"Fieca, kamu sudah siap'kan Sayang?" Sang Mama memanggil dari luar kamar sambil mengetuk pintu.
"Tenang Ma, tadi saja Fieca sudah menelpon Gada untuk meminta bantuan." Fieca memberikan sahutannya dengan membuka pintu untuk Mamanya.
"Bantuan apa?"
Dengan pelan dan tenang Fieca menjelaskan semuanya kepada Mamanya, kenapa dia baru-baru ini bisa menjadi youtubers? Di mana dia mendapatkan keceriaannya kembali? Itu semua dia ceritakan ke Mamanya, sang Mama akhirnya hanya bisa menganggukan kepala sembari menyimak dengan benar penjelasan dari sang puteri. Namun, pembicaraan anak dan Mama itu terhenti karena mendapatkan panggilan dari ayahnya Fieca.
"Fieca, itu teman kamu sudah ada di ruang tamu."
"Iya, Ayah. Mama siap-siap saja dulu di dapur, nanti Fieca menyusul bersama Gada."
"Ok, Sayang." Mamanya pun pergi ke dapur setelah mengacak gemas rambut Fieca yang menyeruakan wangi strobery.
"Assalamu'alaikum, Om, Kakak."
"Wa'alaikumussalam, yuk masuk Gada."
"Ok, Kak." Gada memasuki rumah dengan sangat sopan.
"Ini teman youtubers kamu ya, Fie?"
"Iya, Ayah."
"Emm, langsung saja kalian ke dapur. Ayah pamit dulu ya Fie ke kantor pusat studio radio kita."
Iya, Ayahnya Fieca ini bekerja sebagai Direktur di perkantoran studio radio tempat di mana karyawannya melakukan wawancara atau pekerjaan sejenisnya yang berkaitan dengan kantor pusat tersebut. Bukan hanya itu saja beliau juga sebagian bekerja sampingan sebagai Dosen Fakultas Psikologi di salah satu Universitas tempat di mana dulu Fieca berkuliah menyelesaikan S1 nya.
"Iya Ayah, hati-hati." Fieca dan Gada menyalimi tangan Pak An dengan takzim.
Setelah Pak An tak terlihat lagi dari komplek rumah sembari mengendarai mobilnya, Fieca pun menutup pintu dan mengajak Gada menemui Mamanya yang sudah stay di dapur. Saat sudah sampai di dapur, Fieca melihat sang Mama sedang memilah-milah perlengkapan dan bahan-bahan untuk membuat kue. Fieca kira Mamanya akan memasak makanan apa, ternyata ...
"Mama, kenalin ini Gada."
"Siang Tante, salam kenal saya Gada Adik angkatnya Kak Fieca yang dulu sempat menjadi rekan kerja sebagai sekretaris."
"Hoawalah, siang dan salam kenal juga ya Gada."
"Mama, kita mau membuat kue apa ini."
"Mama mau membuat kue telur karuang, kue ini pernah Mama buat semenjak dulu kecil kamu aqiqah. Makanya itu pipi kamu gendut dan kenyal sama seperti kue tersebut, hhee."
"Ishh, Mama." Fieca menutupi kedua pipinya menggunakan dua belah tangannya.
Ibu Rami dan Gada yang melihat salah tingkahnya Fieca hanya bisa tertawa ringan, Fieca pun melangkahkan kakinya menuju kulkas untuk mengambil air minum. Namun, dia melihat begitu banyak bahan makanan. Ahh, mungkin juga tadi pagi Mamanya langsung sekalian membeli semua isi kulkas ini. Gada juga terlihat mempersiapkan kameranya di atas meja makan, tidak lupa dia menggunakan laptop agar mudah untuk mengakses vedio konten lagi.
Setelah semuanya sudah siap, Fieca dan Mamanya pun memulai aksi mereka berdua tepat di depan kamera. Di sana juga Gada memperhatikan dengan sangat teliti sambil meminum lemon tea yang tadi dibuatkan Fieca. Gada takjub dengan Ibu Rami karena lebih terlihat jaim, pantas saja Kak Fiecanya baru mencoba itu terlihat antusias. Ehh, ternyata memang bakat ini menular dari sang Mama.
