BAB EMPAT BELAS

Pak An yang melihat istrinya sedikit terkejut membuat beliau bertanya, "Ma, apa yang membuatmu terkejut saat melihat handphone?"

"Emm, ini Yah. Keceriaan yang dulu sedikit hilang dari Fieca gara-gara perusahaannya yang bangkrut telah tergantikan dengan perkembangan dirinya menjadi seorang youtubers, walaupun baru dua kali."

"Ku kira apa tadi, biarkan sajalah. Asalkan kita tetap bisa memastikan masa depannya itu cerah!"

"Iya, Ayah benar."

Pembicaraan singkat mereka pun terhenti karena telah tiba di rumah, tepat saat itu pula Fieca juga baru sampai diantarkan pulang oleh Gada. Untung saja Gada tidak sampai telat mengantarkan Fieca kakak angkatnya pulang ke rumah dengan selamat, jika tidak kasihan Fiecanya. Fieca hanya bisa menghembuskan ringan napasnya saat Gada berpamitan dan juga dirinya menyalimi tangan orang tuanya sebelum sama-sama memasuki rumah.

"Fie, nanti kita youtubers bareng-bareng yuk! Yaa, Mama nanti mau masak ala-ala Mama."

Mendengar ini membuat Fieca mengulum senyumnya, ternyata Mamanya ikut melihat apa yang dia lakukan. "Boleh Ma, kapan?"

"Besok pagi agak siangan kayaknya, soalnya kita perlu ke supermarket dulu."

"Ok, Ma."

Fieca mengacungkan jempolnya seraya memasuki kamarnya yang berada di pintu ke dua setelah kamar orang tuanya, bisa dibilang kamarnya ini berada di lantai atas karena kamar utama itu adalah untuk kamar tamu yang berada di lantai bawah. Orang tuanya pun juga telah memasuki kamar untuk bebersih dan tidur malam dengan merajut ke alam mimpi yang indah.

Di pagi hari yang sejuk dipenuhi embun dingin saat ini Fieca hanya berada sendirian di rumah karena baru saja ditinggal orang tuanya berbelanja, perut juga merasakan lapar yang tak terkira membuat dirinya membuka kulkas. Namun, yang dilihatnya hanyalah ada brokoli yang sudah direndam menggunakan air garam, sayur kol, telur ayam, jagung muda dan seledri.

Di atas lemari kulkas juga hanya ada mie rasa soto, dengan bahan-bahan itu Fieca berinisiatif membuat mie sayur. sayuran itu pun dia potong-potong dan dia cuci, lalu dia menghidupkan kompor dan meletakan panci yang sudah diisi dengan air. Sayuran tadi pun dia rebus terlebih dahulu, tidak lupa dia juga memasukan bawang merah yang sudah dipotong kecil.

Setelah sayuran mulai sedikit matang, Fieca pun memasukan mie soto dan telur. Lalu, dia bumbui dengan garam, micin dan rayko secukupnya. Aroma harum dari masakan simplenya ini menyeruak ke indra penciuman, ahh ini membuatnya semakin lapar saja karena saking ngilernya. Tidak seberapa lama setelah mengaduk secara rata, masakan itu pun telah masak dan sudah siap untuk dinikmati.

"Untung saja aku tidak pernah telat makan, jika tidak aku akan sama seperti teman-teman lainnya yang mengidap penyakit maag atau asam lambung. Jauhkan sajalah penyakit itu dariku, cukup sakit tekanan darah rendah saja yang ada padaku dan jangan sampai nambah-nambah," gumam Fieca yang mengambil nasi di piringnya.

Tetapi, memiliki alergi ruam-ruam merah di kulit akibat makan ikan gembung dan ikan tongkol. Serta sakit perut tidak karuan gara-gara makan kepiting dan kerang saja sudah membuatku kesakitan, batin Fieca yang mengelus kulit tubuh dan perutnya.

"Fieca, Mama sudah selesai berbelanja. Kita mandi dulu yuk, Sayang. Baru nanti youtubers bareng," ajak Ibu Rami yang menaruh belanjannya di samping kulkas.

"Sebentar, Mama. Fieca baru saja selesai makan, ini Fieca minum air dulu."

"Iya deh, Mama duluan ya mandinya."

Ibu Rami pun meninggalkan Fieca yang masih berada di dapur, dari tingkah saja beliau terlihat sangat bersemangat. Fieca yang melihat Mamanya hanya bisa menggelengkan kepala saja sambil membereskan bekas makannya di atas meja makan menuju ke pantry. Lalu, Fieca menyusul Mamanya untuk membersihkan diri di kamarnya.

"Mama, emangnya nanti mau masak apa sama Fieca?" tanya Pak An yang melihat istrinya sedang berdandan di meja rias.

"Mama sama Fieca mau membuat kue telur karuang yang ala-ala Jepang itu, Ayah."

"Owh itu, Ayah ingat itu pernah Mama buat waktu Fieca aqiqah."

"Hhee, rasanya tuh manis dan kenyal pas kita makan."

Sedangkan di kamar sebelum mandi Fieca mengambil handphonenya untuk menelpon Gada, [ Halo Gada, kamu bisa tidak dalam waktu tiga puluh menit lagi ke rumah Kakak!" ]

[ Gada bisa saja, Kak. Memangnya ada apa, Kak? ]

Fieca pun menjelaskan keinginan Mamanya setelah melihat kontennya di youtube, Gada yang mendengar hanya bisa terkekeh geli. [ Ok Kak, Gada siap-siap dulunya. ]

Fieca pun mematikan telpon karena dia juga mau bersiap-siap, tidak lupa dia telah memilih baju apa yang akan dia pakai nanti? Untungnya saja hari ini adalah hari minggu jadi semua pekerjaan itu memanglah diliburkan, sehingga siapapun yang memiliki waktu luang akan bisa bersantai dan menikmati kegiatan apapun yang bisa menghibur isi kepala yang intinya sangatlah penat.

••••••

Berbeda dengan orang tua Zudan yang tidak mengenal waktu libur, orang tuanya selalu saja bekerja dan akan meliburkan diri ketika ada acara keluarga saja. Saat ini Zudan sedang melamunkan sesuatu di samping kasurnya, entah tiba-tiba saja dia teringat dengan seorang perempuan muda yang sering dia lihat ketika dirinya dan Ayahnya mengunjungi makam keluarga yang memang berada tidak jauh dari rumahnya Fieca.

Perempuan yang dia lihat itu sering berada di teras rumah, entah sedang menikmati embun pagi, bersantai duduk di depan jendela kamar tidur dan Zudan tidak sengaja menghampiri perempuan itu dengan keperluan membagikan bingkisan daging sapi qurban. Perempuan itu selalu memakai mukena putih bening setiap kali Zudan memandangnya.

"Jika aku nanti menikahi perempuan lain, bagaimana nanti dengan cintaku kepada perempuan bermukena itu?" gumam Zudan yang ingin memeluk lututnya.

Semakin mengingat perempuan itu membuat Zudan tersenyum pasi, dia ingat mata hezel perempuan itu sangatlah cantik saat ditatap, kulit wajah seputih susu menambah kesan cantik semakin bertambah. Apalagi di bawah bibir perempuan itu terdapat tahi lalat yang membuat perempuan itu terlihat lucu, hidung yang mancung menginginkan Zudan untuk mencubitnya.

Bukan hanya itu saja, pipi perempuan itu sangatlah gemas untuk di makan seperti memakan kue bolu. Ahh, ini malah membuatnya membayangkan apa yang belum mahram untuknya. Zudan pun mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat dhuha dan bertadarus melantunkan surah Ar-Rahman, surah ini sangat disukai oleh perempuan yang baru saja dia lamunkan.

Zudan tahu ini karena pernah melihat perempuan itu mendengarkan murottal surah Ar-Rahman, kebetulan perempuan itu sedang menghafalkan surah tersebut. Kurang lebih lima menit Zudan telah menyelesaikan wudhunya, dia pun melanjutkan dengan melaksanakan ibadah shalat menghadap sang Rabb yang selalu menjadi tumpuan paling utamanya. Karena ini adalah satu-satunya cara untuk menenangkan hati dikala berada dalam situasi sulit maupun senang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!