Liku Cinta Cincin Wasiat

Liku Cinta Cincin Wasiat

001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak

Viona mematut diri di depan cermin. Gadis itu memastikan bahwa rambutnya yang dikuncir kuda terikat dengan baik sambil merapikan poni di batas alisnya tertata rapi. Pelan-pelan ia memulaskan perona bibir yang memberikan efek warna jingga merona. Sesekali ia melirik ke arah jam digital yang terpampang pada monitor komputernya.

Kelas terakhir sudah hampir selesai, itu berarti ia harus siap-siap membereskan meja kerjanya. Viona bekerja sebagai pegawai administrasi di sebuah lembaga kursus, pekerjaan yang dilakoninya selama lima tahun terakhir.

Lima menit kemudian, beberapa siswa dari kelas kursus bahasa inggris sudah menyelesaikan kursus mereka.

Jantung Viona berdebar makin kencang tatkala seorang pria menghampiri meja kerjanya. Pria berparas tampan dengan senyum yang begitu murah itu menyodorkan tas laptop berwarna hitam dan setumpuk kertas lembar kerja siswa kursus.

Viona menyambutnya dengan senang, kertas lembar kerja siswa merupakan lembar jawaban kuis yang harus dikoreksi Viona untuk membantu pria itu. Maklum, pria itu hanyalah seorang instruktur paruh waktu yang mengajar kelas bahasa inggris.

Pria yang sudah mengajar selama satu tahun dan sekaligus menjadi idola Viona selama satu tahun terakhir ini. Tidak hanya Viona, hampir semua peserta kursus bahasa Inggris mengidolakan pria itu.

"Jadi, apa yang mau Anda bicarakan, Mbak Vio?"

Pria itu mengingat bahwa Viona memang mengajaknya untuk bicara begitu kelas berakhir.

Viona menarik napasnya, lalu berusaha tersenyum selebar mungkin yang justru terlihat seperti seringaian Joker.

"Bisa kita bicara di tempat lain, Mas Alan?" tanya Viona dengan suara bergetar.

"Oh begitu, oke," sahutnya.

"Sebentar saya beres-beres dulu ya, Mas," Viona memohon.

"Saya tunggu di luar."

Viona masih menyeringai, keringat dingin mengucur deras dari segala penjuru pori-porinya. Tangannya bergerak tak terkendali, hingga ia begitu sulit hanya untuk mengarahkan kursor pada menu shut down.

Tenang, Vio! Tenang! Kau harus percaya diri!

Berkali-kali ia menyemangati dirinya. Hari ini ia harus sukses menyatakan perasaannya pada Mas Alan, mumpung bosnya sedang berada di luar kota sehingga tidak akan meminta Viona untuk mengerjakan pekerjaan tambahan lain.

Viona mengunci pintu ruko dua lantai setelah memadamkan semua lampu.

Mas Alan, pria yang begitu sopan dan ramah nampak sedang berkutat di depan gawai cerdasnya.

"Mas, maaf menunggu lama ya," kata Viona masih penuh dengan rasa grogi.

"Hmm, tidak masalah," ucapnya.

Viona mengulas kembali seringaiannya. Pria yang dipanggilnya Mas Alan itu merupakan teman dari bosnya. Pria yang diminta secara khusus untuk membantu bosnya menjadi instruktur kelas bahasa inggris.

"Mas Alan, ada waktu untuk nongkrong sebentar?" tanya Viona.

"Memangnya apa yang mau dibahas? Apa Mbak Viona keberatan karena saya meminta Mbak untuk mengoreksi semua jawaban kuis siswa?" Alan balik bertanya.

"Bu-bukan, Mas! Ini bukan masalah pekerjaan!" jawab Viona tergagap.

Pria bertubuh tinggi dan tegap itu menghela napas lega.

