Bulan sabit kecil malam ini sangat begitu manis sama seperti senyuman Fieca yang melengkung di wajah putihnya. Malam ini setelah berpamitan pada orang tuanya Fieca telah berada di perjalanan bersama Gada di mobil yang dikendarai dengan kecepatan rata-rata, sedangkan orang tuanya juga berangkat menuju rumah keluarga Pak Gufu.
Tak dapat dipungkiri Gada sangat-sangat terpesona dengan kecantikan Fieca yang kini mengenakan dress selutut berwarna hitam, dipadukan dengan polesan wajah yang bisa dikatakan natural. Gada akui di mana pun Fieca jalan keluar rumah pastinya sangatlah menawan dan nyaman dipandang matanya, apalagi Fieca ini terkadang menyukai parfum yang menyeruakan wangi lavender ataupun mint.
Dress atau busana apapun yang dikenakan Fieca pastinya selalu terlihat sopan, dia begini karena selalu mengingat nasihat orang tuanya untuk selalu menjaga diri dan adab dalam hal berpakaian. karena'kan ini demi kebaikan dirinya juga, menggunakan aksesoris pun hanya seadanya saja. Dia tidak mau membuat dirinya berada dalam keadaan berbahaya, itulah pertahanan dirinya.
"Kak, yuk turun kita sudah sampai di restoran ala-ala Ausie." Gada mempersilahkan Fieca menuruni mobil setelah dia membukan pintu.
"Iya, Gada."
Mereka pun memasuki restoran itu dengan langkah yang sangat anggun bak seperti memasuki aula istana, pinggul Fieca juga tidak sengaja berlenggak-lenggok menyesuaikan langkah kakinya yang mengenakan hells. Fieca cukup terpesona melihat pemandangan di dalam restoran ini, ini sangatlah berbeda dari restoran lainnya. Bukannya Fieca kudet tentang hal menjelajah tempat-tempat terbaru, tetapi dia kurang menyukai saja untuk terlalu sering keluar rumah jika itu tidaklah penting.
"Mari Tuan, Nona. duduk di tempat yang masih kosong ini, kebetulan ini tempatnya sangatlah cocok untuk pasangan seperti kalian yang mendapatkan nomor pengunjung keberuntungan." Pelayan restoran menyambut mereka berdua dengan sangat elegan.
"Baik." Gada menyahuti pelayan tersebut sembari mempersilahkan Fieca menduduki kursi meja yang telah dia geser.
"Tuan, Nona. Silahkan memesan menu di restoran kami!" Pelayan itu menyodorkan buku menu sambil menenteng buku kecil dan pena untuk dia catat dan nanti diberikan kepada chef.
Setelah sepuluh menit memesan makanan dan minuman ringan, Fieca dan Gada kembali memainkan handphone mereka masing-masing. Pelayan itu juga melanjutkan pekerjaannya menuju pantry yang menghubungkan ke meja kasir chef. Jika dilihat secara lebih detail dekorasi di restoran ini hampir sedikit mirip dengan ornamen negara Eropa dan Belanda, menu makannya pun tidak lepas dengan tiga negara itu termasuk Australia.
"Kak, maafnya kita tidak jadi ke gym."
"Santai saja, Gada. Malahan Kakak suka diajak kamu ke restoran ini, seakan Kakak itu ingin melakukan konten youtube lagi."
"Haha, boleh itu Kak. Sebentarnya aku telpon dulu Bosnya."
"Heh, iya deh." Fieca menekuk wajah randomnya dikala Gada beneran menelpon pemilik restoran ausie ini.
Makanan yang tadi dipesan pun telah datang dan terhidang di meja ketika Gada sudah selesai bertelponan, Gada juga langsung mengeluarkan kameranya yang selalu dibawanya kemana pun dirinya berada. Gada mengarahkan kamera itu ke arah Fieca dan memisahkan makanannya dengan makanan Fieca agar dia dan Fieca mudah melakukan kegiatan masing-masing.
"Ayok Kak, mulai kontennya. Aku simak deh sambil makan, sudah diberikan izin juga oleh pemilik restorannya."
"Emm iya, Kakak mulai lagi membuat konten kedua." Fieca pun memulai vedionya dengan kerandoman yang dia miliki.
••••••
Setelah Pak An dan Ibu Rami sudah sampai di rumah sanak keluarga Pak Gufu, mereka pun langsung mengambil tempat duduk yang telah disediakan. Kaum laki-laki duduk dari ruang tamu sampai ke ruang keluarga, sedangkan kaum perempuan duduk di ruang yang menghubungkan dengan sisi dapur. Ibu Rami juga membantu Ibu-Ibu di sini dengan sikap rajinnya, tas jinjing yang dibawa selalu tidak bisa lepas dari atas lengannya.
"Assalamu'alaikum, Pak." Zudan menyalimi tangan Pak An dan Ayahnya, lalu dia duduk di tempatnya.
Pak An juga tidak menyangka bahwa yang memimpin doa haulan malam ini adalah Zudan, Pak An kagum Zudan memang sangat lihai dalam membacakan doa-doanya. Dari raut wajah saja Zudan terlihat begitu fokus, suara lantang berbunyi bass itu juga terdengar merdu. Orang-orang di sini juga mengikuti penuh dengan kesungguhan, karena ini dilakukan demi kebaikan ruh keluarga yang sudah meninggal agar selalu mendapatkan kedamaian.
Sungguh aku tidak salah memilihkan pasangan hidup untuk puteriku Fieca, Zudan ini memanglah cocok untuk anakku kelak. Bobot, bebet mereka berdua saja sangatlah terhormat, batin Pak An yang tidak lepas memperhatikan Zudan.
Setelah pembacaan doa sudah selesai, akhirnya orang-orang sudah bisa menikmati hidangan makanan yang di mana menunya ini adalah lontong sayur. Menu ini dimasak oleh istrinya Pak Gufu dan juga Ibu-Ibu lainnya, menurut keyakinan orang-orang ketika memasak itu kuahnya tidak boleh terlalu cair. Takutnya liang lahat akan banjir oleh air. Nah, makanya setiap memasak para Ibu-Ibu selalu menggunakan kuah yang kental.
Saat berada di acara haulan itu juga tidak boleh adanya saling menggosip ataupun mengundang keributan lainnya, jika sudah berada di acara maka cukup fokuslah pada haulan tersebut. Kebetulan juga lontong sayur ini adalah makanan kesukaannya Pak An. Ini membuat beliau makan dengan sangat lahab saking enaknya makanannya yang disajikan ini.
Acara pun akhirnya telah selesai dikarenakan warga kampung berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing. Sama juga halnya seperti Pak An dan Ibu Rami mereka berdua saling menyalami tangan Pak Gufu dan istri, serta mengucapkan banyak terima kasih karena telah diundang dalam acara haulan ini. Tidak lupa juga istrinya Pak Gufu membawakan bingkisan kue basah untuk dibawa Pak An dan Ibu Rami.
Bingkisan itu pun diterima dengan secerah senyuman tanda saling menghargai satu sama lain. Tidak lupa juga Zudan mendatangi orang tuanya dan menyalimi lagi tangan Pak An dan Ibu Rami, mereka pun kembali memberikan senyum penuh dengan ketulusan. Lalu, setelah itu Pak An dan Ibu Rami memasuki mobilnya untuk pulang ke rumah.
Di dalam perjalanan Ibu Rami memikirkan Fieca, apakah anak itu sudah pulang ke rumah? Ibu Rami pun melirik jam di handphone, ternyata ini hampir menunjukkan jam setengah sembilan malam. Bingkisan itu pula akan dia berikan untuk Fieca saja, toh juga termasuk cemilan sehat. Sedangkan Pak An masih dengan posisinya fokus dalam menyetir mobil yang dikendarainya.
Karena tidak mau berpikir yang tidak masuk akal, Ibu Rami pun membawa dirinya berselancar menikmati sosial media youtube. Namun, dia malah terkejut ternyata Fieca anaknya baru saja selesai melakukan siaran langsung di aplikasi yang sedang dia saksikan. Iya, sekarang ini Ibu Rami menonton siaran ulang dengan tangan menutup mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments