Pesawat pribadi milik keluarga Osborn tiba di bandara Frankfurt am Main, Jerman FRA
"Kau yakin Zena ada di Miltenberg Zack" tanya Nevis sembari turun dari tangga dan belum menginjak ke tanah, Zack melempar i-pad padanya
"Sh-it putramu mirip sekali denganmu Zack" Nevis buru-buru turun dari tangga menghampiri Zack yang sudah masuk kedalam mobil
"Selamat malam pagi Tuan" sapa Max "Apa Tuan langsung ingin ke Burgstädt?"
"Hem"
"Baik Tuan" Max langsung menjalankan mobilnya dan berlalu dari landasan menuju Burgstädt
"Zack...." Mendapat tatapan membunuh dari Zack "Ehem maksudku, Tuan apa anda akan langsung begitu saja bertemu dengan Zena tanpa membawa apa-apa"
"Apa kau sudah menghubungi Tuan Martin sebelum berangkat"
"Sudah"
"Hem bagus, periksa file satunya di situ terdapat bahan rapat yang akan di bahas pagi ini, bangun kan aku ketika sudah tiba" Zack langsung menutup matanya
Nevis memeriksa isi file yang berada di iPad tersebut dan benar seperi apa yang di katakan oleh Zack, Nevis pun mengerti rencana Zack, baru saja Ia akan berbicara namun diurungkannya kala mendengar dengkuran halus dari Zack.
"Kau pasti lelah Zack, selama lima tahun mencari mereka" Nevis pun duduk dengan diam dan mempelajari bahan untuk di bahas ketika tiba disana, Zack bukan hanya sekedar menjemput keluarga kecilnya tetapi juga benar-benar akan menjalankan bisnis.
Sementara itu...
"Bibi Zhuo terimakasih banyak, dan maaf aku merepotkan mu pagi-pagi begini" Zena melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang masih menunjukan pukul lima pagi namum dia sudah bangun dan akan mengantar Aza menuju stasiun kereta api
"Aku sudah katakan padamu aku bisa mencari taksi saja" tutur Aza
"Kau pikir ini kota" Balas Zena
"Sudah-sudah nanti kalian terlambat, Aza berhati-hati lah, kabari kami jika kau sudah tiba dengan selamat" Bibi Zhuo memeluk Aza
"Pasti Bibi, aku akan mengabarimu dan juga Zena"
"Zena, menyetir lah pelan-pelan jangan terlalu terburu-buru, anak-anak akan aman dengan ku" seru Bibi Zhuo
Zena mengangguk lalu keduanya masuk kedalam mobil dimana Zena yang mengendarainya dan keduanya pun bergegas menuju stasiun kereta api, sebab Aza ada keperluan di ibu kota.
"Kau tau jika Julian kemarin menghubungi ku untuk menawari mu pekerjaan sebagai manager pemasaran di perusahaannya" Aza memperbaiki jilbab bagian atasnya yang tidak lurus lalu mengikat kembali cadar yang menutup wajahnya
"Ya, Julian juga kemarin menghubungi ku, tapi aku masih beta disini, Bibi Zhuo dan Paman Martin sangat baik dan juga sepertinya aku sudah jatuh cinta dengan perkebunan ini" Jawab Zena
Aza mengangguk "Kalau itu keputusan mu aku akan mendukungmu, namun aku tetap minta kau mempertimbangkannya lagi, ini kesempatan yang bagus untukmu terlebih untuk pendidikan anak-anak kedepannya" Aza mengeluarkan ponselnya dan mengotak atiknya sebentar.
"Aku akan mempertimbangkannya" Zena menghentikan mobilnya tepat didepan halaman pintu masuk stasiun, karena masih pagi, suasana stasiun masih sepi tidak tamai seperti biasanya, para penjual kedai-kedai di sekelilingnya juga baru satu demi satu buka.
"Baiklah kita sudah tiba" Tutur Zena sebab Aza masih sibuk mengotak atik ponselnya "Apa kau menghubungi rekanmu?"
"Ya, kami berjanji akan bertemu di depan stasiun ini" Aza selesai mengotak-atik benda pipih itu lalu Ia memberikannya pada Zena "Bacalah"
{Pengusaha Muda Zacky Osborn memberi pengumuman pembatalan pernikahannya dengan Model cantik dan ternama Bellaetrix James}
{Model cantik hilang bagai di telan bumi}
{Pihak Agensi mengatakan kerugian besar atas hilangnya model cantik Bellaetrix James}
{Model cantik Bellaetrix menghilang}
"I-ini" Zena menoleh ke Aza
"Dunia saat ini" Aza menaik-turunkan kedua alisnya dan tersenyum tipis, meski Zena tidak dapat melihat senyum itu di balik cadar hitam Aza namun Zena yakin jika saat ini Aza sedikit menggodanya.