"Maaf ya, saya memang suka memberi kuis untuk mengetahui tingkat pemahaman para siswa terhadap materi yang sudah saya sampaikan," kata Alan dengan nada tegas.

Viona benar-benar makin terpesona dengan Alan. Tampan, ramah, sopan, dan penuh dengan ketegasan. Sungguh pria yang sempurna sebagai pacar bahkan suami.

"Sungguh, Mas, bukan masalah pekerjaan," kata Viona.

"Lantas apa?" tanya Alan.

Viona mengumpulkan semua keberaniannya. Semua kata-kata sudah tersusun dengan baik. Untaian kata yang dirangkainya sejak pertemuan pertama mereka. Pria tampan yang langsung membuat wanita mana pun seketika jatuh cinta pada pandangan pertama.

Meski awalnya Viona harus bergulat dengan segenap keraguan saat harus mengutarakan perasaannya. Rasa ragu muncul lantaran ia masih merasakan trauma begitu dalam ketika mengutarakan perasaannya yang kala itu ditolak mentah-mentah oleh seseorang di masa lalu. Hal itu kini masih memengaruhinya.

Dulu aku masih bocah ingusan, wajar saja jika mendapat penolakan! Yang menolakku saat itu juga hanyalah bocah ingusan! Viona membatin.

Melihat pria itu masih menunggu dengan sabar, akhirnya setelah menarik napas berkali-kali sambil memegangi jemarinya yang bergetar, Viona mulai berbicara.

"Mas Alan, sebenarnya saya mau mengatakan ini sudah dari jauh-jauh hari. Maksud saya, sudah lama sekali saya memendamnya sampai-sampai saya merasa sesak sendiri," ucap Viona.

"Sebenarnya saya sangat menyukai Mas Alan."

Viona berusaha menahan dirinya untuk tidak berlari, wajahnya memanas dengan tubuh gemetaran terlebih saat melihat senyum pria itu masih melengkung sempurna di wajah tampannya.

"Saya sudah menyukai Mas Alan sejak pertama kali kita bertemu," lanjut Viona.

"Mas Alan orangnya baik dan sopan, jadi sungguh wajar saya langsung menyukai Mas,"   Viona berucap sambil mengamati ekspresi pria itu.

"Jadi, bagaimana Mas Alan?" tanya Viona.

Kumohon jawab! Jawab dengan jawaban yang ingin kudengar! Viona membatin secara brutal.

Viona sudah mencari tahu lebih dulu, mengorek informasi tentang Alan dari bosnya. Alan tidak terindikasi memiliki pasangan. Hal itu nampak jelas karena pria itu bisa mengajar kursus bahasa Inggris di akhir pekan. Orang yang sudah memiliki pasangan tentu tidak mau akhir pekannya terganggu.

"Jadi, bagaimana Mas? Apa Mas bersedia menerima perasaan saya?" tanya Viona.

"Mbak Viona, saya sungguh tersanjung dengan apa yang Anda rasakan terhadap saya," ucap pria itu.

"Tapi maaf saya belum bisa membalasnya," lanjutnya.

Viona merasakan kakinya mulai goyah begitu mendengar penolakan yang meluncur dari bibir pria itu. 

"Ma-Mas Alan sebenarnya su-sudah punya pacar ya?" Viona tergagap.

Pria itu menggeleng pelan.

"A-apa karena saya bukan tipe Mas?" tanya Viona.

"Saya belum memikirkan untuk memiliki hubungan spesial dengan seseorang karena saat ini saya masih terfokus untuk melakukan apa yang ingin saya lakukan," jawab Alan dengan tegas.

"Saya tentu tidak ingin membuat kekasih saya kecewa lantaran saya terlalu fokus untuk meraih apa yang ingin saya raih. Oleh sebab itulah, saya lebih memilih untuk sendiri daripada harus mengecewakan orang lain."

"Oh, begitu, sungguh pemikiran yang luar biasa sekali," Viona tersenyum kecut.

