003 - Beban Keluarga

Viona melangkah gontai saat memasuki pekarangan rumahnya. Ia melirik jam tangan yang sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Matanya tertuju pada rombongan orang yang baru saja keluar dari pintu rumah.

Pak Ronal, ayah Viona terlihat sibuk berjabat tangan dengan orang-orang itu bersama sang istri. Istri Pak Ronal bernama Inaya, turut berpamitan dengan rombongan itu.

Viona menahan napas, bersembunyi di samping tembok yang berbatasan langsung dengan jalan. Mengintip dari celah-celah pagar pembatas antara rumahnya dan jalan.

Perlahan ia menyelinap masuk melalui pintu samping rumah sambil menebak-nebak siapa para tamu itu.

Sesampainya di dapur, ia berpapasan dengan Sany yang membawa nampan berisi cangkir-cangkir kosong dari ruang tamu.

Sany adalah adik sepupu Viona, usianya lebih muda satu tahun. Wanita itu berparas cantik dan bertubuh tinggi menjulang bak seorang model. Sany sudah tinggal di rumah Viona sejak wanita itu berusia lima tahun. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, membuat wanita itu menjadi gadis yatim piatu. Inaya yang merupakan kakak dari Ibu Sany akhirnya mengambil hak asuh atas Sany lantaran kerabat Ibu Sany hanyalah ia seorang.

"Siapa yang datang, Sany?" tanya Viona.

Sany mengulas senyum bak malaikat, mata berbinar dan kulit putihnya memancarkan rona merah muda lembut.

"Keluarga Angga datang melamarku," jawabnya dengan suara yang lembut.

"Oh, wah!" Viona terbelalak.

Ekspresi berpura-pura yang harus dikeluarkannya karena sudah bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kau dan Angga berkencan?" tanya Viona.

Sany menggeleng pelan.

"Kami hanya dekat sebagai rekan kerja," jawabnya.

Viona menyeringai, mengasihani Angga yang sudah dekat dengan Sany. Viona tahu hasil dari acara lamaran itu. Jika Sany mengatakan hanya dekat, itu berarti penolakan. Entah sudah berapa banyak pria yang bernasib sama dengan Angga.

"Kamu baru pulang?"

Tiba-tiba Bu Inaya muncul di dapur.

"Eh, I-Ibu," Viona terbata.

"Vio, kemari," Pak Ronal yang berada di belakang Bu Inaya memanggil.

Viona mengekor di belakang ayahnya menuju ke ruang tamu.

"Vio," kata Pak Ronal.

"I-iya, Ayah," jawab Viona tergagap.

Ia sudah bisa menebak, apa yang akan disampaikan oleh ayahnya.

"Kamu kapan akan menikah?"

Viona menelan ludahnya dengan susah payah, kemunculan Ibu Inaya yang langsung duduk di samping suaminya membuat fokus Viona terdistraksi dengan tatapan tajam ibunya.

Kapan akan menikah? Pacar saja tak punya! Viona membatin.

"Vio, kamu ini. Lihat, sudah berapa banyak Ibu dan Ayah menolak lamaran dari para pria yang ingin mempersunting Sany?! Kami terpaksa menolak karena Sany tidak mau menikah sebelum kamu menikah!"

Lagi-lagi ibunya mengungkit masalah ini. Entah sudah berapa kali, saking banyaknya sampai-sampai Viona tak mampu menghitungnya.

"Kamu jangan menjadi orang yang menghalangi jodoh orang lain, Vi," sambung Pak Ronal.

A-apa?! Aku menghalangi jodoh orang?! Viona terbelalak.

"A-Ayah, aku sungguh tidak masalah kalau Sany menikah lebih dulu dariku," kata Viona.

"Tidak masalah bagimu?! Kalau dilangkahi, itu justru benar-benar jadi masalah untukmu! Bisa-bisa kamu melajang seumur hidup!" sergah Bu Inaya.

Viona tertunduk lesu, lagi-lagi ibunya melontarkan hal ini untuk kesekian ratus atau ribu kali.

"Untung saja Sany itu cantik sehingga masih banyak pria yang mau menikahinya!"

Lagi-lagi, Bu Inaya menggoreskan luka di hati Viona.

"Ayah beri waktu tiga bulan!" kata Pak Ronal.

"Ayah, Ibu," potong Sany.

Sany memegangi pundak Viona, memberi topangan yang kuat agar Viona tidak ambruk.

