"Bentar Gada, ini Kakak harus mulai darimana dulu? Apa kayak anak kekinian yang 'Hello, Gyuss'?"
"Senyaman Kakak saja."
Fieca pun memulai aksinya, Orang-orang di sana juga ikut-ikutan menampakan dirinya di balik kamera walau hanya lewat saja. Ingin rasanya Gada tertawa lepas lagi, tetapi dia hanya bisa tertawa ringan saja. Dia tidak mau mengganggu titik fokus Fieca yang sedang berkonsentrasi di depan layar kamera dengan celoteh-celoteh bagaikan burung nuri yang sedang berkicau.
Semoga saja dengan Kakak menjadi youtubers bisa membuat diri Kak Fieca terbukti sukses tanpa adanya ejekan dari siapapun itu orang-orangnya, batin Gada yang selalu memberikan dukungan untuk Fieca.
Tiga puluh menit berlalu ...
Fieca telah menyelesaikan satu kontennya, dia tidak menyangka bahwa dia lihai dalam membawakan sebuah konten. Padahal dirinya bukan pembawa acara maupun presenter. Namun, ini sangat-sangat menarik untuk dirinya kembali bersemangat.
Gada yang membantu sang Kakak pun ikut senang dan takjub bisa melihat semangat Kakaknya telah kembali. Sungguh waktu luangnya sangat tidak sia-sia karena berhasil membuat sang Kakak ceria lagi, kamera yang tadi dipakai Fieca kini di ambil alih untuk mengedit vedio konten sebelum di update ke chanel youtube.
"Gada, kita pulang yukk."
"Iya, Kak. Kakak juga mengantuk karena kekenyangan, tidur saja nanti Kak di dalam mobil. Biar aku yang nyetir, ini juga tidak terlalu sore."
"Kakak iya-iya saja."
Melihat Fieca yang memang benar-benar menguap karena mengantuk, Gada pun menggendong Fieca Kakaknya dari belakang setelah keluar dari rumah makan itu. Dia berjalan dengan langkah pelan. Namun, sangatlah cepat.
Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di mobil, Gada membuka pintu mobil dan menyandarkan Fieca di samping kursi kemudi. Lalu, Gada mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Di dalam perjalanan menuju rumah, Fieca masih tidur dengan nyenyaknya. Sedangkan laju mobil Gada semakin melambat dikarenakan sebentar lagi mereka akan sampai di kediamannya Fieca. Perubahan laju mobil ini membuat Fieca terbangun, dia pun mengerjapkan mata sembari mengumpulkan nyawa.
"Hoaaam, apakah kita akan segera sampai?"
"Iya Kak, tapi kita singgah ke minimarket dulunya untuk membeli beberapa bungkus coklat bubuk."
"Iya, Kakak menunggu di dalam mobil saja."
Gada pun memberhentikan mobil tepat di sisi pinggir minimarket. Menurutnya tidak apa-apa memarkirkan mobil di sini karena di kelilingi banyak pasang mata, di dalam mobil pun juga ada Fieca. Setelah memastikan apakah sudah aman? Gada akhirnya melangkahkan kaki berjalan memasuki minimarket.
Sembari menunggu Gada, Fieca memeriksa handphone. Apakah banyak notifikasi? Ternyata ada yaitu dari Ayahnya, "Nak, kamu kami tinggal sendirian di rumah. Soalnya tiga hari ke depan Ayah dan Mama ada urusan di luar Kota, jaga rumah baik-baik ya!"
"Fyuuh." Fieca menghembuskan napasnya dalam-dalam.
Aku tidak tahu apakah nanti yang akan terjadi setelah Ayah dan Mama telah berada di rumah? batinnya mengingat kembali keterpurukan tadi siang.
Iya, ketika Fieca mengalami kejadian di luar nalar pada bangkrutnya perusahaan. Handphone senghaja dia matikan, itu karena dia tidak mau banyak mengambil pusing akan banyaknya notifikasi tidak penting yang bermunculan. Namun, sebelum itu dia telah meninggalkan info pada status Whatsapp.
"Kita lanjut pulang ya, Kak. Ini bungkusan snack coklat dan coklat bubuk untuk Kakak."