"Pergilah, nanti kau akan terlambat"
"Astaghfirullah, kau mengusirku setelah aku memberikan kabar baik ini" Aza menggelengkan kepalanya sedang Zena hanya terkekeh kecil
"Jangan lupa untuk Shalat dan bacaan untuk menemani perjalananmu" Zena mengingat kan
Aza tersenyum kecil "Wah sepertinya ada yang mau login nih" goda Aza yang di balas gelengan kepala serta kekehan oleh Zena.
"Ini hadiah kecil untukmu jika kau tidak ingin memakainya berikan ini pada Zain dan Zein untuk menunjang belajar mereka" Aza menyerahkan sebuah kotak persegi nan berat kepada Zena lalu Ia keluar dari mobilnya kala melihat rekan sesama dokternya pun sudah tiba di stasiun.
Zena membukanya dan di sana terdapat Macbook keluaran terbaru, Zena menghela nafasnya.
Sejak Ia pindah ke Burgstädt, Ia memang tidak pernah memakai internet jika pun Ia memakainya, Ia akan memakai komputer yang ada di kantor dekat dengan perkebunan anggur, dan itu pun untuk pekerjaan, bahkan Zena menggunakan ponsel hanya untuk mengirim email, nomot ponselnya hanya Aza, Julian, Queen dan beberapa pengerja di kebun yang tahu. Sebab itu Ia tidak tahu berita apa-apa yang terjadi di luar sana, baik itu berita buruk atau baik.
Zena meletakan itu di kursi tempat Aza duduk tadi "Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan" Zena terdiam sesaat menenangkan pikirannya lalu setelah merasa tenang Ia pun berlalu dari tempat itu dan kembali pulang.
Jam menunjukan pukul delapan pagi kala Zena tiba didepan rumahnya bersamaan itu Ia melihat sebuah mobil hitam terparkir didepan rumah yang berseberangan dengannya.
"Apa ada orang baru yang tinggal di sana" tanya Zena pada Bibi Zhuo sembari mengeluarkan barang belanjaan yang Ia beli tadi.
"Mereka adalah tamu Pamanmu, mereka kesini untuk melihat perkebunan anggur" jelas Bibi Zhuo dan Zena hanya membalas dengan ber-o ria.
Keduanya pun masuk kedalam rumah.
Dirumah seberang, Zack sedang menahan kakinya agar tidak berlari menuju Zena.
"Kau yakin ini akan berhasil Tuan" tanya Nevis lagi
"Aku hanya mengikuti kata hatiku Nev, baiklah mari bersiap, hubungi pria bernama Martin itu" Ucap Zack yang terus memperhatikan rumah Zena dari balik jendela.
"Mommy, dimana Ibu" Zein menangis di sofa dengan memegang hadiah dari Aza
"Sayang, Ibu sudah berangkat pagi-pagi sekali, Ibu Aza ada pekerjaan sayang" Jelas Zena memeluk anak gadisnya itu
"Kenapa Mom tidak membangunkan ku, aku ingin memeluk Ibu dulu" Zein makin menangis
"Apa ada pasien darurat, Mom" tanya Zain
"Tidak sayang, Ibu harus ke kota karena ada seminar yang harus Ibu hadiri, oh iya Ibu meninggalkan hadiah lainnya buat Zain dan Zein" Zena melepas pelukannya lalu meraih kotak berisi Macbook itu dan membukanya.
"I-ini apa Mom" tanya Zain
Zena tersenyum melihat kedua anaknya yang antusias bahkan Zein berhenti menangis dan menyeka air matanya dengan tangan gembul-mungil miliknya.
Zena membuka MacBook tersebut lalu menyalakannya.
"Ini sama dengan milik, Granpa Martin" Zain sangat senang melihatnya "Mom bolehkah aku mencobanya" tanya Zain
"Aaah, Zein juga mau.... Zein juga mau main" Gadis kecil itu beringsut turun dari sofa dengan menggunakan perutnya.
"Zain dan Zein boleh memakainya dan bermain bersama" Zena mengusap sayang kedua anaknya "Zei, biar Zain membantu Zein ya" Ucapnya
"Hem, oke Mom" Balas Zein patuh
"Kau ingin ke perkebunan sekarang nak" tanya Bibi Zhuo yang sedang memakai celemek "Sebaiknya kau sarapan terlebih dahulu jangan sampai maaghmu kambuh dan Julian akan marah-marah nantinya"
Zena tertawa dan bangkit dari duduknya yang sebelumnya di karpet bersama Zein dan Zain "Baiklah Bi, aku akan menghubungi Paman Martin dulu mengatakan jika aku sedikit terlambat, karena tidak bisa menolak makananmu yang lezat itu"
Kedua wanita beda usia itu pun tertawa bersama, Zena menyantap sarapan roti isi yang dibuat oleh Bibi Zhuo sembari mengobrol dengan Bibi Zhuo yang menyiapkan bahan-bahan untuk makan siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
jenny
tidak bisa membayangkan bagaimana situasi saat Zenaya dan Zacky bertemu
2023-11-23
1