002 - Wasiat Kakek

Seorang pria nampak berjalan tergesa-gesa saat memasuki sebuah ruangan tempat orang-orang sudah berkumpul.

Mata-mata tajam langsung terhujam ke arahnya. Pria itu hanya melemparkan seringaian sambil menghempaskan bokong di atas sofa.

Ia terlihat begitu santai saat menghadapi situasi di mana semua orang hanya berdiam diri, tenggelam dalam atmosfer yang begitu menegangkan.

"Maaf, aku datang terlambat, aku ketiduran," ujarnya santai ke arah seorang pria yang duduk di sampingnya.

"Jangan meminta maaf padaku," pria di sampingnya menyahut dingin.

"Haha! Aran! Kita sudah lama tidak bertemu dan kau masih belum mencair juga!" pria itu tertawa sambil berusaha menyikut lengan pria di sampingnya.

Pria yang dipanggil Aran langsung menghindar sambil melemparkan tatapan tajam.

"Arun, apa kau pikir sekarang adalah waktu yang tepat untuk bercanda?" sergah Aran.

Pria yang dipanggil Arun itu masih tetap menyeringai dan bersikap santai.

"Halo, Paman, Bibi," Arun menyapa keluarganya, sengaja mengabaikan Aran.

Trias dan Reni tidak menanggapi sapaan Arun. Keduanya bahkan terlihat berpura-pura tidak melihat pria itu.

"Sepertinya seluruh anggota keluarga Pak Sutopo sudah lengkap."

Hadian, pengacara dari pihak Pak Sutopo langsung menyita perhatian semua orang.

"Saya akan membacakan surat wasiat yang disampaikan oleh Pak Sutopo mengenai pembagian harta warisan beliau," kata Hadian.

"Oh, kakek sudah meninggal ya? Kapan?" tanya Arun.

Lagi-lagi semua mata tertuju pada Arun.

"Ehem," Aran berdeham. "Arun, kakek belum meninggal."

"Arun, kau itu sungguh cucu durhaka! Bisa-bisanya mengatai ayahku sudah meninggal!" Trias menghardik.

"Trias!" sergah Reni.

Trias mendengus keras, Reni menepuk-nepuk paha suaminya sambil melayangkan tatapan penuh kemarahan.

"Baiklah, akan saya lanjutkan kembali," kata Hadian.

Pengacara berusia hampir lima puluh tahun itu kembali membacakan secarik kertas yang ditulis langsung oleh kliennya.

"Pak Sutopo mewariskan sepenuhnya harta warisan beliau kepada cucunya," lanjut Hadian.

"Apa?! Cucu?!" Reni berteriak penuh kemurkaan.

"Pak Hadian! Apa tidak salah? Mengapa semua harta warisan ayah mertuaku harus jatuh kepada cucunya?"

Reni melayangkan tatapan penuh kemarahan ke arah Aran dan Arun.

"Lantas, bagaimana dengan suamiku yang notabene adalah anak Pak Sutopo? Apa suamiku sungguh tidak dianggap?"

Reni mencecar Hadian dengan begitu banyak pertanyaan.

"Apa yang dikatakan istriku benar! Mengapa harta warisan ayahku harus jatuh ke tangan bocah-bocah itu?" sergah Trias.

"Huh! Bocah-bocah? Paman, Bibi, usiaku sudah tiga puluhan, apa masih pantas disebut sebagai bocah?" Arun tertawa sinis.

"Kau...!" Trias menahan emosinya.

Arun, keponakannya itu memang kerap menyulut emosinya bahkan sejak masih kecil.

"Cucunya? Bukan para cucu?" Aran bertanya.

Hadian sangat paham bahwa Aran adalah orang yang memiliki pemikiran kritis.

"Ya, Pak Sutopo hanya akan mewariskan seluruh harta warisan beliau kepada salah seorang cucunya," jawab Hadian.

"Omong kosong apalagi ini!" Trias kembali memotong.

"Pak Hadian! Anda jangan bicara omong kosong, atau aku akan meminta pengacaraku untuk menuntut Anda!" sembur Reni penuh kemurkaan.

"Paman, Bibi, tolong jangan memperkeruh keadaan!" Aran menyela.

"Tutup mulutmu! Dan jangan memerintahku!" sembur Trias.

"Pak Trias, Bu Reni, saya mohon maaf, kapasitas saya di sini hanya untuk menyampaikan wasiat dari Pak Sutopo sebelum beliau meninggal," Hadian membela diri.

"Hmm, yah, memang sungguh khas dari kakek yang sangat terobsesi pada keadilan," Arun menanggapi dengan santai.

"Adil apanya?! Ini sungguh tidak adil!" sembur Reni.

"Lalu, apa syarat dan ketentuan dari kakek untuk pewarisnya?" tanya Aran.

Trias dan Reni masih melayangkan tatapan kesal mereka pada Hadian.

"Saya hanya bisa mengatakan hal ini kepada calon pewaris selaku pihak yang memiliki kepentingan," ujar Hadian.

Trias dan Reni tak bergeming.

"Dasar brengsek! Aku tidak bisa menerima semua ini! Di mana ayahku?!" hardik Trias.

"Ya, ini benar-benar tidak adil! Kami harus bicara pada beliau!" tandas Reni

Paman, Bibi, sebaiknya kalian pergi, karena kalian tidak punya kepentingan apa-apa lagi. Daripada membuat keributan seperti ini," sahut Arun.

"Tutup mulutmu, dasar bocah tidak tahu diri!" murka Trias.

"Baiklah, ayo kita pergi, Trias! Tapi, lihat saja nanti! Aku tidak akan tinggal diam!" 

Reni bergegas pergi usai melayangkan ancamannya.

Hadian menghela napas berat, kini tinggal ia dan kedua cucu dari Pak Sutopo yang harus berbicara enam mata.

Pak Sutopo memiliki dua orang anak laki-laki, yakni Trias dan Surya. Surya adalah ayah dari Aran dan Arun yang sudah lama menghilang tanpa kabar, meninggalkan kedua anak laki-laki yang dibesarkan oleh Pak Sutopo.

Trias sendiri tidak memiliki anak lantaran ia dan istrinya sepakat untuk tidak memiliki anak yang dianggap merepotkan ketika melihat Pak Sutopo kala itu justru mengurus kedua cucunya yang masih kecil.

Trias yang berharap untuk bisa memiliki semua harta warisan ayahnya harus gigit jari lantaran harta tersebut hanya diwariskan kepada keponakannya.

"Jadi, kompetisi macam apa yang kakek inginkan? Apa duel sampai mati? Haha!" Arun tertawa santai.

Aran tidak menanggapi candaan Arun, adiknya itu selalu menanggapi apa pun dengan candaan yang sama sekali tidak lucu. 

Hadian mengeluarkan sesuatu dari sebuah amplop cokelat dan menunjukkan benda itu kepada kedua pria di hadapannya.

Kedua pria itu langsung mengerutkan kening mereka bersamaan begitu melihat foto hitam putih seorang wanita dari zaman dahulu kala. Wanita berparas manis yang sedang menopang wajahnya dengan satu tangan.

"Siapa dia?" tanya Arun.

"Apa kami harus mencari wanita ini?" tanya Aran.

Hadian sungguh paham mengapa Pak Sutopo begitu mengunggulkan Aran. Aran memang jauh lebih cerdas daripada Arun. Namun jika hanya sekadar cerdas, masih belum bisa memenuhi standar keadilan yang diinginkan oleh Pak Sutopo.

"Pak Sutopo berpesan bahwa barang siapa lebih dulu menemukan keberadaan cincin yang dikenakan oleh wanita ini, maka orang tersebut akan mendapatkan seluruh harta warisan dari Pak Sutopo," jawab Hadian.

"Astaga kakek! Menemukan wanita ini? Yang benar saja! Bagaimana bisa menemukan wanita ini hanya bermodal foto begini?"

"Lagipula ini foto zaman kapan?! Sekarang wanita ini pasti sudah menjadi nenek-nenek atau mungkin sudah tinggal nama!" 

Arun menyampaikan pendapatnya.

"Pak Hadian, apa sungguh syaratnya hanya menemukan cincin ini saja?" tanya Aran.

"Hei, apa menurutmu mencari cincin hanya berdasarkan foto seperti ini akan semudah itu?" tanya Arun.

"Aku sungguh yakin, kakek tidak akan memberikan syarat semudah itu untuk mewariskan semua hartanya," sahut Aran.

"Lalu, kapan tenggat waktunya?" tanya Arun.

"Arun, apa kau sungguh tidak menyimak apa yang dikatakan oleh Pak Hadian?" Aran balik bertanya.

Arun mencebik, ia bisa melihat bahwa Aran sepertinya sudah mulai memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Cih, dasar kakek tua itu! Batin Arun.

"Baiklah, untuk saat ini, itu saja yang dapat saya sampaikan. Semoga berhasil untuk kalian berdua," ucap Pak Hadian.

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
91 091 - Pasar Malam
92 092 - Tamu
93 093 - Masa Lalu Bu Har
94 094 - Adik Arun
95 095 - Kenyataan
96 096 - Ibu Arun
97 097 - Rasa Bimbang
98 098 - Akhir Kisah Cinta
99 099 - Manusia Bawang
100 100 - Kepuasan
101 101 - Mengakui Suami
102 102 - Anakku
103 103 - Cemas
104 104 - Upacara Peringatan
105 105 - Rasa Kecewa Aran
106 106 - Mari Saling Membahagiakan
107 107 - Kasus
108 108 - Penjara
109 109 - Menjenguk
110 110 - Tuduhan Aran
111 111 - Hari Kebebasan
112 112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113 113 - Semalam Bersamamu
114 114 - Perpisahan
115 115 - Hidup Harus Berlanjut
116 116 - Menata Hidup
117 117 - Cincin
118 118 - Pencarian Cincin
119 119 - Pemilik Cincin
120 120 - Mengembalikan Cincin
Episodes

Updated 120 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona
91
091 - Pasar Malam
92
092 - Tamu
93
093 - Masa Lalu Bu Har
94
094 - Adik Arun
95
095 - Kenyataan
96
096 - Ibu Arun
97
097 - Rasa Bimbang
98
098 - Akhir Kisah Cinta
99
099 - Manusia Bawang
100
100 - Kepuasan
101
101 - Mengakui Suami
102
102 - Anakku
103
103 - Cemas
104
104 - Upacara Peringatan
105
105 - Rasa Kecewa Aran
106
106 - Mari Saling Membahagiakan
107
107 - Kasus
108
108 - Penjara
109
109 - Menjenguk
110
110 - Tuduhan Aran
111
111 - Hari Kebebasan
112
112 - Kesepakatan Arun dan Aran
113
113 - Semalam Bersamamu
114
114 - Perpisahan
115
115 - Hidup Harus Berlanjut
116
116 - Menata Hidup
117
117 - Cincin
118
118 - Pencarian Cincin
119
119 - Pemilik Cincin
120
120 - Mengembalikan Cincin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!