Pertemuan Aleen Dan Dev

Air mata Aleena kini telah mengalir deras dan tidak bisa dibendung lagi. Hatinya serasa hancur mendengar apa yang dikatakan sang ayah padanya.

"Pah, aku tidak melakukan kesalahan apapun, kenapa kalian melakukan hal ini padaku?".

Aleena bicara dengan derai air mata dipipinya. Dia menatap wajah semua orang yang ada disana satu persatu.

"Bagaimana itu bukan kesalahan. Jika… ".

"Sudah kubilang kalau aku tidak melakukannya! Kenapa kalian tidak ada yang mau percaya padaku?!".

Aleena menyela dengan berteriak sekuat tenaga agar mereka mau mendengar ucapannya.

"Angga, bukannya kita sudah lama saling kenal? Bahkan kita sudah pacaran lebih dari 3 tahun. Apa kamu masih tidak bisa memahamiku? Pah, Mah, Diana, kalian keluargaku, apa kalian juga tidak tahu bagaimana sifatku? Kenapa kalian tega melakukan ini padaku? hiks… hiks… hiks… ".

Aleena terus menangis sambil mempertanyakan pada semua orang atas apa yang terjadi.

Semua orang hanya diam sambil menatap Aleena dengan tatapan dingin karena tuduhan yang diberikan pada Aleena. Sedangkan Diana dan sang ibu bersikap biasa saja seakan mereka tidak bersalah.

Plak!

"Aleena, berhenti membuat keributan dan pulang sekarang! Tidak ada lagi yang perlu kami dengarkan dari omong kosongmu! Buat malu saja!".

Pak Bastian kembali menampar Aleena dengan kerasa sebelum dia meminta Aleena untuk pulang dengan sikap yang dingin dan penuh kekesalan.

Aleena menatap wajah semua orang dengan penuh amarah dan kekecewaan sambil memegangi sebelah pipinya.

"Aku benci kalian semua!".

Aleena berlari keluar hotel sambil terus menangis. Dia menyusuri malam yang gelap ditengah guyuran hujan yang turun dengan deras.

Angga hendak mengejar Aleena begitu dia lari, namun Diana menahannya.

"Sebaiknya kita semua pulang. Hari ini pasti sangat melelahkan, jadi semua harus segera beristirahat".

Ayah Angga membuka suara ditengah keheningan yang terjadi setelah kepergian Aleena.

"Anda benar. Sebaiknya kita pulang dan beristirahat. Lain kali kita akan berkumpul lagi untuk membahas apa yang harus kita lakukan kedepannya untuk pertunangan anak kita", ujar ayah Diana menanggapi dengan sikap yang tenang.

"Saya setuju dengan ucapan anda".

Ayah Angga mengulurkan sebelah tangannya pada pak Bastian untuk berjabat tangan.

"Terima kasih untuk hari ini. Maaf karena putriku telah membuat kekacauan besar pada pesta anda".

Pak Bastian menyambut uluran tangan ayah Angga sambil meminta maaf padanya.

"Tidak papa. Ini adalah sesuatu yang sama sekali tak terduga"

"Kalau begitu kami permisi, ayo Mah, Diana".

"Kami pergi dulu. Sampai jumpa".

Bu Dona berpamitan terlebih dahulu pada keluarga Angga, begitu pun dengan Diana.

"Ya, sampai jumpa".

Diana dan kedua orang tuanya pun mulai beranjak pergi dan meninggalkan hotel.

"Kita juga harus pulang. Ayo Angga".

Angga langsung mengikuti kedua orang tua dan juga adiknya dari belakang. Sesekali dia terlihat celingak celinguk mencari Aleena saat mulai berjalan keluar dari hotel.

Jeder!

"Hujannya deras. Bahkan petirnya pun sangat keras. Kemana perginya Aleena? Dia kan takut mendengar suara petir. Tidak. Aku tidak boleh memikirkannya lagi. Dia sudah mengkhianatiku dan juga… tidak lama lagi aku akan bertunangan dengan Diana".

Batin Angga tak henti-hentinya memikirkan Aleena, bahkan saat dia sedang membencinya.

...****************...

Disudut gelap luar hotel. Aleena menangis sendiri ditengah guyuran hujan yang deras disertai petir yang menyambar-nyambar.

Jeder… jeder… !

"Aah!".

Aleena berjongkok sambil menutup telinga setelah mendengar suara petir yang menggelegar.

Dari depan Aleena terlihat percikan dari langkah kaki seseorang yang langsung berhenti tepat didepan Aleena.

"Kamu terlihat takut petir, tapi kamu malah diam dibawah guyuran hujan seperti itu".

Aleena mengangkat kepala melihat sosok pria yang kini berdiri dihadapannya. Air hujan telah sepenuhnya membasahi tubuh Aleena. Make up diwajah cantiknya pun telah hilang disapu air hujan, namun luka memar di pipinya sama sekali tidak tertutup hujan.

Pria itu bertubuh tinggi, dengan setelan kemeja rapi dan memegang payung ditangannya. Dalam pekatnya malam dan guyuran hujan yang deras, tatapannya terlihat lembut dan hangat untuk Aleena.

"Kenapa kamu ada disini?", tanya Aleena disela isak tangisnya. Sebelah tangannya terus mengusap air hujan yang membasahi wajahnya.

Jederr!

"Aah!"

Aleena kembali berteriak dan menunduk mendengar suara petir. Tubuhnya terlihat gemetar. Entah karena suara petir atau karena dinginnya air hujan.

"Sampai kapan kamu akan terus diam disini? Sebaiknya mencari tempat berteduh dulu".

Pemuda itu bicara sambil mengulurkan tangan pada Aleena. Dia mengabaikan pertanyaan Aleena yang bingung karena melihatnya.

Aleena terdiam menatap uluran tangan pria yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Kenapa kamu mengulurkan tangan padaku, sementara keluargaku sendiri meninggalkanku?", tanya Aleen yang masih belum meraih tangan pemuda itu.

"Kenapa aku harus bersikap seperti keluargamu, sedangkan aku sendiri tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu, karena saat itu aku ada bersamamu".

Pemuda itu menanggapi dengan sikap yang tenang dan lembut. Dia masih tidak menarik uluran tangannya meski Aleena terlihat ragu untuk menyambutnya.

"Kamu tidak menyalahkanku juga?".

Aleena merasa tersentuh karena saat semua orang kecewa padanya, pria yang jelas tak dikenal ini malah berada disampingnya.

"Sama sekali tidak".

Pemuda itu menanggapi dengan senyum manis disertai gelengan kepala perlahan.

Aleena pun sedikit tersenyum lega karena ada yang percaya padanya.

"Sampai kapan kita akan terus berada dibawah guyuran hujan?", sambung pemuda itu meminta Aleena berdiri.

"Ah. Ya".

Aleen baru menyadari kalau dia berdiam diri ditengah guyuran hujan. Seketika dia berusaha berdiri namun kedua kakinya keram, jadi Aleen kembali berjongkok.

"Kenapa kamu jongkok lagi? Kamu bisa terkena flu jika terlalu lama diam dibawah guyuran hujan", ujar pemuda itu mengingatkan Aleen.

"Itu, kakiku… tidak bisa berdiri".

Aleen menjawab dengan raut wajah sedih dan malu.

Sesaat mereka terdiam, lalu pemuda itu tersenyum mendengar jawaban Aleen. Tanpa pikir panjang, dia berbalik lalu berjongkok dihadapan Aleen.

"Ambil payung ini dan naik ke punggungku!".

"Nanti… bajumu bisa basah semua", ujar Aleen dengan ragu-ragu.

"Tinggal ganti baju saja. Lagipula sekarang pun sudah basah. Cepatlah, kakiku juga bisa pegal jika terlalu lama jongkok seperti ini".

Pemuda itu bicara dengan nada menggoda.

Aleen terdiam sesaat sebelum dia memutuskan naik ke punggung pemuda itu.

"Pegangan", kata pemuda itu sebelum dia mulai berdiri kemudian berjalan menyusuri hujan yang lebat menuju hotel.

"Sebenarnya… siapa kamu? Kenapa kamu baik padaku? Apa kita saling mengenal sebelumnya?".

Aleen melontarkan beberapa pertanyaan sekaligus untuk menghilangkan rasa penasarannya.

"Kamu bisa memanggilku Dev. Ini pertama kalinya kita bertemu, tapi aku juga tidak tahu kenapa aku sampai bersikap baik padamu".

Dev menjawab pertanyaan Aleen dengan lembut dan tenang.

"Dev, bukankah aku begitu menyedihkan?Kenapa juga kita harus bertemu sekarang? Pada pertemuan pertama… kamu malah melihat sisi terburukku. Itu sangat memalukan".

Aleena bertanya dengan senyum ketir dibibirnya.

"Kenapa harus malu? Memangnya apa yang kamu lakukan? Kamu tidak melakukan apa-apa, jadi ini bukan kesalahanmu".

Dev bicara dengan lembut untuk menenangkan Aleena.

"Harusnya mereka percaya padaku seperti kamu. Padahal mereka sudah sangat lama mengenalku, tapi mereka tidak ada yang mau mendengarkan penjelasanku. Kenapa mereka seperti itu padaku?".

Aleena terus bicara mengutarakan isi hatinya. Rasa lelah perlahan membuatnya mengantuk. Mata Aleena mulai terlihat sayu.

"Kita sudah sampai".

Dev menoleh dan melihat Aleena tertidur sambil bersandar di punggungnya.

"Tolong ambilkan payungnya. Jangan sampai dia terbangun".

Dev meminta bantuan pada pelayan hotel yang ada disana dan bicara dengan suara pelan. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya menuju kamar hotel.

Dev membaringkan Aleen perlahan begitu mereka tiba dikamar hotel. Dia menatap Aleen yang sedang tidur dengan tatapan iba. Pandangannya terkunci pada pipi Aleen yang merah karena tamparan sang ayah. Dev berniat mengambil handuk kecil dan air dingin untuk mengompres pipi Aleen, namun jika dia melakukannya, sudah pasti Aleen akan terbangun. Jadi Dev mengurungkan niatnya.

"Apa yang harus kulakukan padamu kedepannya?"

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

Dev baik kah?

2024-03-26

0

Henny Aprilaz

Henny Aprilaz

Mumgkin Aleen anak tiri bu Dona

2024-03-23

0

Kamiem sag

Kamiem sag

siapa Dev?
anak siapa Aleen??
ingat ya Thor kutunggu sesalnya Angga

2024-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 Rencana Perjodohan Keluarga
2 Pesta Keluarga Sulistyo
3 Rencana Jahat Diana
4 Pengumuman Pertunangan
5 Putusnya Hubungan Aleena Dan Angga
6 Pertemuan Aleen Dan Dev
7 Harapan Aleena
8 Runtuhnya Kepercayaan
9 Pertemuan Dengan Fandy Handoko
10 Terungkapnya Kebenaran
11 Ajakan Menikah
12 Putusnya Hubungan Lama
13 Rumah Baru Dev
14 Bukankah Kamu Calon Istriku?
15 Shoping
16 Terkejutnya Ibu Dev
17 Awal Hubungan
18 Rencana Menikah
19 Hari Pernikahan Dev Dan Aleen
20 Tidur Bersama
21 Makan Siang Yang Manis Dari Dev
22 Peringatan Untuk Diana
23 Kepanikan Diana
24 Pertemuan Aleen Dan Keluarga Dev
25 Makan Malam Keluarga Dev
26 Percakapan Sebelum Tidur
27 Sarapan Pagi Bersama
28 Kunjungan Diana
29 Undangan Pesta Pertunangan Diana
30 Pertemuan Aleen Dan Citra
31 Kedatangan Citra Ke Kantor Aleen
32 Memilih Gaun
33 Pesta Pertunangan Diana Dan Angga
34 Pesta Pertunangan Diana Dan Angga Part 2
35 Pesta Pertunangan Yang Berantakan
36 Makan Malam Pinggir Jalan
37 Hadiah Kejutan Dari Dev
38 Permainan Opini Publik
39 Pertemuan Angga Dan Aleen
40 Rasa Percaya Diri Angga Yang Tinggi
41 Ungkapan Hati Aleen Pada Citra
42 Air Matamu Terlalu Berharga
43 Barang Yang Berasal Dari Sampah Harus Kembali Ke Tempat Sampah
44 Terkuaknya Hubungan Aleen Dan Dev
45 Pebisnis Gila Bucin Istri
46 Rencana Jahat Diana Dan Keluarganya
47 Undangan Makan Malam Diana
48 Tentang Barang Masa Kecil Aleen
49 Makan Malam Dengan Keluarga Diana
50 Upaya Diana Menggoda Dev
51 Hancurnya Keluarga Prasetyo
52 Terbukanya Hubungan Baru
53 Terungkapnya Identitas Aleena
54 Target Mainan Dev
55 Upaya Citra Mendekati Dev
56 Makan Siang Bersama
57 Hubungan Jarak Jauh
58 Kekesalan Dev
59 Krisis Perusahaan Angga
60 Aku Suka Jika Kamu Jahat Karena Aku
61 Akhir Untuk Diana
62 Tentang Masa Lalu Dev
63 Malam Pertama Aleen Dan Dev
64 Berakhirnya Keluarga Citra
65 Percakapan Aleen Dan Alex
66 Mengunjungi Rumah Lama Dev
67 Jalan-Jalan Ke Pantai
68 Perdebatan Dev Dan Ray
69 Rencana Pengembangan Yang Bocor
70 Demo Di Kota Tua
71 Penolakan Warga Kota Tua
72 Kunjungan Aleen Ke Desa
73 Hari Pertama Aleen Di Desa
74 Upaya Aleen Meyakinkan Genta
75 Cara Aleen Mengusir Fandy Handoko
76 Menyusun Rencana Pembangunan
77 Pergi Ke Kota Bersama Genta
78 Kedatangan Dev Ke Desa
79 Menuju Kehancuran Fandy
80 Kehancuran Fandy Handoko
81 Rencana Bisnis Dev Di Desa
82 Kembalinya Lidya Derisha
83 Kepulangan Dev Dan Aleen Ke Kota
84 Makan Siang Ray Dan Nina
85 Kegelisahan Dev
86 Hari Pertama Kembali Ke Kantor
87 Bingkisan Misterius Untuk Aleen
88 Teror Untuk Aleen
89 Menggunakan Kekuasaan Sang Ayah
90 Perselingkuhan Lidya
91 Rencana Pak Aditya
92 Ungkapan Cinta Dari Dev
93 Makan Siang Aleen Dan Dev
94 KDRT Dalam Rumah Tangga Lidya
95 Obsesi Lidya Pada Dev
96 Aleen Diculik
97 Upaya Dev Menyelamatkan Aleen
98 Upaya Dev Menyelamatkan Aleen 2
99 Penangkapan Lidya
100 Rencana Pak Aditya Menjatuhkan Dika
101 Kunjungan Ke Rumah Orang Tua Dev
102 Tamu Keluarga Dev
103 Pertemuan Aleen Dan Ayah Kandungnya
104 Cerita Pak Gustian
105 Kekhawatiran Dev
106 Tes DNA
107 Bagaimana Bisa Hubunganku Dan Dev Hanya Kekasih Padahal Kami Sudah Menikah?
108 Rumor Kantor
109 Aleen Hamil
110 Awal Mula Sikap Diluar Nalar Dev
111 Morning Sickness
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Rencana Perjodohan Keluarga
2
Pesta Keluarga Sulistyo
3
Rencana Jahat Diana
4
Pengumuman Pertunangan
5
Putusnya Hubungan Aleena Dan Angga
6
Pertemuan Aleen Dan Dev
7
Harapan Aleena
8
Runtuhnya Kepercayaan
9
Pertemuan Dengan Fandy Handoko
10
Terungkapnya Kebenaran
11
Ajakan Menikah
12
Putusnya Hubungan Lama
13
Rumah Baru Dev
14
Bukankah Kamu Calon Istriku?
15
Shoping
16
Terkejutnya Ibu Dev
17
Awal Hubungan
18
Rencana Menikah
19
Hari Pernikahan Dev Dan Aleen
20
Tidur Bersama
21
Makan Siang Yang Manis Dari Dev
22
Peringatan Untuk Diana
23
Kepanikan Diana
24
Pertemuan Aleen Dan Keluarga Dev
25
Makan Malam Keluarga Dev
26
Percakapan Sebelum Tidur
27
Sarapan Pagi Bersama
28
Kunjungan Diana
29
Undangan Pesta Pertunangan Diana
30
Pertemuan Aleen Dan Citra
31
Kedatangan Citra Ke Kantor Aleen
32
Memilih Gaun
33
Pesta Pertunangan Diana Dan Angga
34
Pesta Pertunangan Diana Dan Angga Part 2
35
Pesta Pertunangan Yang Berantakan
36
Makan Malam Pinggir Jalan
37
Hadiah Kejutan Dari Dev
38
Permainan Opini Publik
39
Pertemuan Angga Dan Aleen
40
Rasa Percaya Diri Angga Yang Tinggi
41
Ungkapan Hati Aleen Pada Citra
42
Air Matamu Terlalu Berharga
43
Barang Yang Berasal Dari Sampah Harus Kembali Ke Tempat Sampah
44
Terkuaknya Hubungan Aleen Dan Dev
45
Pebisnis Gila Bucin Istri
46
Rencana Jahat Diana Dan Keluarganya
47
Undangan Makan Malam Diana
48
Tentang Barang Masa Kecil Aleen
49
Makan Malam Dengan Keluarga Diana
50
Upaya Diana Menggoda Dev
51
Hancurnya Keluarga Prasetyo
52
Terbukanya Hubungan Baru
53
Terungkapnya Identitas Aleena
54
Target Mainan Dev
55
Upaya Citra Mendekati Dev
56
Makan Siang Bersama
57
Hubungan Jarak Jauh
58
Kekesalan Dev
59
Krisis Perusahaan Angga
60
Aku Suka Jika Kamu Jahat Karena Aku
61
Akhir Untuk Diana
62
Tentang Masa Lalu Dev
63
Malam Pertama Aleen Dan Dev
64
Berakhirnya Keluarga Citra
65
Percakapan Aleen Dan Alex
66
Mengunjungi Rumah Lama Dev
67
Jalan-Jalan Ke Pantai
68
Perdebatan Dev Dan Ray
69
Rencana Pengembangan Yang Bocor
70
Demo Di Kota Tua
71
Penolakan Warga Kota Tua
72
Kunjungan Aleen Ke Desa
73
Hari Pertama Aleen Di Desa
74
Upaya Aleen Meyakinkan Genta
75
Cara Aleen Mengusir Fandy Handoko
76
Menyusun Rencana Pembangunan
77
Pergi Ke Kota Bersama Genta
78
Kedatangan Dev Ke Desa
79
Menuju Kehancuran Fandy
80
Kehancuran Fandy Handoko
81
Rencana Bisnis Dev Di Desa
82
Kembalinya Lidya Derisha
83
Kepulangan Dev Dan Aleen Ke Kota
84
Makan Siang Ray Dan Nina
85
Kegelisahan Dev
86
Hari Pertama Kembali Ke Kantor
87
Bingkisan Misterius Untuk Aleen
88
Teror Untuk Aleen
89
Menggunakan Kekuasaan Sang Ayah
90
Perselingkuhan Lidya
91
Rencana Pak Aditya
92
Ungkapan Cinta Dari Dev
93
Makan Siang Aleen Dan Dev
94
KDRT Dalam Rumah Tangga Lidya
95
Obsesi Lidya Pada Dev
96
Aleen Diculik
97
Upaya Dev Menyelamatkan Aleen
98
Upaya Dev Menyelamatkan Aleen 2
99
Penangkapan Lidya
100
Rencana Pak Aditya Menjatuhkan Dika
101
Kunjungan Ke Rumah Orang Tua Dev
102
Tamu Keluarga Dev
103
Pertemuan Aleen Dan Ayah Kandungnya
104
Cerita Pak Gustian
105
Kekhawatiran Dev
106
Tes DNA
107
Bagaimana Bisa Hubunganku Dan Dev Hanya Kekasih Padahal Kami Sudah Menikah?
108
Rumor Kantor
109
Aleen Hamil
110
Awal Mula Sikap Diluar Nalar Dev
111
Morning Sickness

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!