wajahnya, matanya masih berbinar meski garis kelabu mulai memudarkan warna cokelat gelap pada kornea mata beliau.

"Nenek, apa Nenek pernah merasakan apa yang kurasakan? Dibenci oleh orang yang disukai?" 

Nenek mengulas senyum lembut, kulit di sekitar bibirnya sudah mengendur.

"Ya, Nenek pernah merasakannya," jawab nenek.

"Benarkah? Itu tidak mungkin Nek!"

Nenek mengangguk cepat, lalu menoleh ke arah laci di samping tempat tidurnya.

Tangannya menggapai sesuatu dari dalam laci. Sebuah kotak kecil yang tersimpan di bawah tumpukan kertas tagihan pengobatan dari rumah sakit.

Nenek mengeluarkan sebuah cincin dari dalam kotak itu.

"Ini adalah bukti, bahwa dulu Nenek pernah mencintai sekaligus membenci orang itu," jawab nenek.

"Ini cincin kawin Nenek?" tanya Viona.

Nenek menggeleng pelan.

"Ini adalah cincin yang diberikan oleh orang yang menjadi cinta pertama Nenek," jawab Nenek.

"Kakek yang memberikannya?" tanya Viona lagi.

"Bukan," jawab nenek dengan cepat.

"Nenek sudah menyimpannya selama lebih dari enam puluh tahun," lanjut nenek.

"Waktu itu masih zaman perang. Orang itu memberikan cincin ini sebagai janji bahwa dia akan kembali dari perang lalu dia akan menikahi Nenek."

Viona menatap lurus ke arah neneknya. Mata wanita tua itu menerawang jauh.

"Nenek menanti tanpa kepastian, hanya berharap, pemuda itu akan datang untuk memenuhi janjinya."

"Perang berlalu namun tidak ada kabar dari pemuda itu. Dia masih hidup atau tidak, Nenek tidak tahu. Bertahun-tahun berlalu, hingga Nenek merasa sangat frustrasi karena tekanan dari keluarga besar yang mengharapkan agar Nenek menikah."

"Terus?" tanya Viona ingin tahu. " Apa akhirnya Nenek bertemu lagi dengan orang itu?" tanya Viona lagi.

Nenek menatap ke arah cincin itu.

"Ya, Nenek bertemu dengannya setelah bertahun-tahun kemudian," jawab nenek.

"Terus? Terus? Apa Nenek marah padanya?"

"Ya, begitulah. Nenek sangat marah padanya, apalagi saat tahu bahwa ternyata dia sudah menikah lebih dulu dari Nenek," jawab Nenek.

"Astaga! Dasar pria kurang ajar! Tega sekali Nek!"

Nenek menghela napas berat.

"Kasihan sekali Nenek sampai diberi harapan palsu seperti itu! Lalu, apa yang Nenek lakukan? Apa Nenek memukul orang itu?"

"Ya, saat itu Nenek memang mau memukulnya, tapi rasa cinta Nenek menahannya. Rasa cinta kemudian menjadi rasa benci yang begitu luar biasa," sahut nenek.

Viona menggenggam erat tangan nenek.

"Saat itu, ia meminta maaf sebesar-besarnya pada Nenek, bahkan menawarkan apa pun yang bisa ia berikan untuk menebus semuanya," ujar nenek.

"Tapi, tentu saja, Nenek menolak semua itu. Nenek tidak mau berurusan lagi dengan pria itu. Nenek bahkan mengembalikan cincin yang menjadi janji pria itu," lanjut nenek.

"Pria itu meminta Nenek menyimpan cincin ini, karena cincin ini sudah ia berikan untuk Nenek. Tapi Nenek tentu tidak mau menyimpannya."

"Nenek menganggap bahwa pria itu tidak bisa memenuhi janjinya dan Nenek membenci pria itu."

"Pria itu tetap memaksa Nenek untuk menyimpan cincin ini dan berjanji akan mengambilnya lagi," ujar nenek.

"Kenapa Nenek tidak membuangnya?" tanya Viona.

Mata nenek kembali menerawang jauh, memandang ke luar jendela.

"Nenek tidak bisa membuangnya karena Nenek masih mencintainya dan lagi-lagi masih mengharapkannya," jawab nenek.

Air mata Viona mengalir lagi. Rasanya sungguh menyesakkan mendengar cerita nenek.

"Waktu terus berlalu hingga akhirnya Nenek benar-benar melupakan pria itu. Namun tiba-tiba kami bertemu lagi. Saat itu ia sudah menduda," lanjut nenek.

"Dia ingin menikahi Nenek, tapi itu tidak mungkin, karena Nenek sudah menikah dengan kakekmu, bahkan saat itu sedang mengandung ayahmu."

Viona terperangah.

"Pria itu akhirnya menyesal?" tanya Viona.

"Sangat," jawab nenek.

"Lalu? Bagaimana Nek?"

"Dia sangat menyesal dan masih bersikeras untuk menebus semuanya. Dia berjanji untuk menjodohkan anak kami, namun semua tinggal janji karena anak-anak kami terlahir laki-laki semua," ucap nenek sambil mengulas senyumnya.

"Oh ya ampun!" sahut Viona.

"Yah, Nenek sudah berusaha untuk ikhlas menerima bahwa kami tidak berjodoh. Namun pada akhirnya dia pun berkata bahwa meski kami tidak berjodoh, namun keturunan kami haruslah berjodoh. Jadi, Vio, Nenek titipkan cincin ini padamu," kata nenek.

"Hah?! Apa?!" Viona terlonjak kaget.

"Ti-tidak Nek! Aku tidak mau bernasib sama seperti Nenek yang diberi harapan palsu!" lanjut Viona.

Nenek menggeleng pelan.

"Vio, Nenek hanya ingin tahu, apakah pria itu sungguh akan menepati janjinya?"

"Apakah pria itu sungguh akan memenuhi janjinya untuk menjodohkan keturunan kami seperti yang sudah diucapkannya?"

"Oleh karena itu, Nenek memintamu untuk menjadi saksi bahwa pria itu pada akhirnya memang akan menepati janjinya," lanjut nenek.

"Jadi jangan cemas dengan masalah jodohmu. Jodohmu akan datang jika waktunya sudah tiba."

Nenek menggenggam erat cincin dalam kepalan tangan Viona.

"Tolong jaga cincin ini, jika pria itu pada akhirnya memang tidak memenuhi janjinya, tolong dikembalikan saja ya," pinta nenek.

Viona tersadar dari lamunannya dengan masih menggenggam cincin itu.

Apa yang harus dilakukannya? Apa ia masih harus menunggu pemilik cincin ini datang?

Apa ia sungguh harus meneruskan kisah sedih neneknya yang pada akhirnya hanya diberi harapan palsu?

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!