TUNANGANNYA USTADZ MUDA

TUNANGANNYA USTADZ MUDA

BAB SATU

Keributan besar yang baru saja selesai di ruang rapat membuat kedua manusia berbeda jenis ini saling terpaku pada pikiran mereka masing-masing, di kursi sudut paling depan Bos muda menyodorkan dengan kasar beberapa lembaran kertas di depan wajah gadis yang sudah terlihat pucat.

"Hapus air matamu dan tanda tangani surat pemutusan kontrak kerja di antara kita, ini pulpennya!"

"Pa--k, coba ulangi! Apakah saya salah dengar?"

"Jangan balik bertanya, cepat tanda tangani saja surat itu!"

"Jika saya menandatangani surat ini, apa nanti yang akan saya dapatkan?"

"Sebagai kompensasi, anda akan mendapatkan uang sebesar dua miliar setelah saya membeli gedung kantormu ini. Itu juga ketika surat sudah ditandatangani olehmu, pikirkan walaupun anda bangkrut. Tetapi, anda masih tetap bisa memiliki uang."

Setelah mendengar penuturan dari Arriz atasannya, membuat Fieca diam dan membaca lekat-lekat surat itu dengan tangan yang bergetar memegang pulpen.

"Jadi, bagaimana?"

"Bapak tidak usah bertanya lagi, ini suratnya sudah saya tanda tangani!"

"Bagus." Arriz mengambil handphone-nya yang berada di atas meja.

Dengan buliran air mata yang terus saja menetes membuat Fieca terlihat sangat lunglai, kakinya seakan sulit untuk berdiri dan hanya terduduk di kursi dekat Arriz.

"Baiklah, uangnya sudah saya transfer ke rekeningmu. Selamat tinggal dan jangan lupa bereskan semua barang-barang dari ruanganmu, waktu terakhirmu hanyalah pada hari ini saja."

Arriz pun bergegas meninggalkan Fieca dengan langkah angkuhnya sembari membawa surat yang telah dia masukan ke dalam tas miliknya. Jangankan menoleh ke arah Fieca, memperhatikan wajah pasi gadis itu saja dia seakan tidak sudi lagi.

Tangis Fieca pun seketika pecah di saat dia telah berada di dalam ruangannya, semua barang-barang yang mudah rusak kini dia lempar ke segala arah. Dia sudah tidak peduli lagi apa yang akan terjadi, karena kantor ini bukan lagi menjadi miliknya.

Apa nanti yang harus aku katakan pada Ayah dan Mama? Pasti mereka akan memarahiku, baru saja beberapa bulan aku berjuang di perusahaan kecil ini. Tapi, mengapa harus secepat ini aku hancur seperti belingan vas bunga kaca? jerit Fieca dengan isak tangisnya.

Setelah puas menangis selama dua jam, Fieca pun mengemasi barang-barangnya dengan sangat tergesa-gesa. Menurutnya buat apa lagi berlama-lama di tempat ini kalau hanya menumbuhkan luka karena kegagalan, lebih baik pergi dan kembali mencari jalan keluar.

"Maaf, Mbk. Apa keadaan Mbk baik-baik saja?" tanya karyawan perempuannya.

"Baik saja kok, kamu dan lainnya tetap semangat bekerjanya walau bukan saya lagi pemimpin kalian di kantor ini!"

"Maksud Mbk bagaimana?" Dua orang OB laki-laki juga ikutan menanyai dirinya.

"Perusahaan ini sudah sepenuhnya diambil alih oleh Pak Arriz, jadi mulai besok kalian bekerja di bawah pimpinan beliau."

"Mbk, ini bukan bercandaan'kan?"

"Bukan, kali ini saya serius. Saya tahu saya ini humoris, tetapi itu juga ada pada kondisi tertentu!"

"Jadi ..., Mbk resign secara halus dari kantor ini. Kenapa bisa begini, Mbk?"

"Umm, pokoknya saya harapkan kalian tetap bersemangat bekerjanya. Banggakan diri saya dengan cara kalian tetap bertahan di sini dengan sangat rajin, kita masih bisa bertemu di lain waktu kok."

"Sia--ap, Mbk. Mari saya antar dengan mobil, kebetulan juga ini telah menunjukkan jam pulang kerja," sela Gada sekretarisnya.

"Terima kasih, Gada."

"Sama-sama, Mbk. Mari saya bawakan juga barang-barang yang Mbk angkut itu."

"Ja--ngan, aku tidak mau merepotkanmu."

"Mbk!! Stop bilang seperti itu, Mbk itu sudah saya anggap seperti Kakak saya sendiri. Jadi, biarkan saya melakukan hal apapun sebagai seorang Adik."

"Dasar, kakakmu ini lapar."

"Baik Mbk, aku akan membawamu ke cafe milik temanku."

Di dalam mobil Fieca hanya mendiamkan dirinya, wajahnya pun dipalingkan ke arah jendela mobil. Gada yang paham akan kondisi Fieca dia hanya bisa memberi waktu ketenangan untuk sang Kakak angkat.

"Mbk, ehh Kak. Mari turun karena kita sudah sampai di cafe, Kakak mau makan siang'kan?"

"Iya, tapi temani Kakakmu ini yaa."

"Baik, Kak. Permintaan tolong darimu adalah kewajiban untuk diriku." Gada memegangi tangan Fieca agar tidak terlihat lungkai.

Fieca dan Gada pun memasuki cafe dengan senyum tipisnya, dia tahu mau apapun itu tetap harus tersenyum walaupun hati sudah terlihat sangat menyesakan.

"Ehhh, lu bro." Sapa seorang laki-laki yang di mana itu adalah teman Gada sang pemilik cafe.

"Hhee, gue pesan seafoud cumi dan gurita balado. Jangan lupa dua lemon tea dan dua coklat hangat."

"Cake rasa madu coklat juga yaa." Fieca ikut memesan cemilan kesukaannya."

"Baik, gue nemuin koki dulu."

"Ok, ditunggu." Teriak Gada ke temannya yang bergegas berlari ke arah dapur.

"Apa setelah ini dirimu tidak sibuk?"

"Tidak Kak, aku hanya ingin menemani dirimu saja. Kemana pun dirimu pergi, aku akan selalu berada di sampingmu."

"Mengapa kau sesayang ini sampai menganggapku sebagai seorang Kakak untukmu?"

"Karena sikap keibuanmu, Kak. Itulah yang membuatku menyayangimu, kau adalah Kakak perempuan untukku.

"Maukah nanti Gada mengantarkan Kakak untuk menemui Psikater?"

"Sudah aku bilang Kak, semua permintaanmu adalah kewajiban untuk selalu aku turuti!"

"Ribut apa sih ini, itu makanan sampai tidak disadari bahwa sudah berada di atas meja."

"Maafkan kami yaa, Bro."

"Santai, anggap saja cafe ini adalah basemant untuk kita-kita."

"Terima kasih yaa." Fieca pun menikmati makanan dengan perut yang memang susah untuk diajak kompromi.

Gada yang melihat tingkah lucu sang Kakak hanya bisa tersenyum dan ikut makan bersama. Namun, dia berpikir kembali cara apalagi untuk memulihkan mood Fieca agar terlihat riang seperti sediakala.

"Ampun dah, Kak. Itu pipi pengen aku makan, bulet sumpah."

"Emang pipi Kakak bakso super apa?" Fieca mengerucutkan bibirnya yang terlihat cemong karena kuah seafoud kesukannya.

"Haha, bagaimana tidak gemes coba kalau sama Kakak ini."

"Kakak bukan balita, Gada."

"Kak, habis ini kita pergi ke danau yuk?"

"Yang baru dijadikan orang-orang tempat prewedding itu'kan?"

"Iya Kak, kita ke sana untuk healing."

"Boleh, Kakak lanjut makan cake dulu."

Semoga cara ini bisa membuatmu lupa sama luka baru yang kau rasakan, Kak, batin Gada yang sudah duluan menghabiskan makanannya.

"Kakak ke toilet dulu ya, mau bersihin wajah Kakak yang daritadi membuat kamu cengcengesan ngetawain Kakak."

"Iya, kak."

Fieca pun memasuki toilet untuk berkumur dan memperbaiki riasan wajahnya, dia tidak mau terlihat buruk di depan khalayak ramai. Pastinya nanti Gada akan meminta dirinya untuk berpose ketika telah sampai di Danau."

"Akhirnya aku kembali elegant," gumam Fieca.

Fieca pun keluar dan menemui Gada dengan mengagetkan sang empu yang sedang merokok, dia tahu berhias itu memakan waktu cukup lama. Maklum wanita, tetapi bukannya memang harus bisa menjaga penampilan?

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

aku mampir kk

2024-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!