"Kalau Vio belum mau menikah, kita tidak boleh memaksanya. Vio pasti punya alasan tersendiri mengapa belum mau menikah," kata Sany.

Viona mendelik gusar, ucapan itu justru lebih pantas untuk dirimu sendiri, batinnya.

"Ayah dan Ibu tidak perlu mencemaskanku. Tidak masalah kita menolak banyak lamaran dari para pria itu. Jodoh tidak akan ke mana," lanjut Sany.

Viona merasakan perutnya mual mendengar omong kosong yang diucapkan oleh Sany.

"Vio, kamu kenapa sih belum mau menikah? Menikahlah dan berhenti menjadi beban orang tua!" tandas Pak Ronal.

Hujaman kata-kata pedas dari Pak Ronal membuat Viona merasa sesak.

"Ayah, Ibu, aku mau beristirahat," Viona berpamitan.

"Vio, pembicaraan kita belum selesai!" potong Bu Inaya.

Viona mengabaikan ucapan ibunya, ia melangkah gontai menuju ke kamarnya yang terletak di samping dapur. 

Kamar tidur Viona dulunya difungsikan sebagai gudang. Namun beralih fungsi sebagai kamar setelah Viona memutuskan untuk berhenti berbagi kamar dengan Sany ketika ia mulai masuk SMA.

Viona membutuhkan privasi dan ia tidak mau Sany menuduhnya memakai barang-barang miliknya tanpa izin.

"Yang belum mau menikah itu Sany! Dia tidak mau kehilangan para penggemar yang memujanya dan memberikan hadiah-hadiah mahal!" Viona mencibir kesal begitu memasuki kamarnya.

Rasa kesal, marah, dan kecewa bergejolak dalam diri Viona. 

Viona marah kepada orang tuanya yang menganggapnya hanya beban. Dan ia marah karena Sany bersikap sok baik namun menyudutkannya. Menjadikan Viona sebagai alasan untuk tidak menikah lebih dulu.

Viona bahkan menutup akun sosial medianya lantaran tidak mau lagi menerima teror dari para penggemar Sany. 

Mereka meluapkan kemarahan, mencaci maki, dengan segala sumpah serapah karena lamaran mereka ditolak oleh Sany.

Bahkan salah satu dari mereka pernah meminta pada Viona untuk bertanggung jawab, meminta penggantian sejumlah uang yang telah digelontorkan untuk membelikan Sany hadiah-hadiah mahal.

Viona merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Matanya memandangi langit-langit kamar yang dipenuhi bekas rembesan air, membentuk peta pulau-pulau berwarna kecokelatan. Cat pada dinding kamar bahkan sudah banyak terkelupas.

Viona tidak punya banyak uang untuk merenovasi kamar. Penghasilannya setiap bulan sebagai staf administrasi di salah satu lembaga kursus bahkan tidak mencapai UMR.

Yah, maklum saja, Viona hanya mempunyai ijazah SMA. Ia tidak mengenyam bangku kuliah lantaran terkendala pada nilai ijazahnya yang hancur lebur. Akibatnya ia tidak bisa mendapatkan beasiswa.

Ayah dan ibunya terlanjur kecewa pada Viona, mereka lebih memilih untuk membiayai kuliah Sany yang mereka anggap lebih pintar dari Viona.

Kehidupan Viona berubah sejak kehadiran Sany. Sany mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang lebih dari ayah dan ibunya. Hal itu membuat Viona merasa dianak tirikan oleh orang tua kandungnya sendiri.

Hiks..

Sedih jika harus mengingat hal yang sudah berlalu. Namun lebih menyedihkan lagi saat harus mengalami penolakan dari pria pujaannya.

Alan, sang pujaan hati yang sudah dicintainya selama 365 hari menolak untuk menjadi kekasihnya.

Pupus sudah harapan Viona untuk mendapatkan kekasih yang akan menemani dalam rangka menghadiri undangan resepsi pernikahan musuh bebuyutan di zaman sekolah.

Padahal Viona sudah berandai-andai, datang ke acara tersebut untuk memamerkan kekasihnya yang luar biasa tampan. Namun rupanya kehaluannya cukup menjadi halusinasi saja.

Viona kembali memandangi cincin di jari tengahnya.

"Nenek, sampai kapan aku harus menunggu jodohku datang? Usiaku sudah 32 tahun dan sudah dipaksa untuk menikah! Apa nenek hanya memberi harapan palsu untukku?"

Sampai kapan aku harus menunggu?

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!