Membawa Kabur Anak Kembar Presdir
-Kata Ibu, Kehidupan kita tidak pernah berjalan sesuai dengan apa yang kita mau, dan kita perlu berjuang untuk mendapatkan apa yang kita mau. Sebab saat kita berjuang, terdapat proses didalamnya, yang mana memaksa kita mau tidak mau harus belajar memahami dan mengerti, atau kita bisa saja memilih hanya belajar mengikutinya tanpa memahami dan mengerti tentang hidup- Zenaya
Miltenberg Jerman, Burgstadt disebut kota anggur.
"Happy birthday Zain, Happy birthday Zein, Happy birthday, happy birthday, happy birthday my Kids"
Zena mencium pucuk kepala kedua anaknya sesudah Ia meletakan kue ulang tahun di depan anak-anaknya
"Wow, kuenya cantik.... ada warna biru untuk Zain, purple untuk Zein" Gadis kecil itu bertepuk tangan
"Ayo sekarang, Zain dan Zein ucapin permohonan lalu tiup lilinnya"
Zain dan Zein menutup kedua mata mereka
"Zain berharap, Kita semua selalu sehat, Mommy, Ibu, Zain, Zein, Paman kecil, dan Onty Qyu dan semua Paman-paman serta Bibi-bibi di Agress Wine Group" ucap Zain lalu menyenggol sang adik
Zein membuka satu matanya kala Zain menyenggol dirinya "Oh iya" ucapnya mengerti "Kalau Zein berharap Daddy Zein dan Zain cepat pulang dan bisa bermain dan pergi sekolah nanti bersama -sama" Zein dan Zain membuka mata mereka lalu meniupnya
Zena yang sempat terdiam mendengar ucapan Zein, kini tersenyum kala lilin di atas kue itu sudah mati, Ia pun memotong kuenya dan meletakkannya di piring Zain dan Zein
"Selamat ulang tahun anak-anak Mom" Ucap Zena
"Thank you Mom"
Kedua bocah itu mulai menyantap kue mereka, Zein melahapnya dengan habis dan menyisakan krim ungu dan putih pada sekitar mulutnya, merasa belepotan Zein berdiri hendak mengambil tissue, namun kalah cepat dengan Zain.
"Mom lihat apa yang di lakukan Zain" Bocah perempuan itu cemberut sembari menunjuk pada sang kakak yang menatapnya dengan bingung.
"Ada apa denganku, aku hanya membantumu untuk mengambil tissue" balas bocah laki-laki itu tidak terima jika Ia di salahkan.
"Iya terimakasih, tapi aku ingin mengambilnya sendiri, aku sudah tinggi, aku sudah berumur lima" kesalnya
"Meski kau tinggi, kau tetap adik, jadi aku harus menjagamu, bagaimana jika kau jatuh ketika mengambil tissue" bocah laki-laki itu kini turun dari kursi tempat Ia berpijak, sedang Zein dengan kuncir dua didepannya, memajukan bibirnya, wajahnya yang cemberut terlihat sangat lucu dan menggemaskan, membuat Zena yang mirip dengannya namun dengan versi dewasa itu tertawa geli melihat tingkahnya.
"Zein, Kakakmu hanya terlalu menyayangi mu" Ucap wanita yang di panggil Mom itu mendekat dan mengusap lembut pundak mungil di sebelahnya.
"I can do it by my self mom" kini gadis kecil itu bersedekap tangannya di dada.
Melihat itu membuat Zain menggelengkan kepalanya, Ia pun meletakan serbet ditangannya "Aku akan kembali ke kamar Mom" ujarnya dan di balas anggukan oleh sang Ibu
"Mom, apakah hari ini Ibu Angkat akan datang?" Tanya gadis kecil itu
Zena mengangguk sembari mengambil ponselnya yang ada disisi kirinya "Hm, tadi sih kata Ibu Aza, dia udah di bandara dan sudah mau naik taksi" Zena membuka chat-nya dengan Aza "Sepertinya sebentar lagi sampai"
"Yeeaay, Zein sudah gak sabar, kemarin Ibu bilang mau bawa hadiah" Seru Zein
"Mom apa nanti Zein boleh berikan kue ulang tahunnya pada Ibu?"
"Tentu saja sayang" Zena mengusap sayang surai sang anak
Bunyi ketukan pintu
"Biar aku yang membukanya Mom" Gadis kecil itu melompat dari kursi dan bergegas berlari menuju pintu di ikuti oleh sang Ibu
"Pelan-pelan Zei"
Zein membuka pintunya "Ibu Aza" Zein langsung memeluk Azalia (Visual ada di story chat, bab 71)
"Selamat ulang tahun anak Ibu" Aza mengecup pipi gembul Zein lalu memberikan sebuah kado kepadanya.
"Waaah" Zein kesenangan dan membawa hadiah itu ke ruang tamu
"Kau seharusnya tidak perlu repot-repot Az" Zenaya memeluk Aza
"Tidak repot"
Keduanya kini duduk di sisi Zein yang tengah sibuk membuka hadiahnya "Dimana Zain" tanya Aza
"Aku disini Ibu Angkat" Jawab Zain yang turun dari anak tangga, Ia menghampiri Ibu angkatnya lalu menyalami dan mencium tangannya "Apa Ibu baru balik dari tanah suci?"
Aza mengangguk, Ia lalu hendak melepas jilbab syar'i nya "Tunggu Ibu, aku akan mengunci pintu dan menutup tirai lebih dulu" Ujar Zain
Aza mengangguk kecil lalu menoleh kepada Zenaya yang tersenyum "Anakmu terlalu menggemaskan Ze" Ucapnya
"Sudah Ibu, Ibu boleh membukanya" Tutur Zain yang kini duduk di karpet di sebelah Zein, Ia juga mendapat hadiah yang dibungkus menjadi satu oleh Aza
"Apa kau lelah" tanya Zenaya "Aku akan membuatkanmu minuman" Zenaya hendak beranjak namun di tahan oleh Aza
"Tidak perlu Ze, aku ingin disini bersama anak-anak saja" Ucap Aza menatap Zein dan Zain
Zenaya mengangguk mengerti, lalu mereka membantu Zein dan Zain untuk membuka hadiah keduanya, Aza memberikan buku cerita pengetahuan umum pada anak-anak sesuai dengan umur Zein dan Zain yang hari ini berusia lima tahun. Ada juga terdapat dua boneka barbie kecil untuk Zein.
"Ibu terimakasih" Zain dan Zein memeluk Aza
Zenaya hanya tersenyum melihatnya, sebenarnya Ia tahu jika saat ini Aza seakan menyimpan sesuatu, Zena bisa melihat Aza yang kelelahan namun bukan karena fisiknya namun karena hal lainnya.
Akan tetapi Zena tetap diam, Ia tak ingin mendahului Aza, biar Aza yang lebih dulu cerita.
Bagi Zenaya, Azalia adalah teman sekaligus saudarinya meski keduanya menganut kepercayaan yang berbeda namun Zenaya melihat jika Azalia sangat tulus kepadanya dan juga anak-anaknya.
Pertemuan mereka lima tahun lalu di parkiran rumah sakit membuat keduanya kini menjadi sahabat karib.
Thanks to Queenbila yang sudah mempertemukan mereka berdua.
Azalia selalu berada disisi Zenaya, dari pertama mereka bertemu, Aza yang membantu merawat dan Azalia juga yang menolong Zena untuk bisa keluar dari Boston tanpa di ketahui oleh keluarga Osborn, tentu nya dengan bantuan dari Julian, tunangan dari Aza.
Zenaya yang hampir kehilangan dua anaknya itu sangat bersyukur ketika sebuah keajaiban datang dan membuat Ia bisa melahirkan kedua anaknya pada waktu yang seharusnya, selama 6 bulan, Aza dan juga Queen selalu datang ke tempatnya untuk membantu Zenaya pada masa-masa kehamilannya.
Dan bahkan rumah yang sekarang dan pekerjaan yang dia geluti saat ini tak lepas dari bantuan ketiga orang yang baru saja Ia temui di hari dimana Ia kabur.
Zena menutup diri dari dunia luar, Ia sama sekali tak ingin mendengar apapun lagi, bahkan Ia tidak menghubungi Ibu panti tempat Ia di besarkan.
Saat ini Ia menjalani kehidupan yang bahagia. Julian mempercayakan kepadanya untuk bekerja pada perkebunan anggur milik keluarga Julian di Burgstadt, yang sering di sebut dengan kota Anggur, sepanjang kiri dan kanan perkebunan anggur luas membentang.
Zenaya sendiri jadi semakin belajar banyak tentang anggur-anggur yang ada di dunia, tidak hanya buah-buahannya namun juga produksi anggur di seluruh dunia.
Zenaya merasa sangat cukup dengan kehidupan yang sesederhana ini, anak-anak juga sangat gembira.
Pikirnya, hingga sebuah pertanyaan Zein sebelum tidur mengusiknya.
"Mommy, where is our Daddy?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Greenindya
pengucapannya agak susah atau malah terdengar sama Zein dan Zain
2024-02-17
0
LISA
Aq mampir Kak
2023-12-12
0
+62💍
s2 nya disini 😍
2023-11-30
1