Pertemuan Dengan Fandy Handoko

"Dev, kapan kamu akan pulang kerumah? Mamamu selalu menanyakan pada Papa kapan kamu akan kembali. Sudah beberapa hari kamu tiba dinegara ini tapi masih belum pulang kerumah".

Dev sedang berada disebuah restoran untuk menikmati makan malam yang tenang ketika sang ayah menghubunginya.

"Pah, aku akan kembali setelah mama berhenti menjodohkanku dengan para gadis yang tidak jelas asal usulnya itu".

Dev menanggapi ucapan sang ayah dengan sikap yang tenang.

"Jika kamu ingin mama berhenti menjodohkanmu, maka kamu harus segera mencari jodoh sendiri. Selama ini Papa selalu membantumu dengan alasan bisnis, sekarang bisnismu sudah berkembang jadi kamu tidak bisa menjadikan bisnis sebagai alasanmu lagi. Lagipula usiamu sudah cukup matang untuk berkeluarga, jadi biarkan kami segera menimang cucu seperti teman-teman kami yang lain".

Dev hanya diam acuh tak acuh mendengarkan ucapan sang ayah dari ujung telepon. Pandangannya menyapu setiap sudut restoran dan terkunci pada salah satu gadis yang duduk seorang diri tidak jauh darinya.

"Pah, sudah dulu ya. Nanti ku telepon lagi".

"Kenapa? Kamu sengaja ingin menghindar dari pembahasan ini?"

Dev hendak menutup teleponnya untuk menghampiri gadis itu namun sang ayah tidak bisa diajak kompromi dan terus saja bicara.

"Aku menemukan calon pengantinku"

"Apa?!"

"Sampai jumpa".

Dev langsung menutup panggilan teleponnya tanpa menunggu tanggapan sang ayah. Dia berniat menghampiri Aleen yang sedang duduk sendiri. Belum sempat Dev beranjak dari tempat duduknya seorang pemuda tiba-tiba duduk dihadapan Aleen. Dev mengurungkan niatnya dan hanya memperhatikan mereka.

...****************...

Dari sudut lain.

Aleen sedang duduk sendiri disebuah restoran menunggu kedatangan putra dari keluarga Handoko seperti yang telah dikatakan sang ayah.

"Kemana orang itu? Kenapa lama sekali?", gumam Aleen yang terus menatap keluar jendela.

Tak berselang lama seorang pemuda menghampirinya.

"Apa kamu yang bernama Aleen?".

Aleen mendongak melihat wajah pria yang berdiri dihadapannya.

"Ah, ya. Saya Aleen".

Aleen langsung berdiri sambil mengulurkan sebelah tangannya dan membuat luka dikakinya sedikit terasa pedih. Diapun sedikit meringis.

"Fandy"

Pemuda itu menyambut uluran tangan Aleen sambil menyebutkan namanya

"Maaf karena aku sedikit terlambat. Tadi ada hal dikantor yang harus aku urus terlebih dahulu. Karena aku pemimpinnya mau tidak mau harus aku selesaikan terlebih dahulu, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja".

"Ah, ya".

Pemuda itu terus bicara dengan membanggakan dirinya sendiri. Dan membuat Aleen hanya menunjukkan senyum terpaksa menanggapi setiap kata yang keluar dari mulut Fandy.

"Membosankan. Apa iya aku harus menghabiskan seumur hidupku dengan orang seperti ini? Dia hanya ingin mendominasi dengan membanggakan dirinya sendiri".

Batin Aleen menggerutu kesal karena bosan mendengarkan cerita Fandy. Namun dia juga tidak bisa meninggalkan pria itu begitu saja tanpa alasan yang jelas karena pak Bastian sudah pasti akan memarahinya habis-habisan.

Dari kejauhan, Dev terus memperhatikan dengan acuh tak acuh interaksi antara Aleen dan Fandy. Dia mengerutkan dahi heran ketika melihat Aleen sedikit meringis dan tersenyum tipis ketika melihat Aleen yang sepertinya merasa bosan saat bicara dengan Fandy.

"Apa setelah ini kamu masih punya waktu? Ini masih sore, bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar?".

Fandy bertanya pada Aleen setelah mereka menyelesaikan makan malamnya.

"Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini juga. Jadi aku harus segera kembali".

Aleen bicara dengan penuh penyesalan dan berharap kalau Fandy segera pergi dan meninggalkannya sendiri.

"Hmn... Kalau begitu biarkan aku mengantarkanmu pulang"

"Tidak perlu repot-repot. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula, aku masih ingin disini sebentar lagi. Jadi kamu pulang duluan saja".

Aleen kembali menolak tawaran Fandy agar dia benar-benar pergi.

Sesaat Fandy terdiam mempertimbangkan keinginan Aleen.

"Baiklah. Lain kali kita atur waktu untuk bertemu lagi".

"Eum, baiklah".

Aleen hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala perlahan.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi".

"Ya, sampai jumpa", jawab Aleen sambil melambaikan tangan

Akhirnya Fandy beranjak pergi dan meninggalkan Aleen sendiri direstoran.

Aleen terus menatap keluar jendela memikirkan apa yang akan terjadi padanya kedepannya.

"Apa aku harus menikahi pria seperti itu? Aku sama sekali tidak ingin menikah dengannya".

Aleen bicara sendiri sambil menatap keluar jendela dan sebelah tangan menyangga dagunya.

"Kalau begitu, kamu harus menikah denganku"

Aleen menoleh setelah mendengar suara yang tidak asing untuknya. Dia menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kenapa kamu ada disini?", tanya Aleena dengan tatapan heran.

"Karena kamu ada disini".

Dev menanggapi dengan senyum tipis.

"Apa maksudnya itu? Jadi kamu mengikutiku?".

Aleen tersenyum tipis mendengar jawaban yang diberikan Dev.

"Kenapa kamu masih duduk disini? Kamu ditinggalkan pasangan kencanmu?".

Dev bertanya dengan nada menggoda sambil menarik kursi dihadapan Aleen.

"Sudah berapa lama kamu disini sampai kamu melihat pasangan kencanku pergi? Tapi itu masih tidak seberapa, aku bahkan ditinggalkan oleh tunanganku yang sudah pacaran denganku lebih dari 3 tahun tepat beberapa jam sebelum pengumuman pertunangan kami".

Aleen menanggapi dengan senyum dibibirnya dan bicara dengan santai pada Dev.

"Oh. Apa aku harus merasa kasihan padamu karena gagal bertunangan atau aku harus berterima kasih pada mantan pacarmu karena aku jadi punya kesempatan mendekatimu?".

Dev mengangkat kedua alisnya saat dia bicara pada Aleen.

"Hentikan omong kosongmu itu".

Aleen dan Dev terus bicara dengan nyaman seakan tidak ada jarak dan batasan diantara mereka. Bahkan sesekali Aleen terlihat tersenyum.

Diluar restoran, Fandy yang hendak membuka pintu mobilnya, tiba-tiba mengurungkan niatnya.

"Oh iya. Aku lupa tidak menanyakan nomor telepon Aleen. Karena masih disini, akan lebih baik kalau aku minta nomornya langsung daripada meminta pada orang tuanya".

Fandy pun berbalik dan kembali ke dalam restoran untuk bertanya langsung pada Aleena. Namun saat dia didalam dan hendak menghampiri Aleen, dia melihat Aleen sedang berbincang dengan pria lain. Suasana diantara mereka terlihat sangat santai. Aleen terlihat menunjukkan senyum manis yang tidak dia tunjukkan saat makan malam mereka tadi.

"Om Bastian bilang dia tidak punya pacar. Tapi apa yang sedang aku lihat ini? Aleen terlihat lebih menikmati berbincang dengan pria itu dibandingkan saat makan malam denganku tadi. Apa karena pria itu juga dia tidak ingin aku antar pulang kerumahnya?".

Fandy terus memikirkan alasan Aleen tidak menikmati dengan santai makan malam mereka. Dia lalu menghubungi ayah Aleen untuk menanyakan lebuh lanjut tentang Aleen.

Tuut... tuut... tuut...

Tak berselang lama terdengar suara pak Bastian dari ujung telepon.

"Halo, Fandy".

Suara pak Bastian terdengar tenang dan berwibawa.

"Halo, Om Bastian. Apa aku mengganggu?".

Fandy bertanya dengan sopan dan ramah.

"Tentu saja tidak. Bukannya kamu sedang makan malam dengan Aleen? Apa dia tidak datang ke pertemuan kalian?".

Pak Bastian bertanya dengan heran.

"Tidak, dia datang. Aku baru saja selesai makan malam dengannya. Maaf Om Bastian. Ada yang ingin aku tanyakan pada Om".

Fandy terdengar ragu-ragu sebelum dia bertanya.

Pak Bastian terlihat semakin penasaran dengan dahi berkerut.

"Ada apa? Tanyakan saja"

"Apa benar Aleen tidak punya pacar? Setelah makan malam denganku, dia terlihat berbincang dengan seorang pria".

Fandy langsung bertanya pada Bastian tanpa basa basi lagi.

"Bicara dengan seorang pria? Siapa? Tidak mungkin Angga, karena dia sedang bersama Diana. Fandy, bisa kamu ambil foto mereka dan kirimkan pada Om? Nanti akan Om tanyakan pada Aleena setelah dia kembali", ujar ayah Aleen dengan sikap yang masih tenang.

"Baik, Om. Akan aku kirimkan sekarang juga".

Fandy menutup panggilan teleponnya lalu mengambil foto Aleena dan Dev. Setelah itu dia langsung mengirimkannya pada pak Bastian tanpa memikirkan apapun lagi.

"Ku harap pria itu bukan siapa-siapamu", gumam Fandy setelah mengirimkan foto Aleena dan Dev pada Bastian

Terpopuler

Comments

Niwayan Padmini

Niwayan Padmini

tak dikirain si Dev yg akan dijodohkn dgn Aleena,, koq malah si Fandy..siapa dia Thour

2024-04-01

2

Henny Aprilaz

Henny Aprilaz

d cambuk lagi yg ada kau Aleen

2024-03-23

0

Kamiem sag

Kamiem sag

Aleen gitu loh

2024-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 Rencana Perjodohan Keluarga
2 Pesta Keluarga Sulistyo
3 Rencana Jahat Diana
4 Pengumuman Pertunangan
5 Putusnya Hubungan Aleena Dan Angga
6 Pertemuan Aleen Dan Dev
7 Harapan Aleena
8 Runtuhnya Kepercayaan
9 Pertemuan Dengan Fandy Handoko
10 Terungkapnya Kebenaran
11 Ajakan Menikah
12 Putusnya Hubungan Lama
13 Rumah Baru Dev
14 Bukankah Kamu Calon Istriku?
15 Shoping
16 Terkejutnya Ibu Dev
17 Awal Hubungan
18 Rencana Menikah
19 Hari Pernikahan Dev Dan Aleen
20 Tidur Bersama
21 Makan Siang Yang Manis Dari Dev
22 Peringatan Untuk Diana
23 Kepanikan Diana
24 Pertemuan Aleen Dan Keluarga Dev
25 Makan Malam Keluarga Dev
26 Percakapan Sebelum Tidur
27 Sarapan Pagi Bersama
28 Kunjungan Diana
29 Undangan Pesta Pertunangan Diana
30 Pertemuan Aleen Dan Citra
31 Kedatangan Citra Ke Kantor Aleen
32 Memilih Gaun
33 Pesta Pertunangan Diana Dan Angga
34 Pesta Pertunangan Diana Dan Angga Part 2
35 Pesta Pertunangan Yang Berantakan
36 Makan Malam Pinggir Jalan
37 Hadiah Kejutan Dari Dev
38 Permainan Opini Publik
39 Pertemuan Angga Dan Aleen
40 Rasa Percaya Diri Angga Yang Tinggi
41 Ungkapan Hati Aleen Pada Citra
42 Air Matamu Terlalu Berharga
43 Barang Yang Berasal Dari Sampah Harus Kembali Ke Tempat Sampah
44 Terkuaknya Hubungan Aleen Dan Dev
45 Pebisnis Gila Bucin Istri
46 Rencana Jahat Diana Dan Keluarganya
47 Undangan Makan Malam Diana
48 Tentang Barang Masa Kecil Aleen
49 Makan Malam Dengan Keluarga Diana
50 Upaya Diana Menggoda Dev
51 Hancurnya Keluarga Prasetyo
52 Terbukanya Hubungan Baru
53 Terungkapnya Identitas Aleena
54 Target Mainan Dev
55 Upaya Citra Mendekati Dev
56 Makan Siang Bersama
57 Hubungan Jarak Jauh
58 Kekesalan Dev
59 Krisis Perusahaan Angga
60 Aku Suka Jika Kamu Jahat Karena Aku
61 Akhir Untuk Diana
62 Tentang Masa Lalu Dev
63 Malam Pertama Aleen Dan Dev
64 Berakhirnya Keluarga Citra
65 Percakapan Aleen Dan Alex
66 Mengunjungi Rumah Lama Dev
67 Jalan-Jalan Ke Pantai
68 Perdebatan Dev Dan Ray
69 Rencana Pengembangan Yang Bocor
70 Demo Di Kota Tua
71 Penolakan Warga Kota Tua
72 Kunjungan Aleen Ke Desa
73 Hari Pertama Aleen Di Desa
74 Upaya Aleen Meyakinkan Genta
75 Cara Aleen Mengusir Fandy Handoko
76 Menyusun Rencana Pembangunan
77 Pergi Ke Kota Bersama Genta
78 Kedatangan Dev Ke Desa
79 Menuju Kehancuran Fandy
80 Kehancuran Fandy Handoko
81 Rencana Bisnis Dev Di Desa
82 Kembalinya Lidya Derisha
83 Kepulangan Dev Dan Aleen Ke Kota
84 Makan Siang Ray Dan Nina
85 Kegelisahan Dev
86 Hari Pertama Kembali Ke Kantor
87 Bingkisan Misterius Untuk Aleen
88 Teror Untuk Aleen
89 Menggunakan Kekuasaan Sang Ayah
90 Perselingkuhan Lidya
91 Rencana Pak Aditya
92 Ungkapan Cinta Dari Dev
93 Makan Siang Aleen Dan Dev
94 KDRT Dalam Rumah Tangga Lidya
95 Obsesi Lidya Pada Dev
96 Aleen Diculik
97 Upaya Dev Menyelamatkan Aleen
98 Upaya Dev Menyelamatkan Aleen 2
99 Penangkapan Lidya
100 Rencana Pak Aditya Menjatuhkan Dika
101 Kunjungan Ke Rumah Orang Tua Dev
102 Tamu Keluarga Dev
103 Pertemuan Aleen Dan Ayah Kandungnya
104 Cerita Pak Gustian
105 Kekhawatiran Dev
106 Tes DNA
107 Bagaimana Bisa Hubunganku Dan Dev Hanya Kekasih Padahal Kami Sudah Menikah?
108 Rumor Kantor
109 Aleen Hamil
110 Awal Mula Sikap Diluar Nalar Dev
111 Morning Sickness
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Rencana Perjodohan Keluarga
2
Pesta Keluarga Sulistyo
3
Rencana Jahat Diana
4
Pengumuman Pertunangan
5
Putusnya Hubungan Aleena Dan Angga
6
Pertemuan Aleen Dan Dev
7
Harapan Aleena
8
Runtuhnya Kepercayaan
9
Pertemuan Dengan Fandy Handoko
10
Terungkapnya Kebenaran
11
Ajakan Menikah
12
Putusnya Hubungan Lama
13
Rumah Baru Dev
14
Bukankah Kamu Calon Istriku?
15
Shoping
16
Terkejutnya Ibu Dev
17
Awal Hubungan
18
Rencana Menikah
19
Hari Pernikahan Dev Dan Aleen
20
Tidur Bersama
21
Makan Siang Yang Manis Dari Dev
22
Peringatan Untuk Diana
23
Kepanikan Diana
24
Pertemuan Aleen Dan Keluarga Dev
25
Makan Malam Keluarga Dev
26
Percakapan Sebelum Tidur
27
Sarapan Pagi Bersama
28
Kunjungan Diana
29
Undangan Pesta Pertunangan Diana
30
Pertemuan Aleen Dan Citra
31
Kedatangan Citra Ke Kantor Aleen
32
Memilih Gaun
33
Pesta Pertunangan Diana Dan Angga
34
Pesta Pertunangan Diana Dan Angga Part 2
35
Pesta Pertunangan Yang Berantakan
36
Makan Malam Pinggir Jalan
37
Hadiah Kejutan Dari Dev
38
Permainan Opini Publik
39
Pertemuan Angga Dan Aleen
40
Rasa Percaya Diri Angga Yang Tinggi
41
Ungkapan Hati Aleen Pada Citra
42
Air Matamu Terlalu Berharga
43
Barang Yang Berasal Dari Sampah Harus Kembali Ke Tempat Sampah
44
Terkuaknya Hubungan Aleen Dan Dev
45
Pebisnis Gila Bucin Istri
46
Rencana Jahat Diana Dan Keluarganya
47
Undangan Makan Malam Diana
48
Tentang Barang Masa Kecil Aleen
49
Makan Malam Dengan Keluarga Diana
50
Upaya Diana Menggoda Dev
51
Hancurnya Keluarga Prasetyo
52
Terbukanya Hubungan Baru
53
Terungkapnya Identitas Aleena
54
Target Mainan Dev
55
Upaya Citra Mendekati Dev
56
Makan Siang Bersama
57
Hubungan Jarak Jauh
58
Kekesalan Dev
59
Krisis Perusahaan Angga
60
Aku Suka Jika Kamu Jahat Karena Aku
61
Akhir Untuk Diana
62
Tentang Masa Lalu Dev
63
Malam Pertama Aleen Dan Dev
64
Berakhirnya Keluarga Citra
65
Percakapan Aleen Dan Alex
66
Mengunjungi Rumah Lama Dev
67
Jalan-Jalan Ke Pantai
68
Perdebatan Dev Dan Ray
69
Rencana Pengembangan Yang Bocor
70
Demo Di Kota Tua
71
Penolakan Warga Kota Tua
72
Kunjungan Aleen Ke Desa
73
Hari Pertama Aleen Di Desa
74
Upaya Aleen Meyakinkan Genta
75
Cara Aleen Mengusir Fandy Handoko
76
Menyusun Rencana Pembangunan
77
Pergi Ke Kota Bersama Genta
78
Kedatangan Dev Ke Desa
79
Menuju Kehancuran Fandy
80
Kehancuran Fandy Handoko
81
Rencana Bisnis Dev Di Desa
82
Kembalinya Lidya Derisha
83
Kepulangan Dev Dan Aleen Ke Kota
84
Makan Siang Ray Dan Nina
85
Kegelisahan Dev
86
Hari Pertama Kembali Ke Kantor
87
Bingkisan Misterius Untuk Aleen
88
Teror Untuk Aleen
89
Menggunakan Kekuasaan Sang Ayah
90
Perselingkuhan Lidya
91
Rencana Pak Aditya
92
Ungkapan Cinta Dari Dev
93
Makan Siang Aleen Dan Dev
94
KDRT Dalam Rumah Tangga Lidya
95
Obsesi Lidya Pada Dev
96
Aleen Diculik
97
Upaya Dev Menyelamatkan Aleen
98
Upaya Dev Menyelamatkan Aleen 2
99
Penangkapan Lidya
100
Rencana Pak Aditya Menjatuhkan Dika
101
Kunjungan Ke Rumah Orang Tua Dev
102
Tamu Keluarga Dev
103
Pertemuan Aleen Dan Ayah Kandungnya
104
Cerita Pak Gustian
105
Kekhawatiran Dev
106
Tes DNA
107
Bagaimana Bisa Hubunganku Dan Dev Hanya Kekasih Padahal Kami Sudah Menikah?
108
Rumor Kantor
109
Aleen Hamil
110
Awal Mula Sikap Diluar Nalar Dev
111
Morning Sickness

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!