Satu jam setengah kemudian ...
Konten itu pun telah selesai, kue juga sudah siap untuk di makan bersama-sama. Fieca yang baru mencicipi kue buatan Mamanya ini terlihat begitu keenakan karena cita rasa manis dari kue ini sangat-sangat bisa mengoyang-goyangkan lidahnya yang memang menyukai cemilan manis. Untung saja dia tidak memiliki riwayat sakit gigi, hingga ini cukup membebaskan dirinya untuk menikmati cemilan-cemilan tersebut.
Gada juga sama seperti Fieca yang ingin dan ingin lagi menikmati kue manis yang tercipta dari gula aren ini, sungguh ini adalah cemilan yang enak dan hampir mirip seperti jajanannya negara Jepang, Korea dan China. Dari bentuk sangatlah sama, tetapi dari cita rasa dan nama cemilan mungkin sedikit berbeda. Sayangnya Gada hanya bisa menikmati hingga dua kali nambah saja, dia teringat bahwa dirinya memiliki tekanan gula darah. Mau bagaimana lagi yaa, dia juga harus selalu menjaga kesehatannya.
Setelah Fieca puas menikmati kue buatan Mamanya, Gada pun berpamitan pada mereka berdua untuk kembali pulang ke apartemen. Terkadang Gada ke rumah orang tuanya, tetapi dia lebih menyukai tinggal di apartemen karena sendiri dulu itu sebuah kemandirian untuknya. Fieca juga belum mengetahui ini karena mereka baru-baru saja bisa mengakrapkan diri.
"Kak, kok tadi Ayahnya Kakak pergi bekerja? Bukannya ini harinya libur."
"Kayak kamu tidak tahu saja, Gada. Perkantoran Radio itu keseringan dikunjungi oleh orang-orang curhat ataupun sejenisnya yang bisa membuat konten-konten di media sosial tentang banyaknya materi psikologi dan lain-lainnya yang mana itu bisa dikatakan bermanfaat, makanya selalu dibuka pada jam-jam tertentu jika memang itu di hari libur!"
"Begitu, sangat free ya Kak."
"Iya, makanya banyak pemasukan buat Ayah."
"Umm, Gada pamit pulang ya Kak. Ingat, lebih semangat lagi!"
"Siap itu selalu mah."
Keduanya sama-sama mengacungkan jempol karena merasa itu adalah suatu kekompakan. Gada pun telah melesat dengan mobil merahnya, dan Fieca juga sudah memasuki rumahnya untuk tidur siang di dalam kamar. Hari ini sangat menyenangkan untuknya walaupun itu hanya berada di dalam rumah, dan juga melelahkan karena kemauan sang Mama yang lumayan random baginya.
••••••
Setelah menyelesaikan shalat zuhur di rumah, Zudan merasa ngantuk yang kini menghadang matanya. Tetapi, dia tepis karena siang ini dia disibukan mengajar anak-anak muda SMAN Almadaniyah untuk belajar bagaimana caranya memukul rebana dengan baik dan benar. Sebab beberapa bulan lagi yang dia ajarkan ini akan ditugaskan menjadi Tim Habbsy dalam acara penyambutan tahun baru di sekolah mereka.
Latihan ini pun dilaksanakan di dalam masjid terdekat rumahnya Zudan, mungkin nanti ketika acara sekolah itu dilaksanakan Zudan hanya menjadi penonton saja. Untungnya dulu saat masih di Pesantren Zudan selalu banyak aktif mengikuti kegiatan keislaman mau itu akademik, maupun non akademik. Karena baginya ini nanti akan menjadi ladang pahala dan juga rejeki halal di suatu hari kelak.
Zudan pun mengunci rumahnya dan ikut berboncengan bersama adik sepupu laki-lakinya menggunakan motor scoopy. Mereka berkendara dengan kecepatan rata-rata untuk menjaga keamanan karena itu paling utama. Tidak memakan waktu lama mereka akhirnya telah sampai di masjid, di sana juga sudah banyak terdapat anak-anak sekolah yang memanglah sekelas. Anak-anak itu menyambut dirinya dengan senyuman ceria dan penuh dengan penghormatan tanda mulainya pembimbingan pertama untuk mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments