Bukankah Kamu Calon Istriku?

"Nona, apa anda sudah selesai?".

Bibi bertanya pada Aleena yang masih berada dikamar mandi untuk membersihkan diri.

Didalam, Aleena sedang berada dibawah shower. Dia meringis merasakan pedih disekujur tubuhnya ketika air mulai membasahi lukanya.

"Aleen, ingatlah selalu rasa sakit dari luka yang sudah kamu terima selama ini. Kamu tidak perlu merasa bersalah karena sudah meninggalkan rumah itu. Ingat kalau kamu sama sekali tidak berhutang apapun pada mereka"

Aleena bicara pada dirinya sendiri dengan derai air mata yang bercampur air dari shower.

Dia kembali memejamkan mata dan mengingat bayangan mendiang kakeknya

"Aleen, maafkan kakek karena tidak bisa lagi melindungimu. Apapun yang terjadi, kamu adalah cucu Kakek. Kakek ingin melihat kamu bahagia. Bagaimanapun caranya. Hiduplah untuk dirimu sendiri"

Aleena membuka matanya dan mematikan shower.

"Kakek, kali ini aku akan hidup seperti keinginan kakek. Aku akan menjalani hidupku sendiri tanpa mengkhawatirkan orang lain. Aku janji kalau aku akan hidup bahagia"

Aleena bicara dengan penuh tekad sambil mengepalkan tangannya dan sorot mata penuh keyakinan.

"Non, apa nona baik-baik saja?".

Bibi bertanya dari luar kamar mandi karena Aleena belum juga keluar.

"Aku sudah selesai, Bi. Aku tidak papa. Bibi tidak perlu terlalu khawatir".

Aleen tersenyum lembut agar bibi tidak terlalu khawatir padanya.

Mata Bibi berkaca-kaca namun dia tidak mengatakan apapun lagi.

"Kalau begitu biar Bibi obati dulu lukanya. Pasti Nona kesakitan sekali saat lukanya terkena air", ujar Bibi dengan berlinang air mata.

"Bi, aku benar-benar tidak papa. Aku bisa obati sendiri lukaku. Sebaiknya Bibi istirahat saja"

"Bibi akan istirahat setelah mengobati luka Non Aleen"

"Baiklah"

Aleen sama sekali tidak ingin membuat bibi khawatir, namun bibi tidak bisa melakukan itu dan bersikeras mengobati luka aleen terlebih dahulu.

Air mata bibi mulai mengalir lagi ketika dia mengoleskan obat pada luka Aleen.

"Bibi, kenapa Bibi menangis?"

Aleena bertanya pada bibi dengan nada bicara yang lembut.

"Nona sangat cantik dan baik. Tapi kenapa Nona harus menerima semu ini? Ini sama sekali tidak adil. Maafkan Bibi. Bibi selalu merasa bersalah setiap kali Nona mendapat perlakuan buruk dari tuan Bastian. Jika saja tuan besar masih ada… Nona tidak akan memiliki banyak bekas luka seperti ini".

Bibi bicara dengan derai air mata yang terus mengalir dipipinya. Dia merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Aleen.

"Bibi tidak perlu minta maaf. Selama ini hanya Bibi yang aku miliki. Jika tidak ada Bibi dirumah itu, aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa bertahan sejauh ini. Sekarang aku berterima kasih karena Bibi mau ikut denganku keluar dari rumah itu. Kuharap Bibi bisa mengatakan apapun yang. Bibi butuhkan padaku".

"Terima kasih, Non".

Momen haru antara Aleen dan pembantunya berakhir setelah bibi selesai mengoleskan obat pada luka Aleena. Mereka pun langsung istirahat setelah melalui waktu yang panjang dirumah Aleen.

...****************...

Kesokan paginya. Aleena bangun dan diam menatap satu set baju yang dia kenakan kemarin.

"Aku meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak mungkin pergi ke kantor dengan baju ini?", gumam Aleena melihat dress tanpa lengan dengan luaran bolero yang memiliki beberapa bercak darah akibat lukanya.

Tok tok tok

"Non, apa nona sudah bangun? Bibi sudah siapkan sarapan. Tuan Dev juga sudah menunggu dimeja makan".

Bibi bicara pada Aleen dari balik pintu. Dia menjelaskan situasi pagi ini.

"Iya, Bi. Sebentar lagi saya akan turun".

Aleena pun menanggapi dari balik pintu, lalu kembali berpikir untuk menyelesaikan masalahnya.

"Sudahlah, aku bersihkan bercak darahnya saja. Nanti saat pulang dari kantor, aku bisa membeli beberapa set pakaian".

Aleena pun mengambil baju itu dan membawanya ke kamar mandi. Dia mencuci bagian bercak darahnya lalu mengeringkannya dengan hair dryer.

Tidak butuh waktu lama untuk Aleen mengeringkan pakaiannya. Setelah itu dia langsung turun ke meja makan.

Dev menatap Aleen yang berjalan menuruni tangga dengan dahi berkerut. Ekspresi wajahnya yang aneh membuat Aleen merasa tidak percaya diri dengan penampilannya.

"Kenapa Dev menatapku seperti itu? Apa aku terlihat aneh? Pasti karena bajunya yang terlihat kusut"

Aleen bicara dalam hati sambil memeriksa penampilannya sendiri. Dia mengerucutkan bibirnya karena kecewa.

"Selamat pagi, Dev".

Aleen menyapa Dev terlebih dahulu sebelum dia duduk disalah satu kursi dekat Dev.

"Selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak?", Dev balik bertanya dengan senyum yang ramah.

"Iya, berkatmu aku tidak perlu tidur dijalanan setelah meninggalkan rumah".

Aleen menanggapi dengan senyum tipis dan sikap acuh tak acuh.

"Eum… Apa kamu akan pergi ke suatu tempat".

Dev bertanya lagi setelah memperhatikan penampilan Aleen.

"Iya. Aku harus pergi ke kantor. Kantorku sedang sibuk karena besok akan kedatangan direktur baru dari cabang luar negeri. Aku harus menyiapkan beberapa dokumen yang mungkin akan digunakan sebagai referensi perkembangan perusahaan kami".

Aleen sedikit menjelaskan tentang keadaan kantornya saat ini.

"Kalau begitu aku akan mengantarmu. Kita juga harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu".

"Pergi kemana?"

Dev bicara dengan sikap yang tenang sambil menikmati sarapannya. Dia juga tidak menjelaskan tempat tujuannya pada Aleen, dan membiarkannya berpikir sendiri mengenai tempat tujuannya.

"Apa kamu sudah selesai sarapan?"

"Iya"

"Kalau begitu kita berangkat sekarang sebelum jalanan jadi macet".

Dev dan Aleen pun. beranjak pergi meninggalkan meja makan setelah mereka selesai.

"Bi, aku pergi dulu ya"

"Iya, Non. Hati-hati!"

Aleena pamit terlebih dahulu sebelum pergi, lalu dia berjalan keluar rumah mengikuti Dev yang sudah keluar terlebih dahulu.

Begitu Aleena keluar rumah, terlihat Dev yang sudah berdiri didepan pintu mobil. Dia membukakan pintunya untuk Aleena.

"Terima kasih".

Dev hanya tersenyum menanggapi ucapan terima kasih dari Aleena. Mereka pun mulai berkendara meninggalkan rumah.

"Dev, apa kamu belum mulai bekerja?".

Aleena bertanya terlebih dahulu agar suasana diantara mereka tidak canggung.

"Besok aku akan mulai bekerja. Hari ini aku harus kembali kerumah orang tuaku untuk mengatakan rencana pernikahan kita".

Aleena tersentak mendengar jawaban Dev.

"Oh iya, pernikahan. Aku lupa mengenai hal itu" ,

Pikir Aleena yang lupa akan ajakan pernikahan Dev.

"Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba wajahmu pucat? Apa kamu sakit?", tanya Dev heran setelah melihat perubahan Aleen.

"Tidak. Aku sama sekali tidak sakit. Mungkin… karena mobil ini cukup panas".

Aleen menanggapi dengan canggung pertanyaan Dev.

Sedangkan Dev yang mendengarnya langsung mendongak setelah untuk memeriksa AC didalam mobil.

"AC mobilnya sudah dinyalakan. Bagaimana kamu bisa merasa ini panas?".

Aleen hanya diam dan tidak menanggapi lagi ucapan Dev. Dia merasa malu sendiri dengan jawaban asal yang dia berikan.

Tak berselang lama mereka tiba disebuah pusat pertokoan.

Aleen menoleh kesana kemari setelah dia turun dari mobil.

"Dev, kenapa kita datang kemari?", tanya Aleen dengan raut wajah bingung.

"Mencari beberapa barang yang kamu butuhkan. Maaf karena terlambat menyadarinya".

Aleen menatap Dev dengan seksama.

"Dev, kenapa kamu sangat baik sekali padaku? Padahal kita belum lama kenal".

Dev tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Aleen.

"Kenapa kamu masih menanyakan hal itu? Tentu saja karena kamu calon istriku. Bukankah wajar bagiku untuk memenuhi semua kebutuhan istriku?"

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

kereeeen
mau dong satu yg seperti Dev utk cucuku

2024-03-13

0

Biduri Aura

Biduri Aura

aku suka cara Dev mmberikan perhatian pada Aleen, so sweet 😍😍😍gentleman lagi

2024-01-11

5

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

ktanya gak bawa apa2 tpi msih bisaa brencana beli baju ya...
trus itu dia krja dimana?? kok gak ada keterangannya..

2023-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Rencana Perjodohan Keluarga
2 Pesta Keluarga Sulistyo
3 Rencana Jahat Diana
4 Pengumuman Pertunangan
5 Putusnya Hubungan Aleena Dan Angga
6 Pertemuan Aleen Dan Dev
7 Harapan Aleena
8 Runtuhnya Kepercayaan
9 Pertemuan Dengan Fandy Handoko
10 Terungkapnya Kebenaran
11 Ajakan Menikah
12 Putusnya Hubungan Lama
13 Rumah Baru Dev
14 Bukankah Kamu Calon Istriku?
15 Shoping
16 Terkejutnya Ibu Dev
17 Awal Hubungan
18 Rencana Menikah
19 Hari Pernikahan Dev Dan Aleen
20 Tidur Bersama
21 Makan Siang Yang Manis Dari Dev
22 Peringatan Untuk Diana
23 Kepanikan Diana
24 Pertemuan Aleen Dan Keluarga Dev
25 Makan Malam Keluarga Dev
26 Percakapan Sebelum Tidur
27 Sarapan Pagi Bersama
28 Kunjungan Diana
29 Undangan Pesta Pertunangan Diana
30 Pertemuan Aleen Dan Citra
31 Kedatangan Citra Ke Kantor Aleen
32 Memilih Gaun
33 Pesta Pertunangan Diana Dan Angga
34 Pesta Pertunangan Diana Dan Angga Part 2
35 Pesta Pertunangan Yang Berantakan
36 Makan Malam Pinggir Jalan
37 Hadiah Kejutan Dari Dev
38 Permainan Opini Publik
39 Pertemuan Angga Dan Aleen
40 Rasa Percaya Diri Angga Yang Tinggi
41 Ungkapan Hati Aleen Pada Citra
42 Air Matamu Terlalu Berharga
43 Barang Yang Berasal Dari Sampah Harus Kembali Ke Tempat Sampah
44 Terkuaknya Hubungan Aleen Dan Dev
45 Pebisnis Gila Bucin Istri
46 Rencana Jahat Diana Dan Keluarganya
47 Undangan Makan Malam Diana
48 Tentang Barang Masa Kecil Aleen
49 Makan Malam Dengan Keluarga Diana
50 Upaya Diana Menggoda Dev
51 Hancurnya Keluarga Prasetyo
52 Terbukanya Hubungan Baru
53 Terungkapnya Identitas Aleena
54 Target Mainan Dev
55 Upaya Citra Mendekati Dev
56 Makan Siang Bersama
57 Hubungan Jarak Jauh
58 Kekesalan Dev
59 Krisis Perusahaan Angga
60 Aku Suka Jika Kamu Jahat Karena Aku
61 Akhir Untuk Diana
62 Tentang Masa Lalu Dev
63 Malam Pertama Aleen Dan Dev
64 Berakhirnya Keluarga Citra
65 Percakapan Aleen Dan Alex
66 Mengunjungi Rumah Lama Dev
67 Jalan-Jalan Ke Pantai
68 Perdebatan Dev Dan Ray
69 Rencana Pengembangan Yang Bocor
70 Demo Di Kota Tua
71 Penolakan Warga Kota Tua
72 Kunjungan Aleen Ke Desa
73 Hari Pertama Aleen Di Desa
74 Upaya Aleen Meyakinkan Genta
75 Cara Aleen Mengusir Fandy Handoko
76 Menyusun Rencana Pembangunan
77 Pergi Ke Kota Bersama Genta
78 Kedatangan Dev Ke Desa
79 Menuju Kehancuran Fandy
80 Kehancuran Fandy Handoko
81 Rencana Bisnis Dev Di Desa
82 Kembalinya Lidya Derisha
83 Kepulangan Dev Dan Aleen Ke Kota
84 Makan Siang Ray Dan Nina
85 Kegelisahan Dev
86 Hari Pertama Kembali Ke Kantor
87 Bingkisan Misterius Untuk Aleen
88 Teror Untuk Aleen
89 Menggunakan Kekuasaan Sang Ayah
90 Perselingkuhan Lidya
91 Rencana Pak Aditya
92 Ungkapan Cinta Dari Dev
93 Makan Siang Aleen Dan Dev
94 KDRT Dalam Rumah Tangga Lidya
95 Obsesi Lidya Pada Dev
96 Aleen Diculik
97 Upaya Dev Menyelamatkan Aleen
98 Upaya Dev Menyelamatkan Aleen 2
99 Penangkapan Lidya
100 Rencana Pak Aditya Menjatuhkan Dika
101 Kunjungan Ke Rumah Orang Tua Dev
102 Tamu Keluarga Dev
103 Pertemuan Aleen Dan Ayah Kandungnya
104 Cerita Pak Gustian
105 Kekhawatiran Dev
106 Tes DNA
107 Bagaimana Bisa Hubunganku Dan Dev Hanya Kekasih Padahal Kami Sudah Menikah?
108 Rumor Kantor
109 Aleen Hamil
110 Awal Mula Sikap Diluar Nalar Dev
111 Morning Sickness
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Rencana Perjodohan Keluarga
2
Pesta Keluarga Sulistyo
3
Rencana Jahat Diana
4
Pengumuman Pertunangan
5
Putusnya Hubungan Aleena Dan Angga
6
Pertemuan Aleen Dan Dev
7
Harapan Aleena
8
Runtuhnya Kepercayaan
9
Pertemuan Dengan Fandy Handoko
10
Terungkapnya Kebenaran
11
Ajakan Menikah
12
Putusnya Hubungan Lama
13
Rumah Baru Dev
14
Bukankah Kamu Calon Istriku?
15
Shoping
16
Terkejutnya Ibu Dev
17
Awal Hubungan
18
Rencana Menikah
19
Hari Pernikahan Dev Dan Aleen
20
Tidur Bersama
21
Makan Siang Yang Manis Dari Dev
22
Peringatan Untuk Diana
23
Kepanikan Diana
24
Pertemuan Aleen Dan Keluarga Dev
25
Makan Malam Keluarga Dev
26
Percakapan Sebelum Tidur
27
Sarapan Pagi Bersama
28
Kunjungan Diana
29
Undangan Pesta Pertunangan Diana
30
Pertemuan Aleen Dan Citra
31
Kedatangan Citra Ke Kantor Aleen
32
Memilih Gaun
33
Pesta Pertunangan Diana Dan Angga
34
Pesta Pertunangan Diana Dan Angga Part 2
35
Pesta Pertunangan Yang Berantakan
36
Makan Malam Pinggir Jalan
37
Hadiah Kejutan Dari Dev
38
Permainan Opini Publik
39
Pertemuan Angga Dan Aleen
40
Rasa Percaya Diri Angga Yang Tinggi
41
Ungkapan Hati Aleen Pada Citra
42
Air Matamu Terlalu Berharga
43
Barang Yang Berasal Dari Sampah Harus Kembali Ke Tempat Sampah
44
Terkuaknya Hubungan Aleen Dan Dev
45
Pebisnis Gila Bucin Istri
46
Rencana Jahat Diana Dan Keluarganya
47
Undangan Makan Malam Diana
48
Tentang Barang Masa Kecil Aleen
49
Makan Malam Dengan Keluarga Diana
50
Upaya Diana Menggoda Dev
51
Hancurnya Keluarga Prasetyo
52
Terbukanya Hubungan Baru
53
Terungkapnya Identitas Aleena
54
Target Mainan Dev
55
Upaya Citra Mendekati Dev
56
Makan Siang Bersama
57
Hubungan Jarak Jauh
58
Kekesalan Dev
59
Krisis Perusahaan Angga
60
Aku Suka Jika Kamu Jahat Karena Aku
61
Akhir Untuk Diana
62
Tentang Masa Lalu Dev
63
Malam Pertama Aleen Dan Dev
64
Berakhirnya Keluarga Citra
65
Percakapan Aleen Dan Alex
66
Mengunjungi Rumah Lama Dev
67
Jalan-Jalan Ke Pantai
68
Perdebatan Dev Dan Ray
69
Rencana Pengembangan Yang Bocor
70
Demo Di Kota Tua
71
Penolakan Warga Kota Tua
72
Kunjungan Aleen Ke Desa
73
Hari Pertama Aleen Di Desa
74
Upaya Aleen Meyakinkan Genta
75
Cara Aleen Mengusir Fandy Handoko
76
Menyusun Rencana Pembangunan
77
Pergi Ke Kota Bersama Genta
78
Kedatangan Dev Ke Desa
79
Menuju Kehancuran Fandy
80
Kehancuran Fandy Handoko
81
Rencana Bisnis Dev Di Desa
82
Kembalinya Lidya Derisha
83
Kepulangan Dev Dan Aleen Ke Kota
84
Makan Siang Ray Dan Nina
85
Kegelisahan Dev
86
Hari Pertama Kembali Ke Kantor
87
Bingkisan Misterius Untuk Aleen
88
Teror Untuk Aleen
89
Menggunakan Kekuasaan Sang Ayah
90
Perselingkuhan Lidya
91
Rencana Pak Aditya
92
Ungkapan Cinta Dari Dev
93
Makan Siang Aleen Dan Dev
94
KDRT Dalam Rumah Tangga Lidya
95
Obsesi Lidya Pada Dev
96
Aleen Diculik
97
Upaya Dev Menyelamatkan Aleen
98
Upaya Dev Menyelamatkan Aleen 2
99
Penangkapan Lidya
100
Rencana Pak Aditya Menjatuhkan Dika
101
Kunjungan Ke Rumah Orang Tua Dev
102
Tamu Keluarga Dev
103
Pertemuan Aleen Dan Ayah Kandungnya
104
Cerita Pak Gustian
105
Kekhawatiran Dev
106
Tes DNA
107
Bagaimana Bisa Hubunganku Dan Dev Hanya Kekasih Padahal Kami Sudah Menikah?
108
Rumor Kantor
109
Aleen Hamil
110
Awal Mula Sikap Diluar Nalar Dev
111
Morning Sickness

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!