Paris, Perancis
Vikram membuktikan janjinya dengan membawakan swedish meatballs lengkap dengan mashed potatoes yang banyak sesuai permintaan Mita. Vikram mendatangi ruang rawat inap Mita usai menyelesaikan semua pekerjaannya dan shift kerjanya.
Mata biru kehijauan Mita tampak berbinar-binar melihat kotak makanan yang sudah pasti berisikan makanan favoritnya.
"Sudah selesai praktek?" tanya Mita yang masih menggunakan Walker untuk berjalan. Di kamar, gadis itu meminta Walker sebagai latihan hari-hari selain fisioterapi.
"Sudah sayang. Kamu nggak istirahat?" tanya Vikram sambil meletakkan kotak makanan diatas meja.
"Bosan tiduran... Cukup sudah aku jadi kaum rebahan... " Mita pun duduk di sofa sambil dibantu Vikram. "Duh capeknya... Eh, dokter Gupta, apakah aku boleh berenang?"
"Tidak sekarang Mita sayang. Tunggu satu bulan lagi sampai semua sudah menyambung sempurna. Aku sudah lihat hasil Rontgen terbaru kaki kamu, dan sudah semakin membaik... Renang bagus Mita tapi bersabar ya...." senyum Vikram. "Atau dua minggu lagi fisioterapi nya ditambah berjalan di dalam air?"
"Nah itu aku suka ! Dokter tahu kan aku itu elemen zodiaknya itu air jadi aku sangat suka air ... " seru Mita. "Ngomong - ngomong itu apa yang kamu bawa Dok?"
"Lho katanya minta Swedish Meatballs dengan mashed potatoes banyak..." ucap Vikram seolah terkejut.
"Oh kirain lupa..." cengir Mita. "Bukain dong..."
"Apanya? Baju kamu? Addduuuhhh !" Vikram mengelus bahunya yang kena tinju Mita.
"Dokter Meshum !" bentak Mita kesal.
"Lho aku sudah lihat bentuk tubuh kamu kok di meja operasi..."
Mita melotot. "Dokter Guptaaa !" jerit gadis itu kesal.
Vikram tertawa terbahak-bahak, gemas melihat wajah kesal gadis di sebelahnya. "Kamu kalau marah semakin Cantik deh..." goda Vikram sambil merangkul bahu Mita dan mencium pelipisnya.
"Ini semua buat aku !" seru Mita judes.
"Iya iya... Itu semua buat kamu..." balas Vikram sabar.
***
Tokyo University Medical Faculty, Tokyo Jepang
Benoit masuk ke ruang kelas lima menit sebelum perkuliahan dimulai dan melihat kursi di depan sudah penuh terisi. Ruang kuliah yang berisikan 15 meja panjang itu, sudah dipenuhi mahasiswa yang hendak mulai kuliah.
Benoit melihat sekelilingnya yang rata-rata orang Jepang yang melihat dirinya dengan tatapan dingin termasuk Ran Tsubasa.
Dih ! Cewek judes itu satu kelas pulak!
"Ohayō. Yoroshiku ( selamat pagi. Senang bertemu kalian )..." sapa Benoit sambil membungkuk sopan.
"Yoroshiku..." balas beberapa orang sementara Ran memilih mengacuhkan Benoit.
Benoit pun duduk di belakang dan dia merasa berkulit Tan sendiri. Dibandingkan Arya dan Mita, Ben mewarisi kulit coklat sang ayah, Raj. Namun Ben tidak masalah dengan diversity keluarganya karena Raj dan Gemintang selalu melimpahkan kasih sayang kepada mereka bertiga.
Tak lama, dosen ilmu anatomi pun masuk dan semua mahasiswa pun mulai konsentrasi di dalam ruang kuliah.
***
"Kamu orang India?" tanya seorang teman sekelas Benoit yang menghampiri dirinya usai kuliah.
"Half India half Amerika. Benoit Rao, biasa dipanggil Ben" senyum Ben sambil membungkuk sopan.
"Takeshi Gosho tapi aku bukan saudara mangaka Conan Edogawa, hanya sama nama belakang saja" senyum Takeshi. "Kamu kok bisa nyasar ke Tokyo ?"
"Bosan di Eropa" jawab Ben sambil menyampirkan tas punggungnya.
"Oh, kamu di Eropa di negara mana?" Kedua mahasiswa itu berjalan menuju ruang kuliah lainnya.
"Aku lahir di Brussels Belgia. Besar disana, kuliah di Jerman, lulus dokter langsung ambil spesialis di Todai. Alasannya selain bosan di Eropa, aku lebih suka makan sushi langsung dari negara asalnya" jawab Ben santai.
"Kenapa ambil bedah?" tanya Takeshi.
"Sebab ayah ku adalah dokter bedah di Brussels dan aku suka cara beliau melakukan operasi. Sangat delicate dan rapi jadi aku ingin mengikuti jejaknya..."
"Oh pantas... " ucap Takeshi.
"Kamu sendiri... Kenapa ambil bedah ?" tanya Ben.
"Balas dendam."
Benoit melongo. "Nani ( apa )?"
"Ayahku meninggal karena mendapatkan dokter bedah tidak becus ! Jadi aku bertekad untuk menjadi dokter bedah yang lebih kompeten !"
"Ah so desu ka. Itu dendam yang bagus, Gosho-san."
"Rao-san, bagaimana bisa kamu fasih berbahasa Jepang?" tanya Takeshi. "Aku tadi mengira kamu akan kebingungan dengan penjelasan dosen dengan bahasa Jepang yang lumayan cepat."
"Aku punya keluarga disini dan di keluarga aku, wajib untuk bisa minimal tiga bahasa asing selain Indonesia, Inggris dan Jawa. Jadi aku sudah terbiasa bahasa Perancis dan Belanda karena Belgia memakai dua bahasa itu selain Jerman, lalu aku mempelajari bahasa ayahku, bahasa Hindi serta Jepang karena keluarga aku banyak di Tokyo" jawab Ben sambil masuk ke ruang kuliah lainnya dan kali ini Takeshi duduk bersamanya.
"Kalau boleh tahu, siapa nama keluarga kamu ?"
"Takara Bianchi dan Park."
Takeshi melongo. "Yakuza itu?"
"Yup. Kenapa kamu terkejut?"
"Mereka terkenal dengan bisnis propertinya yang ada di seantero Jepang dan Korea Selatan. Kamu bersaudara dengan mereka?"
"Aku sepupu Hyde dan Yukihiro Bianchi serta keponakan Shinichi Park, dosen fisika di Todai. Oh jika kamu mengira aku masuk dengan nepotisme, sorry. Keluarga aku soal masuk sekolah, tidak ada nepotisme karena semua hasilnya murni dari otak kami. Tidak lolos Todai ya sudah..." jawab Ben.
"Aku juga mendengar, mereka pengusaha lurus tapi menyeramkan..." gumam Takeshi.
"Keluarga kami tidak akan menyenggol jika tidak disenggol... " senyum Ben yang ingat dulu waktu sekolah di Brussels, berapa kali mereka berkelahi karena diejek rasisme. Raj dan Gemintang sudah terbiasa dengan kasus anak-anak mereka hingga akhirnya Raja Sean merasa jengah mendengar keponakannya dibully hanya gara-gara kedua orang tuanya mix race.
Belgia akhirnya memperbaharui undang-undang anti rasialisme dan memberikan hukuman yang berat bagi pelaku pembullyan dalam bentuk apapun.
"Kakak aku bekerja dengan keluarga Takara Bianchi sebagai akuntan dan dia bilang bekerja disana sangat enak karena sangat kekeluargaan..." ucap Takeshi.
"Syukurlah jika kakakmu betah disana."
Takeshi mengangguk. "Selain gajinya besar, dia juga bisa membantu ibu dan aku. Kakakku sampai memilih tidak akan menikah karena ingin membaktikan dirinya bekerja dengan keluarga kamu, Rao-san."
Ben menatap Takeshi yang tampak serius dengan ucapannya. "Suatu kehormatan bagi keluarga kami..." ucap Ben.
***
Menjelang makan siang, tentu saja cafetaria fakultas kedokteran penuh dengan para mahasiswa kedokteran, mahasiswa jurusan perawat dan dokter yang makan siang. Beruntung Ben mendapatkan meja kecil di pojok yang bisa buat dua orang sementara Takeshi memilih duduk di meja bersama temannya yang kuliah sebagai perawat.
Ben melihat Ran Tsubasa celingukan mencari meja untuk makan namun tidak menemukannya. Ben tersenyum usil.
"Hei Kapten Tsubasa !" panggil Ben ke Ran yang menoleh ke arahnya dengan wajah judes.
"Urusai ( berisik )!" desis Ran.
"Sini kosong lho kapten Tsubasa..." cengir Ben.
Ran hanya menatap tajam ke pria itu tapi kakinya melangkah ke meja Ben sedikit menghentak.
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
wonder mom
jiwa jail Ben melonjak tajam. tar jg jd pawang
2023-12-12
1
97 ⁷⟬⟭💜❄ʰᶦᵃᵗ☑︎
dasar ponakannya sinchan🤣🤣🤣🤣
2023-12-11
1
Tri Yoga Pratiwi
konfrontasi dimulai 🤣
2023-12-11
1