Gada memasuki mobil tanpa sepengetahuan Fieca, Fieca pun akhirnya mengelus dadanya untuk menormalkan rasa kaget dan tidak enaknya pada Gada. Tangannya juga mengambil kresek yang diserahkan Gada untuknya.
"Iya, maafkan Kakak ya Gada karena tidak menyadari kamu sudah ada di mobil." Fieca meminta maaf dengan puppy eyesnya.
"Santai Kakak." Gada kembali mencubit lembut pipi Fieca.
Mobil pun kembali berjalan dengan kecepatan stabil. Gada kamu pulangnya malam saja yaa, soalnya Ayah dan Mama Kakak tidak ada di rumah. Nanti Kakak masakan makan malam untuk kita berdua, bisakan?"
"Bisa kok, Kakak. Lama juga baru makan masakan ala, Kakak." Mendengar akan dimasakan oleh Fieca membuat perut Gada merasakan lapar.
Setengah jam berlalu, mereka berdua telah sampai di rumah. Gada turun terlebih dulu agar bisa menyambut Fieca turun dari mobilnya, sungguh Fieca sudah seperti seorang Puteri Raja oleh perilaku yang dilakukan Gada.
Untung saja selama kemana-mana Fieca selalu membawa kunci rumah cadangan yang tersimpan di dalam tasnya. Kalau tidak, pasti dia akan kesulitan untuk memasuki rumah beton minimalis milik orang tuanya ini.
Gada pun langsung menuju kamar tamu untuk menumpang mandi, dia juga beruntung karena tidak melupakan membawa baju ganti saat berada selain di dalam rumahnya. Berbeda dengan Fieca setelah meletakan tasnya di ruang keluarga, dia langsung saja menuju dapur untuk memasak.
Fieca tahu dirinya ini adalah perempuan manja, tetapi dia tidak melupakan qodratnya sebagai perempuan yaitu untuk bisa mengurus rumah seperti berberes, memasak, mencuci baju dan lain-lainnya. Ajaran ini dia amalkan dari nasihat Mamanya, ini pun tidak melelahkan karena dirinya sudah terbiasa.
Saat shalat magrib sudah berakhir, Fieca juga sudah menyelesaikan pekerjaannya. Lalu, dia pergi ke kamar untuk mandi dan mengerjakan ibadahnya yaitu shalat dan mengaji. Gada juga belum keluar dari kamar tamu karena sibuk akan ibadah masing-masing yang mereka laksanakan.
19.35 Wib ...
Kedua Kakak beradik ini sudah berada di meja makan, mereka menikmati makan malam ini dengan khidmat. Kali ini makanan yang Fieca masak adalah sayur asam daun melinjo, sambal petai dan telur omelet. Dalam memasak Fieca suka menambahkan banyak bumbu rayko dan sedikit garam.
Fieca juga sudah menyediakan minuman kopi panas dan air mineral di dalam gelas, benar saja. Masakan Fieca membuat Gada makan dengan sangat lahap, bahkan dia sampai menambah tiga porsi makannya. Menurutnya masakan yang paling enak itu adalah masakan Ibunya dan Fieca Kakaknya.
Akhirnya mereka berdua sudah selesai makan bersama, "Kak, aku ke ruang keluarga dulunya untuk mengedit vedio konten dan mengupdatenya ke chanel youtube."
"Iya, nanti Kakak menyusul setelah membereskan meja makan dan membuat segelas susu coklat hangat untuk Kakak!"
"Baik, Kak."
Gada melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga dengan membawa kopi yang sudah hangat, untung saja peralatan untuk konten tersebut sudah dia letakan di meja ruang keluarga. Jemari lincah Gada bermain dengan lihainya di atas keyboard laptop miliknya, jarinya seakan menari-nari seperti seorang pelukis yang melukiskan gambarnya.
Fieca yang baru saja sampai di ruang keluarga dengan tangan memegang mug berisikan susu coklat hangat. Dia juga ikutan duduk di samping Gada tanpa ingin membuat kaget atau pun menganggu. Buat apa menganggu coba kalau ini memang untuk kebaikannya agar tidak mudah diremehkan oleh orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments