Bab 2
Tetapi, di tengah kebahagiaan mereka, muncul sosok orang ketiga yang bernama Laura. Laura adalah masa lalu Elias yang mencoba untuk merayu dan menggoda Elias kembali ke jalur yang pernah mereka jalani.
Munculnya Laura membawa gelombang ketidakpastian dan kecemasan dalam hubungan Elias dan Amelia.
Amelia, yang merasakan ancaman dari kehadiran Laura, merasa dilema. Meskipun kepercayaannya pada Elias telah tumbuh, namun rasa cemas dan keraguan masih menghantuinya.
Elias, menyadari dampak munculnya Laura, dengan tegas menjelaskan bahwa dia telah meninggalkan gaya hidup masa lalunya.
Laura, sementara itu, dengan penuh daya tarik dan rasa percaya diri, terus berusaha merebut perhatian Elias. Hal ini menciptakan ketegangan di antara mereka, merubah keadaan yang tadinya penuh dengan kedamaian.
Cinta Elias dan Amelia, diuji dengan kehadiran Laura. Laura, dengan segala daya tariknya, berusaha merayu Elias dan menciptakan rasa cemburu dalam hati Amelia.
Amelia, yang terasa terganggu dengan kehadiran Laura, merasa cemas. Melihat itu, Elias berusaha meyakinkannya bahwa dia hanya memiliki mata untuk Amelia, namun Laura terus menciptakan intrik yang membuat suasana semakin rumit.
Elias, sadar akan risiko yang mungkin timbul, memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Dia membuka diri kepada Amelia tentang masa lalunya dengan Laura, menjelaskan "bahwa itu hanya kenangan pahit yang sudah ditinggalkannya, Elias menegaskan bahwa cinta sejatinya hanya untuk Amelia."
Laura, bagaimanapun, tidak mudah menyerah. Dia terus merayu Elias dan mencoba memanipulasi situasi.
Amelia, sementara itu, merasa terombang-ambing antara keyakinan pada Elias dan keraguan yang muncul akibat ulah Laura.
Laura, dengan senyum merayu, mendekati Elias yang lagi bersama Amelia di sebuah kafe. "Elias," ucap Laura sambil melirik kearah Amelia, "kau tahu betapa sulitnya aku melepaskan kenangan indah masa lalu kita."
Elias, yang merasakan ketegangan dalam kata-kata Laura, menjawab dengan hati-hati, "Laura, masa lalu itu sudah berlalu. Aku telah berubah, dan sekarang hidupku bersama Amelia."
Namun, Laura tak tergoyahkan. Dia memandang Elias dengan penuh kehalusan, "Tapi, Elias, ingatkah kau saat kita bersama? Kenangan itu begitu manis, begitu sulit untuk dilupakan."
Amelia, yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka, merasa hatinya berdebar. Dia mencoba memendam rasa cemburunya, tetapi ketidakpastian mulai merayap masuk ke dalam pikirannya.
Laura terus memutar kata-kata dengan penuh godaan, "Amelia memang cantik." Kau beruntung memiliki dia." Tapi, apakah dia benar-benar bisa menggantikan semua kenangan kita"?
Elias, yang mulai merasa tertekan, berusaha menjelaskan, "Laura, aku mencintai Amelia." 'Apa pun yang terjadi di masa lalu, aku tidak peduli." "Tohh dulu kamu yang mengkhianati aku," dan sekarang aku telah menemukan kebahagiaan bersama Amelia."
Namun, Laura terus menggoda, "Tapi, sayang, cinta kita dulu begitu mendalam." "Bagaimana jika aku memberimu pelukan, satu pelukan terakhir untuk mengenang semua kenangan itu"?
Amelia, yang tak tahan melihat situasi semakin rumit, mendekati Elias. "Elias," apakah semuanya baik"? tanyanya, mencoba menahan emosi.
Elias, dengan tatapan tegas, menyentuh tangan Amelia, "Laura," aku mohon, berhenti! "Ini tidak adil bagi Amelia."
Laura tersenyum penuh keserakahan, "Elias," kau mungkin telah berubah, tapi jangan lupakan betapa sulitnya melepaskan kenangan indah."
Amelia, dengan hati yang berdebar, bertanya pada dirinya sendiri, "apakah aku mampu menghadapi cobaan ini, apakah aku bisa melalui ujian ini agar hubunganku sama Elias tetap utuh"?
Laura, dengan senyum licik, mendekati Elias . "Elias," bisiknya, sambil memainkan ujung rambutnya, "tidakkah kau merindukan sentuhan dan tawa kita dulu? "Amelia mungkin cantik," tapi dia takkan pernah sepenuhnya menggantikan kita."
Elias, berusaha menjaga ketenangan, menjawab, "Laura," masa lalu itu sudah kita tinggalkan," aku bahagia dengan Amelia sekarang."
Namun, Laura tak gentar. Dia memandang Elias dengan matanya yang penuh tipu daya, "Apa Amelia bisa memberimu semua yang pernah aku berikan padamu, "Elias? Ingatkah kau saat-saat bahagia kita bersama"?
Amelia, mendengar percakapan itu, merasa hatinya berdesir. Rasa cemburu dan ketidakpastian mulai merayap, namun ia berusaha menyembunyikannya di balik senyuman.
Laura terus meracuni pikiran Elias, "Amelia itu tampak seperti wanita yang rapuh "Elias." Apakah dia bisa memberimu kegembiraan dan keintiman sepertiku kepadamu dulu, "Elias." Elias yang semakin terbebani oleh kata-kata Laura, mencoba memastikan dirinya sendiri, "Laura, "aku mencintai Amelia." Aku telah berubah," dan aku ingin membangun masa depan bersamanya."
Namun, Laura tak berhenti. Ia menggoda lagi, "Apa kau yakin, "Elias? "Ingatkah kau saat kita berdua, tanpa beban, tanpa batasan?
Amelia, yang mulai kehilangan kesabaran, mendekati mereka dengan ekspresi tegas. "Ada masalah apa, Elias?" tanyanya, mencoba menahan rasa cemburunya.
Laura, tanpa ragu, menyentuh lengan Elias dengan lembut, "Amelia, kau tahu, "Elias dan aku memiliki kenangan yang sulit untuk dilupakan." Mungkin aku hanya ingin memastikan dia tidak melupakan semuanya begitu saja."
Amelia, dengan tegas bertanya, "Elias, apakah semuanya baik-baik saja?
Elias, memegang tangan Amelia dengan penuh keyakinan, menyatakan, "Laura," cukup! "Aku telah memilih Amelia." Kau harus menghormati itu."
Laura tersenyum penuh keserakahan, "Tentu.. tentu." "Tapi, apakah kau yakin tidak merindukan semua yang kita miliki dulu?
Amelia, yang merasa tak nyaman dengan situasi, merenung apakah cintanya bersama Elias cukup kuat untuk menghadapi godaan yang terus menerus dari Laura. Hanya waktu yang akan menunjukkan apakah hubungan mereka dapat bertahan di tengah godaan dan keraguan yang muncul.
Laura, dengan senyum tipis yang mengisyaratkan rencana jahat, terus menempel sama Elias. "Elias," ucapnya, sambil meremas sudut bibirnya dengan penuh godaan, "aku tak habis pikir kau bisa jatuh cinta begitu dalam pada gadis itu." "Apa yang bisa dia berikan padamu yang tak bisa kuberikan?
Elias, mencoba menjaga ketenangan, menjawab, "Laura, masa lalu itu sudah berlalu." "Aku menemukan kebahagiaan bersama Amelia sekarang." "Cukup Laura! Kamu sudah keterlaluan." Hardiknya.
Laura tertawa dengan nada merendahkan, "Amelia, gadis murahan itu? "Apa daya tariknya? "Apakah dia tahu bagaimana memanjakan kamu seperti yang kulakukan dulu?
***
Amelia, yang tanpa sengaja mendengar kata-kata pahit itu, merasa hatinya tertusuk. Ia berusaha menahan perasaan kesal dan merasa tidak dihargai.
Laura terus menyulut api rasa tidak nyaman dalam diri Elias, "Elias, 'kau tahu betapa beruntungnya dia mendapatkan pria sepertimu." Tapi, "apakah dia bisa memberimu sensasi yang aku berikan dulu?
Elias, yang mulai merasa terjebak dalam percakapan beracun, menjawab, "Laura," cintaku untuk Amelia adalah sesuatu yang tulus." Dia memberiku kebahagiaan yang sejati."
Namun, Laura tak kenal lelah. Ia melanjutkan godaannya, "Apa dia benar-benar bisa memuaskan kamu sepenuhnya? "Ataukah kau hanya merasa terikat padanya karena belas kasihan?
Amelia, kesal dengan kata-kata Laura, mendekati mereka dengan langkah mantap. "Ada apa, "Elias? tanyanya, berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman.
Laura, tanpa ragu, berkata dengan nada sinis, "Oh, "Amelia," hanya seorang gadis murahan yang beruntung mendapatkan lelaki sepertinya, aku harap kau tahu bagaimana menyenangkan Elias seperti yang biasa kulakukan."
Amelia, yang sudah tak tahan, menatap tajam Laura. "Elias," apa semuanya baik-baik saja? tanyanya, mencoba menekan kekesalannya.
Elias, dengan tatapan tegas, menarik Amelia ke dalam pelukannya. "Laura," itu sudah cukup! "Aku telah membuat pilihan dan aku cinta Amelia." "Kau harus menghormati itu." Jawabnya berulang agar Laura mengerti.
Laura hanya tersenyum penuh keserakahan, "Tentu, tentu." Tapi, "apakah kau yakin dia bisa memberimu segalanya?
Amelia, meskipun merasa terluka, mencoba untuk tidak membiarkan kata-kata Laura merusak hubungannya dengan Elias.
Elias, mulai kehilangan kesabarannya, menatap tajam kearah Laura yang dengan senyum sinis mencoba meruntuhkan hubungannya dengan Amelia. "Laura," ucapnya dengan nada tegas, "aku tak akan membiarkanmu merendahkan Amelia seperti itu." "Amelia bukalah wanita sepertimu," "apa yang kau inginkan sebenarnya?
Laura, merasa senang melihat reaksi Elias, membalas dengan santai, "Oh, "Elias," "apa yang bisa dia berikan padamu? "Apakah dia tahu bagaimana memuaskan hasrat kamu sepenuhnya?
Amelia, yang terus mendengarkan percakapan itu, merasa hatinya semakin teriris. Tetapi Elias, tanpa ragu, memotong, "Laura," 'jangan pernah lagi bicara seperti itu tentang Amelia! "Dia bukan gadis murahan yang bisa kau hina seenaknya."
Laura, tersinggung, menyahut, "Elias," "aku hanya berkata apa adanya." "Aku yakin, di dalam hatimu, masih ada tempat untuk kenangan kita dulu."
Elias, dengan tegas menegaskan, "Itu masa lalu, "Laura." "Aku telah berubah, dan Amelia adalah masa depanku.' "Kau harus menerima kenyataan itu."
Laura, mencoba menggoda lebih lanjut, tersenyum cabul, "Apa dia benar-benar bisa memberi kehangatan dan kepuasan seperti yang bisa kulakukan dulu? "Aku yakin dia tidak tahu banyak hal."
Elias, kesal dengan permainan kata-kata Laura, berbicara dengan nada yang tegas, "Laura," "jangan pernah meremehkan Amelia! "Dia adalah wanita yang pantas dihormati! "Jika kau tidak bisa menghormati itu, lebih baik kau menjauh."
Amelia, yang sejak tadi berusaha menahan emosinya, merasa haru mendengar pembelaan Elias. Namun, keraguan tetap melingkupi pikirannya.
Laura, tak terima, mencoba menaikkan intensitasnya, "Elias," "aku tahu kau pasti merindukan saat-saat indah kita bersama." "Kau tak bisa menepis kenangan itu begitu saja."
Elias, dengan penuh keberanian, menjawab, "Laura," kita telah melalui hal ini sebelumnya." "Aku telah membuat pilihan untuk bersama Amelia." 'Jangan pernah lagi merusak kebahagiaan kami!
Laura, yang menyadari bahwa Elias tak akan bergeming, tersenyum mengejek, "Terserah padamu." Tapi, "percayalah, cinta kita dulu takkan pernah tergantikan."
Elias, tanpa kata lagi, memimpin Amelia pergi dari sana. Mereka meninggalkan Laura yang masih terdiam, menghadapi kenyataan bahwa Elias telah menentukan pilihannya.
Laura, yang tidak puas dengan kenyataan bahwa Elias tetap memilih Amelia, memutuskan untuk memutar otaknya. Dengan senyum liciknya, dia menyusun rencana untuk mengejar dan memisahkan pasangan itu.
Namun Elias dengan kuat memegang tangan Amelia, sehingga Laura tidak bisa memisahkan mereka. Dan dia hanya menggigit jari melihat kepergian mereka.
***
Suatu hari, Laura tanpa sengaja bertemu dengan Elias dan Amelia di tempat yang tak disangka-sangka. "Elias," sapanya dengan senyuman manis, "ternyata kita sering bertemu, ya? "Bagaimana kabarmu dan Amelia?
Elias, mencium kecurigaan terhadap Laura menjawab dengan hati-hati, "Kami baik-baik saja, "Laura." "Apa yang kamu lakukan disini?
Laura, dengan tatapan yang merayu, mencoba memainkan kartunya, "Elias," "aku tak bisa menahan perasaanku." "Aku merindukanmu." "Apakah kita bisa bicara sejenak?
Elias, yang sudah paham rencana Laura, menolak dengan tegas, "Laura," "kita sudah membicarakan semuanya." "Aku bersama Amelia sekarang," dan aku tak ingin melibatkan kamu dalam hubungan kami."
Namun, Laura tak berputus asa. Dia terus mendekati Elias, mencoba mempengaruhi pikirannya. "Elias," "apakah kau yakin Amelia bisa memberimu apa yang aku berikan dulu? "Aku tahu kau pasti merindukan sensasi itu."
Elias, mulai kehilangan kesabaran, menjawab dengan tegas, "Laura," hentikan! "Aku mencintai Amelia," dan aku tak akan membiarkanmu mengganggu hubungan kami."
Tak berhasil mendapatkan respons yang diinginkannya, Laura memutar otaknya lagi. Dia mulai mendekati Amelia dengan siasat manis dan kepalsuan. "Amelia," "betapa beruntungnya kau memiliki Elias." Tapi, "bisakah dia benar-benar memberimu segalanya?
Amelia, yang merasa terkejut dengan ucapan Laura, mencoba menjaga ketenangannya, "Laura," "aku tahu kau punya sejarah dengan Elias," tapi aku percaya padanya."
Laura, dengan senyum merendahkan, mencoba menyusup ke dalam pikiran Amelia, "Amelia," "aku hanya ingin memperingatkan kamu.' "Elias bukanlah lelaki yang mudah untuk dipahami, dia bisa jadi milik siapa saja."
Amelia, merasa tertantang dan ingin membuktikan cintanya pada Elias, membalas, "Laura," aku tahu apa yang kau coba lakukan." "Tapi Elias dan aku telah melewati banyak hal bersama, dan aku tahu dia mencintaiku dengan tulus."
Laura, tersenyum sinis mendengar ucapan Amelia. dalam hatinya berkata "(tunggu saja tanggal mainnya, jangan sebut Laura kalau tidak bisa membuat hubungan kalian hancur)" dia tanpa menyerah, terus merencanakan intriknya. Dia mengumpulkan informasi tentang masa lalu Elias yang mungkin bisa membuat Amelia meragukan kesetiaannya.
Dengan setiap langkah yang diambilnya, Laura semakin yakin bahwa dia bisa memisahkan mereka.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments