BAB DUA

Rambut lurus hitam tergerai indah melambai-lambai mengikuti semilir angin yang sedari tadi sedang menerpa, wajah mulus seputih susu dan tembem berubah merah ketika dicubit. Iya, itu adalah Fieca yang berdiri santai dengan tangan terlentang seolah-olah memanggil malaikat untuk menyembuhkan isi hatinya.

"Gadaaaaa, pipi Kakak sakit. Kamu kenapa nakal segala cubit pipi Kakak, sini kamu!"

"Wlee, habisnya Kakak cuekin Gada sih."

"Gada ini kita lagi di Danau, bukan di Pantai. Buat apa kejar-kejaran kayak gini!"

Gada pun tertawa lepas karena Fieca menggelitiki perutnya. Merasa lelah dengan kelakuan absurd ini membuat Fieca kehausan, matanya melihat sekelilingi tempat hingga menemukan penjual es krim yang sedang berjualan tepat di samping penjual roti bakpao.

"Kak, kenapa?"

"Ke sana yukk." Fieca menunjuk ke arah dua kedai.

"Sebentar, Kak. Ada panggilan di handphone, Kakak duluan saja."

"Emm." Fieca beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Kedai dengan wajah masam.

Gada pun mengangkat telpon dengan perasaan tidak enak dihatinya, [ Siang, Pak. Apakah ada yang bisa saya bantu? ]

[ Diingat mulai besok kita benahi ulang peraturan perusahaan dan lainnya di Kantor yang telah saya ambil alih, tetapi sebelum itu kita adakan rapat internal terlebih dulu. Soalnya saya mau membahas beberapa hal penting, mungkin lima hari ke depan kita akan sangat sibuk sehingga bisa lembur. Saya juga telah mengangkatmu sebagai Sekretaris saya, saya harapkan perusahaan kali ini bisa berkembang di bawah pimpinan saya walau saya juga memegang banyak perusahaan lainnya! ] Tegas Arriz dia berbicara dengan the to point.

[ Terima kasih, baik Pak. ]

Gada pun menyusul Fieca dengan berlari setelah telpon dimatikan sepihak oleh Arriz. Dia mencari-cari di mana keberadaan Fieca, ahh ternyata gadis itu sedang ikut mengantri bersama pembeli lainnya. Di tangan sebelah kiri Fieca memegang dua bungkusan roti bakpao yang beberapa detik lalu telah dia beli.

Wajah Fieca semakin bertambah merah karena terkena terik sinar matahari. Ingin rasanya Gada menjadi peneduh, tetapi itu tidak bisa karena akan mengundang kericuhan dari beberapa orang yang berada di depan dan belakangnya Fieca. Alhasil, akhirnya Gada hanya bisa memilih duduk di bawah pepohonan rindang sambil menunggu Fieca.

"Sudah berapa lama duduk di sini?" Gada kaget karena Fieca tiba-tiba saja duduk di sampingnya.

"Kenapa tidak menyahut!" Wajah Fieca semakin bertambah masam.

"Maaf Kak, beberapa menit yang lalu kok." Gada menetralkan rasa terkejutnya.

"Umm, ini es krim dan roti bakpao untukmu."

"Terima Kasih, Kak."

Fieca pun memakan bakpao itu dengan sesekali menikmati es krim rasa vanila dan madu, bakpao ini pun dia beli dengan rasa coklat. Gada juga memakan es krim dan bakpao itu dengan tertawa ringan, dia tidak heran mengapa Fieca sangat menyukai beberapa cemilan yang selalu membuat pipi Fieca membengkak.

Gada beranjak pergi ke penjual eceran, di situ dia membeli dua botol minuman es teh pucuk harum ukuran sedang. menurutnya menikmati es krim ini sama sekali tidak mengurangi rasa hausnya, lalu dia berjalan kembali untuk memberikan satu botol ukuran sedang itu kepada Fieca.

"Kenapa tidak sekalian tadi kamu membelikan Kakak gulali berwarna pink itu?"

"Kakak ingin gulali?"

Mendengar itu membuat penjual eceran itu mendekati mereka dan memberikan gulalinya ke tangan Fieca. Sontak ini membuat Gada kembali mengeluarkan uang dari dompetnya, tetapi penjual itu menolak karena saat membeli dua minuman Gada memberikan uang lebih. Gada pun hanya bisa tersenyum kagum kepada penjual yang kembali berjualan itu.

Lain halnya dengan Fieca, dengan sangat cepat dia memakan gulali. Wajahnya terlihat sangat lucu sehingga ini membuat Gada semakin tersenyum lebar, tetapi senyum itu dia artikan bahwa dirinya senang karena Fieca sangat tidak cerewet. Gada takjub kepada Fieca karena bisa semudah ini bersikap tenang dan senang di saat masalah datang melanda.

Bisakah sikap anak-anak ini berhenti sejenak dari Kak Fieca, batin Gada dengan senyumannya.

"Gada, kita berkeliling lagi yuk mencari penjual makanan berat. Perut Kakak masih lapar."

"Iya Kak, ayoo." Ingin rasanya Gada mengejek Kakaknya yang lucu ini, tetapi itu diurungkannya.

Mereka pun kembali berjalan dengan beriringan, penjagaan dan pandangan Gada tidak pernah lepas dari Fieca. Dia selalu menjaga sang Kakak dengan sangat baik, dia tahu dirinya menyimpan perasaan pada Fieca. Namun, ini mustahil bisa diterima Fieca. Rasa itu pun terus saja dia pendam demi kebahagiaan sang Kakak yang sangat berarti untuknya.

"Kak, aku mencintaimu. Tapi, hanya dengan cara inilah aku bisa menafikan seluruh perasaanku untukmu. Aku tidak mau jika nanti aku ungkapkan itu akan membuat kerenggangan, biarlah rasa ini hanya aku pendam untuk kebaikan kita berdua," gumamnya yang tidak terdengar oleh Fieca.

"Gada, kita makan di rumah makan ini saja yaa. Kakak mau makan rawon udang." Fieca mengguncang-guncangkan lengan Gada karena tergiur akan menu makanan di spanduk depan rumah makan itu.

"Baik, Kak."

Mereka berdua pun memasuki rumah makan, memilih duduk di dekat pintu supaya ketika selesai makan tidak kesulitan berdesakan keluar dari tempat ini dengan beberapa pembeli lainnya. Gada pun memesan dua minuman lemon tea, sedangkan Fieca takjub baru kali ini dia menemukan menu makanan yang estetik. Biasanya rawon itu dimasak menggunakan daging kambing atau ayam, ehh ini menggunakan udang.

"Mbk, Mas. ini makanan dan minumannya, silahkan dinikmati." Penjual itu menyajikan makanannya dengan sangat sopan.

Baru saja mencicipi rawon itu, Fieca dibuat sangat kesenangan karena rasa dari rawon ini sangatlah bisa memanjakan lidahnya. Dia pun mengambil nasi dan juga sedikit demi sedikit memakan lauk, mungkin setelah ini dia akan menambah porsi makannya.

Melihat perilaku abstrak Fieca seperti ini membuat Gada mendapatkan ide yang sangat sensasional, dia mengambil kamera canon ukuran sedang dan menyambungkan ke chanel youtube. Dia tahu Fieca ini menyukai makan, nah mungkin dengan cara ini dia bisa membuat sang Kakak dengan cepat untuk kembali mendapatkan penghasilan.

"Kak, aku mempunyai ide cemerlang untuk membuat Kakak sukses kembali dengan sangat melejit."

"Hah, bagaimana itu!" Fieca tidak berhenti menyeduh kuah rawon itu.

"Begini Kak, bagaimana kalau Kakak setiap saat itu membuat konten chanel youtube dengan tema bantu semua penjual makanan dan minuman sehat untuk menjajakan jualan mereka. Kayak chanel Makan Gratis, Bantu Laris. Itu looh, Kak."

"Menarik sih dan sesuai sama Kakak, terus?"

"Soal edit-mengedit itu serahkan ke aku saja, Kak. Nah, Kakak pakai saja dulu kamera aku ini. Bagaimana untuk percobaan pertama kita dengan rawon ini, Kak?"

"Boleh."

Setelah adanya persetujuan dari Fieca, Gada pun menghampiri penjual tersebut untuk meminta persetujuan lagi, setelah itu meja tempat mereka makan dibersihkan dan dihidangkan kembali rawon tanpa nasi. Karena saat ini Fieca hampir kekenyangan, mereka juga memesan es susu rasa vanila.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!