"Saya harap, Mbak Viona mengerti hal itu," lanjutnya.

"I-iya, saya paham," ucap Viona.

"Apa ada hal lain yang ingin Mbak Viona sampaikan lagi?" tanya Alan.

Viona menggeleng cepat.

"Terima kasih, Mas Alan, kalau begitu saya pamit duluan," ucap Viona.

"Mau saya antar?" tanya Alan.

Viona menggeleng, perlahan ia melangkah mundur.

"Sampai ketemu lagi, Mas Alan."

Viona berbalik dan mempercepat langkah. Mendapat penolakan saat menyampaikan perasaan jelas bukan hal yang diinginkannya.

Viona memandangi cincin yang melingkar di jari tengahnya. Cincin yang dulunya diberikan kepada mendiang neneknya, lalu diwariskan kepada Viona.

"Cincin ini akan membawamu bertemu dengan jodohmu."

Begitulah pesan nenek saat memberikan cincin itu pada Viona.

"Huff!" Viona meniup poninya.

"Apa nenek berbohong ya?" tanya Viona dalam kegusaran yang berputar-putar di benaknya.

...*****...

Episodes
1 001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2 002 - Wasiat Kakek
3 003 - Beban Keluarga
4 004 - Cincin Janji
5 005 - Ajakan Aliansi
6 006 - Kondangan
7 007 - Kondangan ( 2 )
8 008 - Munculnya Sutopo
9 009 - Bicara Empat Mata
10 010 - Terjebak Jebakan
11 011 - Mencari Solusi
12 012 - Kemalangan Viona
13 013 - Jebakan Untuk Aran
14 014 - Persyaratan Pernikahan
15 015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16 016 - Pernikahan Arun
17 017 - Menjawab Telepon
18 018 - Tidak Adil Bagi Aran
19 019 - Bolehkah Berkencan?
20 020 - Kehilangan Pekerjaan
21 021 - Membawa Masalah
22 022 - Jangan Terbawa Perasaan
23 023 - Tanggung Jawab
24 024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25 025 - Istri Yang Dibully
26 026 - Bertemu Mas Alan
27 027 - Nonton Film Horor
28 028 - Tak Bisa Tidur
29 029 - Makan Sushi
30 030 - Tergoda
31 031 - Handuk
32 032 - Tetangga Cabul
33 033 - Ajakan
34 034 - Kesempatan
35 035 - Kencan Pertama
36 036 - Pujian Untuk Arun
37 037 - Kekasih Sempurna
38 038 - Kedatangan Tamu VVIP
39 039 - Pengeroyokan
40 040 - Nasi Goreng
41 041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42 042 - Menjadi Babu
43 043 - Menyelamatkan Viona
44 044 - Pacarku Gigolo?
45 045 - Reka Ulang
46 046 - Godaan Terlalu Berat
47 047 - Viona Jatuh Sakit
48 048 - Bukan Pria Simpanan
49 049 - Kemarahan Arun
50 050 - Kejutan Untuk Viona
51 051 - Pindah
52 052 - Perkenalkan
53 053 - Dansa
54 054 - Sial
55 055 - Sabotase
56 056 - Penjelasan
57 057 - Aku Milikmu
58 058 - Kencan Bersama Aran
59 059 - Cemoohan Bu Inaya
60 060 - Kesabaran Setipis Tisu
61 061 - Cemburu
62 062 - Penyerangan
63 063 - Perundungan
64 064 - Meluruskan Gosip
65 065 - Bu Dyan
66 066 - Sok Akrab
67 067 - Drama Tepung
68 068 - Kakek
69 069 - Berita Buruk
70 070 - Ancaman
71 071 - Mencari Tahu
72 072 - Kecurigaan
73 073 - Keluhan
74 074 - Kehamilan
75 075 - Ketahuan
76 076 - Kebimbangan Aran
77 077 - Perintah Kakek
78 078 - Keputusan Viona
79 079 - Air Mata Viona
80 080 - Kepergian
81 081 - Menyelesaikan Masalah
82 082 - Putus Asa Aran
83 083 - London
84 084 - Pupus
85 085 - Kembali Pulang
86 086 - Kehidupan Baru Viona
87 087 - Bertemu Lagi
88 088 - Kehadiran Arun
89 089 - Masalah Rumah Tangga
90 090 - Suami Viona
Episodes

Updated 90 Episodes

1
001 - Pernyataan Cinta Yang Ditolak
2
002 - Wasiat Kakek
3
003 - Beban Keluarga
4
004 - Cincin Janji
5
005 - Ajakan Aliansi
6
006 - Kondangan
7
007 - Kondangan ( 2 )
8
008 - Munculnya Sutopo
9
009 - Bicara Empat Mata
10
010 - Terjebak Jebakan
11
011 - Mencari Solusi
12
012 - Kemalangan Viona
13
013 - Jebakan Untuk Aran
14
014 - Persyaratan Pernikahan
15
015 - Menikahi Pria Yang Dulu Kusuka
16
016 - Pernikahan Arun
17
017 - Menjawab Telepon
18
018 - Tidak Adil Bagi Aran
19
019 - Bolehkah Berkencan?
20
020 - Kehilangan Pekerjaan
21
021 - Membawa Masalah
22
022 - Jangan Terbawa Perasaan
23
023 - Tanggung Jawab
24
024 - Mempertaruhkan Masa Depan
25
025 - Istri Yang Dibully
26
026 - Bertemu Mas Alan
27
027 - Nonton Film Horor
28
028 - Tak Bisa Tidur
29
029 - Makan Sushi
30
030 - Tergoda
31
031 - Handuk
32
032 - Tetangga Cabul
33
033 - Ajakan
34
034 - Kesempatan
35
035 - Kencan Pertama
36
036 - Pujian Untuk Arun
37
037 - Kekasih Sempurna
38
038 - Kedatangan Tamu VVIP
39
039 - Pengeroyokan
40
040 - Nasi Goreng
41
041 - Pria Kaum Jetset vs Wanita Kaum Jetlag
42
042 - Menjadi Babu
43
043 - Menyelamatkan Viona
44
044 - Pacarku Gigolo?
45
045 - Reka Ulang
46
046 - Godaan Terlalu Berat
47
047 - Viona Jatuh Sakit
48
048 - Bukan Pria Simpanan
49
049 - Kemarahan Arun
50
050 - Kejutan Untuk Viona
51
051 - Pindah
52
052 - Perkenalkan
53
053 - Dansa
54
054 - Sial
55
055 - Sabotase
56
056 - Penjelasan
57
057 - Aku Milikmu
58
058 - Kencan Bersama Aran
59
059 - Cemoohan Bu Inaya
60
060 - Kesabaran Setipis Tisu
61
061 - Cemburu
62
062 - Penyerangan
63
063 - Perundungan
64
064 - Meluruskan Gosip
65
065 - Bu Dyan
66
066 - Sok Akrab
67
067 - Drama Tepung
68
068 - Kakek
69
069 - Berita Buruk
70
070 - Ancaman
71
071 - Mencari Tahu
72
072 - Kecurigaan
73
073 - Keluhan
74
074 - Kehamilan
75
075 - Ketahuan
76
076 - Kebimbangan Aran
77
077 - Perintah Kakek
78
078 - Keputusan Viona
79
079 - Air Mata Viona
80
080 - Kepergian
81
081 - Menyelesaikan Masalah
82
082 - Putus Asa Aran
83
083 - London
84
084 - Pupus
85
085 - Kembali Pulang
86
086 - Kehidupan Baru Viona
87
087 - Bertemu Lagi
88
088 - Kehadiran Arun
89
089 - Masalah Rumah Tangga
90
090 - Suami Viona

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!